Bank Dunia Minta Indonesia Dorong Pertumbuhan Ekspor
Presiden Joko Widodo menerima delegasi yang dipimpin Managing Director of Operations Bank Dunia Axel van Trotsenburg. Indonesia didorong memperkuat sumber-sumber pertumbuhan ekonomi lain.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bank Dunia menilai positif perkembangan ekonomi di Indonesia saat ini. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, Indonesia bisa memperkuat sumber-sumber pertumbuhan lain, seperti ekspor.
Hal ini disampaikan Managing Director of Operations Bank Dunia Axel van Trotsenburg saat bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (14/7/2022). Dalam pertemuan itu, Van Trotsenburg disertai Regional Vice President East Asia and Pacific Manuela V Ferro dan Country Director Indonesia and Timor Leste Satu Kahkonen. Adapun Presiden didampingi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dan Sekretariat Kabinet Pramono Anung.
Seusai acara, Suharso mengatakan, Bank Dunia memberikan penilaian positif atas perkembangan ekonomi Indonesia saat ini. Di antara negara-negara yang sekarang sedang menghadapi situasi serba sulit, Indonesia relatif bisa menjaga stabilitas perekonomian dengan menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi pada level sekitar 5 persen.
”Mudah-mudahan bisa mencapai di atas 5 persen pada tahun ini dan kita sudah buktikan pada setidak-tidaknya semester pertama ini mungkin mendekati di atas 5,1 persen,” tutur Suharso.
Bank Dunia juga menyarankan Indonesia untuk mendorong pertumbuhan ekonominya dari sumber-sumber lain, misalnya dari ekspor. Terkait ekspor, Bank Dunia menilai perlu sebuah reformasi struktural yang dapat menekan tarif.
”Jadi, tariff barrier itu kalau bisa dikurangi dan dengan demikian Indonesia punya sumber pertumbuhan yang lain selain investasi yang sekarang sudah dilakukan,” kata Suharso.
Presiden Jokowi sendiri berkali-kali mengingatkan pemerintah dan semua pihak harus bersama-sama waspada dan bekerja keras menghadapi situasi yang tidak mudah. Resesi mengancam setelah krisis pangan dan energi mendera akibat perang Ukraina-Rusia. Sementara itu, dunia belum pulih dari dampak pandemi Covid-19.
Di acara Prasetya Perwira TNI/Polri, Kamis pagi, Presiden juga mengingatkan hal yang sama. Krisis, katanya, mengakibatkan ratusan juta rakyat dunia kelaparan dan jatuh ke jurang kemiskinan ekstrem. Pada pertemuan dengan para pemimpin redaksi media massa di Istana Merdeka sehari sebelumnya, Presiden juga membahas hal serupa.
Kendati demikian, Presiden tetap menyuarakan optimisme. Sebab, menurut Presiden, produk domestik bruto (PDB) Indonesia lebih banyak bertumpu pada konsumsi, sedangkan proporsi ekspor Indonesia hanya 16 persen dari PDB.
Selain itu, hilirisasi yang sudah dilakukan beberapa tahun belakangan ini sudah mulai menampakkan hasil. ”Sudah 23 bulan ini neraca perdagangan kita surplus terus dan gede banget,” paparnya.
Presiden meyakini, tahun depan, surplus bisa mencapai 30 miliar dollar AS, bahkan lebih besar lagi apabila Indonesia sudah memproduksi baterai litium.
Presiden menyebutkan, apabila sebelumnya neraca perdagangan Indonesia selalu defisit. Sejak larangan ekspor bahan mentah diberlakukan, surplus Indonesia mencapai 20,8 miliar dollar AS. Presiden meyakini, tahun depan, surplus bisa mencapai 30 miliar dollar AS, bahkan lebih besar lagi apabila Indonesia sudah memproduksi baterai litium. Karena itu, diharapkan siapa pun yang memimpin Indonesia ke depan, Presiden Jokowi mengharap sosoknya berani menghentikan ekspor bahan mentah.
Akibat mengekspor bahan mentah, selama ini Indonesia tidak mendapat nilai tambah sama sekali. Pajak, baik Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), bea ekspor, penerimaan negara bukan pajak (PNBP), maupun lapangan kerja tidak bisa diraih di Tanah Air. Karena itu, hilirisasi memang harus dilakukan.
”(Ekspor) bauksit hentikan, (ekspor) emas hentikan, (ekspor) batubara hentikan. Batubara itu bisa jadi macam-macam, DME (dimethyl ether, olahan batubara) bisa,” tuturnya.
Dalam pertemuan dengan Presiden Jokowi, Bank Dunia juga mengucapkan selamat atas presidensi G20 Indonesia. Delegasi Bank Dunia menaruh banyak harapan kepada Indonesia dalam presidensi G20 kali ini.
”(Bank Dunia) menaruh banyak harapan yang dapat dilakukan Indonesia dengan kesempatan presidensi ini. Kemudian, Bapak Presiden mengatakan, berharap nanti ada komunike yang bisa dihasilkan dalam pertemuan akan datang di Bali,” kata Suharso.
Bank Dunia juga menyatakan komitmennya untuk mendukung Indonesia dalam hal keamanan pangan dan transisi energi, termasuk memuji Indonesia yang telah menyiapkan peta jalan untuk ekonomi hijau ke depan. ”Bank Dunia mendukung pembiayaan di energi, blue economy, food security, mangrove, dan climate change, kira-kira sekitar 1,6 miliar dollar AS,” ujarnya.