Regulasi Diperlukan Setelah Kegagalan Algoritma ”Stablecoin”
Gejolak yang terjadi di pasar kripto sepekan terakhir, seiring keruntuhan ”stablecoin” UST, dinilai perlu menjadi perhatian dari regulator. Entitas pendukung aset kripto itu ternyata tidak cukup menjaga stabilitas harga.
Oleh
JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
AFP/JUSTIN TALLIS
Ilustrasi
JAKARTA, KOMPAS — Kegagalan algoritma mekanisme harga tetap aset kripto Terra USD atau UST serta sempat lepasnya Tether dari jangkar kurs dollar AS memberikan tanda bahwa stablecoin juga masih rentan. Apa yang terjadi di pasar stablecoin pekan ini diharapkan menjadi perhatian dari regulator.
Stablecoin merupakan jenis aset kripto yang sedianya dibuat untuk menstabilkan harga yang sangat bergejolak. Stablecoin dibuat untuk mempertahankan nilai tukarnya secara tetap dengan mata uang, seperti dollar AS, misal 1 stablecoin setara 1 dollar AS.
Namun, salah satu stablecoin, yakni Terra USD atau UST, bergerak menjauhi pasak 1 dollar AS dan sempat menyentuh harga di bawah 0,5 dollar AS pada Rabu (11/5/2022). Tekanan juga dialami stablecoin lain, yakni Tether (USDT) yang sempat menyentuh 0,97 dollar AS, kendati segera pulih ke pasak 1 dollar AS (USD).
”Kami telah mengindikasikan bahwa algoritma stablecoin sudah berupaya untuk diterima oleh regulator karena mereka dapat menghadapi risiko tertentu dalam menjaga kestabilan harga. Perihal UST, ternyata entitas pendukung aset kripto tidak cukup untuk menjaga harga sebagai sumber kestabilan ketika mekanisme algoritma UST berada di bawah tekanan,” demikian riset dari Monsur Hussain, Senior Director, Financial Institution Reaserch Fitch Ratings, Jumat (13/5/2022).
Menurut dia, selama 10-12 Mei 2022, UST secara konstan diperdagangkan pada nilai di bawah 1 dollar AS. Stablecoin ditopang oleh aset dengan nilai mata uang fiat. Hussain berharap ada perkembangan positif yang akan membuat semua pihak terkait untuk menyusun regulasi stablecoin.
Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen sudah mengatakan perlunya kerangka aturan untuk stablecoin. Regulasi yang sudah ada di Uni Eropa sedang menuju langkah final untuk melarang pembuatan algoritma stablecoin dan meminta regulasi, seperti regulasi industri perbankan, untuk diberlakukan kepada para penerbit stablecoin.
Stablecoin yang didukung oleh aset nyata membuat risikonya menjadi lebih terukur walaupun masih tergantung dari berbagai faktor, seperti keamanan dan likuiditas. Faktor lain yang terkait dengan profil kredit dari penerbitnya, termasuk regulasi dan transparansi, dari dana cadangan yang digunakan.
Dihapuskan
Lokapasar untuk perdagangan aset kripto, Tokocrypto, dalam keterangannya mengatakan sudah menghapuskan perdagangan token Luna dan UST/USDT mulai 13 Mei 2022. ”Setelah peninjauan mendalam, pairing token Luna/BNB, Luna/BIDR, Luna/BTC, Luna/USDT dan UST/USDT dihapus dan dihentikan transaksinya pada 13 Mei 2022 pukul 07.40 WIB dan UST/USDT pukul 08.30 WIB,” kata CEO Tokokrypto Pang Xue Kai.
Penyesuaian itu tidak akan memengaruhi perdagangan spot dan fungsi lain yang relevan. Kebijakan Tokocrypto ini selaras dan berhubungan dengan jaringan on-chain yang digunakan oleh Binance.
Terra merupakan salah satu stablecoin terbesar. Nilai pasarnya pada 8 Mei 2022, sebelum terkena tekanan, hanya sekitar 18,6 miliar dollar AS, di bawah stablecoin terbesar Tether yang senilai 83,2 miliar dollar AS atau USD Coin yang sekitar 48,7 miliar dollar AS.