Perbankan Tawarkan Skema Pembiayaan Efisiensi Energi
Sejalan dengan upaya pemerintah mencapai nol emisi bersih pada 2060 dan target bauran energi baru dan terbarukan sebesar 23 persen pada 2025, kalangan perbankan menawarkan skema pembiayaan ekonomi ramah lingkungan.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Pembangunan Tower 3 Kampus Universitas Multimedia Nusantara, di Scienta Garden, Kabupaten Tangerang, Jumat (27/1). Tower 3 ini didesain sebagai bangunan ramah lingkungan, seperti penggunaan lapisan yang memungkinkan kontrol intesitas cahaya dan panas matahari yang masuk dalam ruangan sehingga ruangan cukup dingin dan terang.
JAKARTA, KOMPAS — Kalangan perbankan menyiapkan skema pembiayaan kepada nasabah, baik perorangan maupun perusahaan, yang ingin meningkatkan efisiensi energi untuk sektor perumahan atau perkantoran. Ini merupakan salah satu bagian upaya perbankan berperan dalam memberikan pendanaan ekonomi hijau.
Wholesale Banking Director UOB Indonesia Harapman Kasan menjelaskan, pihaknya meluncurkan platform atau skema pembiayaan ramah lingkungan bernama U-Energy. Adapun platform ini menyediakan pembiayaan kepada debitor, baik perorangan maupun perusahaan, yang ingin meningkatkan efisiensi energi di rumah ataupun di gedung perkantoran.
”Jadi, misalkan nasabah perorangan mau meningkatkan efisiensi energi di rumahnya dengan membeli AC ramah lingkungan, kami bisa tawarkan pembiayaannya. Begitu juga dengan nasabah korporasi yang ingin membangun gedung ramah lingkungan, kami bisa tawarkan juga pembiayaannya,” ujar Kasan dalam jumpa pers peluncuran U-Energy, secara hibrida di Jakarta, Kamis (23/6/2022).
DOKUMENTASI UOB INDONESIA
Wholesale Banking Director UOB Indonesia Harapman Kasan (kedua dari kiri) bersama Managing Director & Head Construction and Infrastructure Sector Solutions Group UOB Singapore Jasper Wong (kedua dari kanan) dan Industry Group Head Resources and Property UOB Indonesia Susanto Lukman dalam acara peluncuran platform U-Energy oleh UOB Indonesia yang dilakukan secara hibrida di Jakarta, Jumat (23/6/2022). Adapun platform ini menyediakan pembiayaan kepada debitor, baik perorangan maupun perusahaan, yang ingin meningkatkan efisiensi energi, baik di rumahnya maupun di gedung perkantoran.
Ia menjelaskan, keunggulan skema pembiayaan ini adalah terintegrasi dengan empat perusahaan penyedia jasa energi lokal yang bisa dimanfaatkan untuk proyek efisiensi energi. Empat perusahaan itu adalah PT Amerindo Energy Solutions (Synergy Efficiency Solutions), Barghest Building Performance, G-Energy, dan Schneider Electric.
Mitra-mitra skema U-Energy ini dapat mendukung proyek efisiensi energi, antara lain mendukung pemanfaatan chiller and efisiensi pendingin udara, pemasangan panel surya di atap, dan peralihan ke lampu LED.
Kasan menjelaskan, melalui program ini pihaknya ingin melanjutkan komitmen dalam hal pembiayaan ekonomi hijau dan bisnis berkelanjutan. Pihak perbankan, termasuk UOB Indonesia, lanjut dia, perlu berperan mendukung upaya pemerintah mencapai nol emisi karbon pada 2060 dan mencapai target bauran energi baru dan terbarukan sebesar 23 persen pada 2025.
”Kami perlu sosialisasikan kepada nasabah dan masyarakat betapa pentingnya upaya pengurangan emisi ini. Kami juga hadir memberikan solusi bagi nasabah yang hendak mendukung upaya pengurangan emisi ini,” tutur Kasan.
