Efisiensi Energi Berpotensi Jadi Kontributor Tercapainya Target Emisi Nol Bersih
Dalam mencapai target emisi nol bersih, banyak hal yang bisa dikerjakan. Salah satunya dengan efisiensi energi, yang dapat mengurangi emisi karbon, terutama pada bangunan komersial dan industri.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Konservasi energi, antara lain dengan upaya efisiensi energi, berpotensi menjadi kontributor dalam upaya menuju emisi nol bersih di Indonesia yang ditargetkan tercapai pada 2060. Dalam mendukung itu, perlu upaya semua pihak mengingat tantangan dalam penerapan konservasi energi masih terdapat berbagai tantangan.
Dalam menuju emisi nol bersih (NZE) 2060, Indonesia melalui sejumlah tahapan dalam transisi energi. Pada 2030, emisi gas rumah kaca ditargetkan turun sebesar 29 persen atas usaha sendiri dan 41 persen dengan dukungan internasional.
Wakill Ketua Umum Bidang Energi Terbarukan/Electric Vehicle/Circular Economy Kamar Entrepreneur Indonesia Mada Ayu Habsari mengatakan, guna mecapai target itu, banyak hal yang bisa dikerjakan. Salah satunya dengan efisiensi energi yang dapat mengurangi emisi karbon, terutama pada bangunan-bangunan besar, seperti bangunan komersial dan industri.
”Akan tetapi, penghematan energi bisa di mana saja. Setiap inisiatif yang dilaksanakan dapat memberi dampak pada lingkungan,” ujar Mada dalam webinar ”Upaya Penerapan Konservasi Energi dan Efisiensi Energi dalam Mendukung Transisi Energi” yang digelar Chakra Giri Energi Indonesia, Selasa (24/5/2022).
Mada yang juga Wakil Ketua Asosiasi Tenaga Surya Indonesia (AESI) menuturkan, salah satu tantangan yang dihadapi saat ini dalam penerapan efisiensi energi ialah masih banyak orang tidak tahu pentingnya hal itu. Apalagi, dengan merasa mampu membayar listrik, sejumlah pihak berpikir sederhana serta untuk jangka pendek, bukan untuk kepentingan masa depan.
Tantangan lainnya ialah Indonesia belum mempunyai regulasi terkait efisiensi energi. ”Bagi pihak swasta, jika satu kegiatan bisnis tak diregulasi dengan baik, kami khawatir apakah program ini dilihat pemerintah atau tidak. Efisiensi energi ini potensi besar untuk NZE, tetapi bagaimana mau banyak menyuarakan hal ini jika regulasinya tak dibuat,” tutur Mada.
Ia menambahkan, rendahnya tarif listrik di Indonesia juga turut memengaruhi efisiensi energi. Saat ini, penerapan subsidi masih dilakukan pada skala tertentu sehingga tarif listrik sebenarnya atau sesuai harga keekonomian belum tecermin dan membuat orang cenderung ”santai” dalam penggunaan listrik.
”Jika kemarin disebut akan ada kenaikan tarif listrik, saya pikir efisiensi energi nantinya akan jadi salah satu primadona karena semua orang akan berlomba-lomba melakukan penghematan,” kata Mada, yang juga pendiri PT Enertec Mitra Solusi, perusahaan yang bergerak dalam bidang energi terbarukan dan efisiensi energi.
Mada mengemukakan, pihaknya, yang mendapat dana hibah dari luar negeri, akan membangun ekosistem efisiensi energi di Indonesia dalam upaya menjawab berbagai tantangan yang dihadapi. Di sisi lain, ia juga mendorong pemerintah memberi insentif agar berbagai pihak bersemangat mendukung itu serta membuat satu proyek percontohan dalam efisiensi energi agar dapat ditiru para pelaku lain.
Kepala Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi pada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Cuk Supriyadi Ali Nandar mengatakan, secara global, 65 persen atau terbesar, emisi gas rumah kaca disumbang CO2 yang digunakan dari bahan bakar fosil dan industri. Sementara dari gas metana 16 persen dan CO2 dari pertanian dan kehutanan sebesar 11 persen.
Sesuai arahan Presiden Joko Widodo di COP26, Glasgow, Skotlandia, pada 2 November 2021, Indonesia akan berkontribusi lebih cepat dalam penurunan emisi gas rumah kaca. ”Namun, ini tak mudah karena perlu strategi-strategi dan kebijakan dalam mencapainya. Juga mengacu pada UU Energi Baru dan Terbarukan yang saat ini sedang dibahas serta Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik,” ujar Cuk.
Cuk menuturkan, sebagai pusat riset konservasi energi, pihaknya antara lain melayani audit energi, manajemen energi, AC testing lab, serta pengujian emisi udara, dan kinerja alat kontrol polusi. Lewat audit energi, dapat dilakukan identifikasi area dengan potensi penghematan, yang kemudian juga dapat dianalisis secara komprehensif dalam rangka peningkatan efisiensi energi yang membutuhkan pendanaan besar.
Pihaknya juga mengkaji terkait ukuran energi surya yang optimal saat diterapkan. ”Saat ini kita ingin menggunakan energi surya karena, setelah kami amati, yang potensinya besar itu PLTS (pembangkit listrik tenaga surya), tetapi hanya di siang hari dan sangat tergantung pada cuaca. Kami lakukan simulasi untuk mengatasi jika membangun energi surya sangat besar, lalu tiba-tiba mendung, misalnya. Jadi, hal itu diperhitungkan,” tuturnya.