Buton Didorong Kembangkan Tiga Komoditas Hasil Laut
Pemerintah Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara, didorong untuk mengembangkan tiga komoditas hasil laut yang dianggap memiliki nilai ekonomi tinggi, yakni lobster, ikan teri, dan rumput laut.
Oleh
STEFANUS OSA TRIYATNA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Buton Tengah, Sulawesi Tenggara, didorong untuk mengembangkan tiga komoditas hasil laut bernilai ekonomi tinggi, yakni lobster, ikan teri, dan rumput laut, sebagai produk unggulan daerah. Terkait pengembangan komoditas unggulan seperti ini, Indonesia dinilai perlu mencontoh negara lain.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) Teten Masduki, saat dialog bersama pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan koperasi Buton Tengah, Sabtu (10/9/2022), mengatakan, dirinya sudah keliling melihat hasil laut yang potensial. ”Paling tidak, ada tiga yang saya lirik. Ada ikan teri, budidaya lobster dari satu keramba ukuran tidak lebih dari delapan meter yang bisa meraup keuntungan Rp 1 miliar per tahun, dan rumput laut. Ini punya potensi besar untuk dikembangkan,” ujarnya.
Pada kesempatan itu digelar pameran ”UMKM dan Kuliner Expo Tahun 2022” di Kabupaten Buton Tengah. Kegiatan itu dinilai menjadi momentum untuk mempromosikan produk unggulan sekaligus membangkitkan ekonomi wilayah itu di masa pandemi Covid-19.
Menurut Teten, Indonesia perlu mencontoh negara lain, seperti Norwegia yang pendapatan negaranya saat ini dominan berasal dari komoditas ikan salmon. Selain itu, Selandia Baru juga bisa menjadi contoh karena mereka fokus pada pengembangan olahan dari sapi, termasuk daging dan susu.
”Kita bisa mencontoh mereka karena fokus pada keunggulan domestiknya. Tapi, juga harus didukung riset dan inovasi karena Indonesia ini punya kondisi yang berbeda-beda dan harus disesuaikan,” ujar Teten dalam keterangan persnya.
Lebih lanjut, Teten juga melihat Kabupaten Buton Tengah memiliki keindahan alam yang dapat dikembangkan. Jumlah obyek wisata di Buton Tengah yang mencapai 53 tempat terbagi dalam empat macam, yaitu wisata sejarah di tiga lokasi, wisata bahari di 15 lokasi, wisata budaya di 10 lokasi, serta wisata alam di 25 lokasi yang tersebar di tujuh kecamatan di sekitar Kabupaten Buton Tengah.
Sebanyak 53 destinasi wisata di Buton Tengah tersebut belum semuanya dapat dikembangkan. Meski demikian, ada lokasi cave diving yang sudah menjadi destinasi sport tourism internasional.
Daya tarik wisata alam itu dinilai perlu dikonservasi untuk memastikan keberlanjutannya. Kemitraan strategis dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan sangat penting dilakukan dalam hal pemanfataan wisata bahari.
Teten juga menilai Koperasi Jasa Sentra Wisata Alam Nusantara (Kopisetara) dapat dijadikan mitra dalam mengembangkan pariwisata alam yang berkelanjutan. Pemerintah daerah diharapkan dapat membentuk perusahaan daerah di bidang pariwisata bekerja sama dengan Kopisetara.
Tak hanya itu, jambu mete yang merupakan komoditas tumpuan masyarakat perdesaan di lahan kering marjinal dalam memenuhi kebutuhan hidupnya juga dapat dikembangkan. Produksi kacang mete Buton Tengah mencapai 2.465,68 ton dengan luas 12.864 hektar.
Di tempat yang sama, Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi berharap, kehadiran Menteri Koperasi dan UKM dapat membawa peluang besar bagi Kabupaten Buton Tengah untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan belum dikembangkan lebih lanjut.
”Kami akan bantu koperasi dan UMKM untuk berkembang lebih jauh lagi. Mudah-mudahan kehadiran Menteri Koperasi dan UKM memberikan keberkahan di Sulawesi Tenggara, khususnya di Buton Tengah,” ujar Ali Mazi.
Bupati Buton Tengah Muhammad Yusup menekankan pentingnya segala upaya untuk mendorong kebangkitan perekonomian daerahnya. Kunjungan Menteri Koperasi dan UKM diyakini dapat menghidupkan UMKM Kabupaten Buton Tengah.