Kenaikan harga produk jadi elektronik akan tetap dilakukan oleh pelaku industri. Namun, penyesuaian yang akan dilakukan oleh konsumen dinilai akan lebih bersifat jangka pendek.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kenaikan harga barang jadi elektronik diperkirakan terjadi, tetapi tidak akan langsung menyasar ke seluruh ragam produk. Pelaku industri memutuskan mengikuti pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang terjadi.
”Kami memantau pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Mungkin 3-6 bulan mendatang. Ini berkaitan dengan periode belanja stok bahan baku sehingga kenaikan harga produk jadi di pasaran tidak bisa langsung dan serentak seluruh jenis produk,” ujar Wakil Ketua Bidang Regulasi Gabungan Pengusaha Elektronika (Gabel) Joegiyanto saat dihubungi di Jakarta, Minggu (17/7/2022).
Menurut dia, ada bahan baku produk jadi elektronika yang memiliki porsi impor sampai 70 persen, seperti baja dan cip. Kedua jenis bahan baku ini belum bisa disubstitusi dari dalam negeri. Untuk produk elektronik berukuran kecil, seperti gawai ponsel pintar, dia menyebut industri manufaktur dalam negeri cenderung hanya merakit.
”Kami berharap pemerintah bisa membantu pelaku industri produk elektronika yang memiliki manufaktur di dalam negeri. Membantu dalam konteks pemberian kuota impor bahan baku yang belum bisa diproduksi sendiri oleh industri nasional,” ujarnya.
Sebagai gambaran, Senin (11/7/2022), kurs rupiah Jisdor mencapai Rp 14.969, lalu pada Selasa (12/7/2022) mencapai Rp 14.993, Rabu (13/7/2022) sebesar Rp 14.985, dan Kamis (14/7/2022) Rp 14.999. Adapun pada Jumat (15/7/2022), kurs rupiah Jisdor mencapai Rp 14.999. Kinerja nilai tukar rupiah ini dipengaruhi oleh sentimen global, di antaranya kekhawatiran terhadap resesi dan lonjakan inflasi di Amerika Serikat.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad saat dihubungi secara terpisah mengatakan, apabila depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS mencapai di atas 10 persen, harga produk jadi elektronik akan semakin melonjak. Apalagi, jika porsi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) produk jadi elektronik masih mencapai di bawah 40 persen.
Selain faktor depresiasi nilai tukar rupiah, dia menyebut biaya logistik yang semakin mahal juga berpotensi membuat harga barang elektronik naik. Dalam dua tahun terakhir, biaya logistik telah naik lebih dari 40 persen. Hal ini disebabkan oleh kekurangan transportasi.
”Penyesuaian harga jual ke konsumen tidak akan langsung dilakukan produsen dan pedagang. Bertahap. Seberapa besar dampaknya kepada konsumen, itu harus dilihat dari tingkat sensitivitas mereka ke tiap kategori produk elektronik,” ujar Ahmad.
Dia lantas mencontohkan ponsel pintar. Dia menerka, di tengah peluang kenaikan harga, ada kelompok konsumen yang tidak sensitif terhadap harga. Misalnya, kelompok konsumen kelas menengah ke atas yang diduga masih akan tetap berburu ponsel baru.
Produk elektronik untuk berkomunikasi, seperti ponsel pintar beserta pulsa, telah menjadi kebutuhan utama kedua setelah makanan. Apabila terjadi kenaikan harga di keduanya, konsumen akan melakukan pengurangan belanjanya yang diperkirakan bersifat jangka pendek.
”Ketika mereka memiliki tambahan pendapatan, mereka akan kembali ke porsi belanja awal. Jadi, saya kira efeknya ke industri dan pasar lebih stabil,” katanya.
Mengutip data Kementerian Perindustrian, pada triwulan I-2022, sektor industri logam, mesin, alat transportasi, dan elektronika tumbuh 9,86 persen dibandingkan pada triwulan sebelumnya. Subsektor industri alat angkutan mengalami pertumbuhan 14,2 persen, industri mesin dan perlengkapan 9,92 persen, industri logam dasar 7,9 persen, serta industri barang logam, komputer, barang elektronik, dan optik sebesar 6,80 persen.
Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi menambahkan, waktu pemakaian produk jadi elektronik, seperti gawai, dapat menjadi lebih panjang. Kelompok pengguna gawai terbesar adalah konsumen yang sensitif terhadap harga, yakni konsumen kelas menengah ke bawah. Mereka ini dinilai tidak fanatik terhadap merek tertentu.