Pemberian kredit dalam upaya mendukung bisnis ekonomi hijau berkelanjutan juga dilakukan PT Bank Central Asia (Tbk) atau BCA. Pekan ini, BCA mengucurkan pembiayaan sekitar Rp 472 miliar kepada PT Eco Paper Indonesia, anak usaha PT Alkindo Naratama Tbk, untuk mendukung usaha dan investasi perusahaan tersebut di segmen ekonomi sirkular. BCA dan Eco Paper juga tengah menjajaki kemungkinan kerja sama lanjutan dalam pembiayaan hijau lainnya.
Direktur BCA John Kosasih mengatakan, ekonomi hijau sudah merupakan panggilan bersama yang penting bagi keberlangsungan bumi dan untuk masa depan lebih baik bagi generasi mendatang. Pemerintah Indonesia juga telah mencanangkan ekonomi hijau sebagai kewajiban yang harus dilakukan berbagai pihak.
KOMPAS/PRIYOMBODO
Pengunjung melakukan pengisian daya kendaraan listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum atau SPKLU yang menjadi fasilitas terbaru di Wisma BCA Foresta, BSD, Tangerang, Banten, Kamis (16/6/2022). Fasilitas SPKLU ini dapat dimanfaatkan seluruh masyarakat sekitar karena beroperasi selama 24 jam dalam tujuh hari. Terdapat dua jenis mesin pengisian dengan kapasitas 7kW yang dapat melakukan pengisian selama 6 jam dan 22 kW dengan pengisian selama 2 jam.
Sampai dengan triwulan pertama tahun ini, portofolio kredit BCA di segmen bisnis berkelanjutan mencapai Rp 161,6 triliun yang bertumbuh 25,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pembiayaan segmen berkelanjutan itu setara dengan 24,9 persen dari total portofolio kredit.
Penyaluran kredit bisnis berkelanjutan itu untuk sektor transportasi ramah lingkungan, energi baru dan terbarukan, manajemen pengolahan air dan limbah, efisiensi energi, serta pembangunan gedung ramah lingkungan.
Obligasi hijau
Selain memberikan pembiayaan, perbankan juga menerbitkan obligasi untuk bisnis berkelanjutan (green bond) untuk mendukung bisnis ekonomi hijau. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI meluncurkan obligasi hijau dengan target penghimpunan dana sebanyak Rp 15 triliun.
Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan, hasil penghimpunan dana tersebut akan digunakan sesuai ketentuan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 60 Tahun 2017 tentang Penerbitan dan Persyaratan Efek Bersifat Utang Berwawasan Lingkungan (Green Bond). Dalam aturan itu disebutkan, perusahaan perlu mengalokasikan sedikitnya 70 persen dari dana yang diperoleh untuk kegiatan usaha dan/atau kegiatan lain yang termasuk dalam kriteria kegiatan usaha berwawasan lingkungan (KUBL) yang baru, sedang berjalan, atau telah selesai sesuai dengan kerangka kerja obligasi.
Sementara itu, sektor KUBL yang akan menjadi sasaran obligasi berwawasan lingkungan BRI meliputi energi terbarukan, efisiensi energi, pencegahan dan pengendalian polusi, pengelolaan sumber daya alam dan penggunaan lahan yang berkelanjutan, konservasi keanekaragaman hayati darat dan air, transportasi ramah lingkungan, serta pengelolaan air dan limbah berkelanjutan. Sektor lainnya adalah adaptasi perubahan iklim, produk yang dapat mengurangi penggunaan sumber daya dan menghasilkan lebih sedikit polusi, bangunan berwawasan lingkungan, serta kegiatan usaha dan/atau kegiatan lain yang berwawasan lingkungan.
Hingga triwulan pertama tahun ini, BRI telah memberikan pembiayaan kepada kegiatan usaha yang berkelanjutan mencapai Rp 639,9 triliun atau setara dengan 65,6 persen dari total pinjaman. Jumlah tersebut meningkat 13,4 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021 yang sebesar Rp 564,0 triliun atau dengan proporsi 62,9 persen dari total pinjaman.