Diuji Berulang Sebelum Disalurkan, Spesifikasi Pertalite Dijamin
Beberapa hari terakhir, pertalite ramai diperbincangkan di media sosial karena dinilai lebih boros setelah ada kenaikan harga dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter pada 3 September 2022.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Pertamina (Persero) memastikan tidak ada penurunan spesifikasi dan kualitas bahan bakar minyak atau BBM, termasuk pertalite. Pasalnya, pengujian produk dilakukan, baik saat diterima dari kilang, disimpan di tangki timbun terminal, maupun saat dikirim ke stasiun pengisian bahan bakar untuk umum atau SPBU.
Beberapa hari terakhir, pertalite ramai diperbincangkan di media sosial karena dinilai lebih boros setelah ada kenaikan harga dari Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter pada 3 September 2022. Arus komentar warganet seakan mendukung anggapan itu. Lalu, viral foto dua botol berisi cairan berwarna hijau (salah satunya lebih gelap) yang disebut perbandingan antara pertalite baru dan pertalite lama.
Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Patra Niaga Irto Ginting, di Integrated Terminal Jakarta PT Pertamina (Persero), Jakarta, Selasa (27/9/2022), mengatakan, spesifikasi BBM, termasuk pertalite, dijamin sesuai dengan ketentuan pemerintah. Pasalnya, pengujian sampel dilakukan secara ketat dan rutin sehingga kualitasnya terjaga.
”Regulator (pemerintah) juga melakukan (pengujian) sampling, bahkan diam-diam dan acak dari berbagai SPBU. Jadi, kami tidak berani mengubah spesifikasinya. Termasuk masalah warna yang tak berimplikasi terhadap performa atau spesifikasi dari BBM itu. Warna hanya pembeda agar masyarakat tahu beda antara pertalite, pertamax, pertamax turbo, dan seterusnya,” ujar Irto.
Pada Selasa, Pertamina menunjukkan proses pengujian sampel di Integrated Terminal Jakarta atau Terminal BBM Plumpang. Di terminal tersebut, terdapat mesin cooperative fuel research (CFR) untuk memastikan nilai oktan pada jenis BBM. Pertalite, misalnya, dengan nilai oktan 90. Juga ada laboratorium untuk proses distilasi atau penyulingan sampel BBM.
Sebelum BBM diterima Integrated Terminal Jakarta dari kilang di Balongan, Indramayu, Jawa Barat, dilakukan pengecekan hingga diterbitkan certificate of quality. Setelah diterima, kemudian dicek kembali di laboratorium, termasuk secara visual. Begitu juga pada BBM yang diterima dari kapal. Setelah dinyatakan sesuai spesifikasi dan siap jual, baru disalurkan ke truk-truk tangki.
Adapun spesifikasi pertalite sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Nomor 0486.K/10/DJM.S/2017 tentang Standar dan Mutu BBM Jenis Bensin 90 yang Dipasarkan di Dalam Negeri. Uji Reid Vapor Pressure (RVP) pertalite di terminal BBM Pertamina masih dalam batasan yang diizinkan, yakni 45-69 kilopascal (kPa).
Executive General Manager Pertamina Marketing Operation Region (MOR) III Jawa Bagian Barat Waljiyanto menilai, anggapan pertalite lebih boros sebagai dampak psikologis. ”(Dengan kenaikan harga) jadi terasa lebih boros. Padahal, secara kualitas sama. Kualitas dan kuantitas selalu dijamin,” katanya.
Ia menambahkan, di laboratorium mini di Integrated Terminal Jakarta juga terdapat sampel pertalite di dalam botol kaca yang dipajang. Jumlahnya yang tak berkurang menunjukkan bahwa tidak ada penguapan yang membuat volume surut. Adapun perbedaan kepekatan warna hijau pada pertalite mungkin terjadi, tapi dalam batas minimal dan sama sekali tak memengaruhi kualitas.
Dosen Teknik Mesin, Departemen Teknik Mesin dan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Jayan Sentanuhady, saat dihubungi Selasa, menilai, kecil kemungkinan Pertamina dengan sengaja menurunkan spesifikasi BBM. Sebab, Pertamina pun harus memberi laporan kepada pemerintah, seperti nilai oktan, aditifnya apa saja, dan lainnya.
Apabila memang hendak diuji, mesti dilakukan dengan meniadakan sebanyak mungkin variabel-variabel yang tak perlu. "Dari data laboratorium, kemudian bisa menguji pertalite yang dulu dengan yang sekarang, atau dengan pertamax. Namun, pengujian jangan di jalan umum, karena dengan kondisi pengemudi yang sedang lapar, kenyang, sedih, dan senang, akan berbeda hasilnya," ucapnya.
Jayan menjelaskan, nilai oktan yang paling efisien ialah yang sesuai dengan mesin yang dibuat pabrikan kendaraan. "Misalnya, mesin kompresi rasio 10,5:1 cocoknya oktan 92. Saat sesuai, performa akan maksimal termasuk efisiensinya," kata dia.
Subsidi tepat
Irto menuturkan, program subsidi tepat, yakni pendataan melalui MyPertamina, terus dilakukan. Hingga akhir pekan lalu, terdata 2,65 juta kendaraan roda empat ke atas pada sistem itu. Pendataan yang dimulai sejak 1 Juli 2022 itu dilakukan dalam rangka mendata pelanggan Pertamina sambil menunggu revisi Peraturan Presiden Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian, dan Harga Jual Eceran Bahan Bakar Minyak.
Sebelum ada payung hukum lewat perpres tersebut, kata Irto, proses pengisian pertalite masih seperti biasa. Namun, diakuinya, saat ini pengisian pertalite dibatasi 120 liter per hari. ”Sebenarnya masih seperti biasa karena mobil mana yang dalam sehari mengisi sebanyak itu? Kalau untuk mobil lalu lalang biasa akan cukup. Tapi, misalnya ada untuk menimbun, jika satu kendaraan dalam sehari sudah 120 liter pertalite, otomatis terkunci (tidak keluar dari nozel),” ucapnya.
Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), Saleh Abdurrahman, pada diskusi ”Pembatasan Penggunaan BBM Subsidi, untuk Siapa?” yang digelar daring oleh MNC Trijaya, Selasa (27/9/2022), menuturkan, dalam menyelesaikan urusan BBM bersubsidi agar tepat sasaran memerlukan waktu. Kini, sudah mengarah ke sana, sambil menunggu perpres.
”Salah satu instrumen yang menjanjikan dalam menata subsidi adalah pendataan melalui sistem. Dengan subsidi tepat (Pertamina) ini. Nanti baru ketahuan (mana yang selama ini menikmati subsidi tapi tidak berhak). Subsidi harus tepat sasaran. Selama ini sudah banyak kebijakan tentang alokasi subsidi, tetapi belum fokus pendataan secara sistem. Dengan subsidi tepat ini, saya optimistis nantinya akan tepat,” ucapnya.