Berkat Kebijakan yang Kredibel, Peringkat Utang Indonesia Terus Membaik
Peningkatan ”outlook” Indonesia dari negatif menjadi stabil menjadi pengakuan atas arah perbaikan ekonomi makro yang kuat, khususnya laju pemulihan ekonomi yang relatif cepat.
Oleh
DIMAS WARADITYA NUGRAHA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kebijakan pemerintah yang efektif dan kredibel dalam menjaga stabilitas ekonomi makro membuat lembaga pemeringkat Standard and Poor’s mempertahankan peringkat layak investasi Indonesia dan merevisi outlook dari sebelumnya negatif menjadi stabil. Perbaikan outlook diharapkan membuat Indonesia menjadi lebih kompetitif dalam penarikan pembiayaan.
Pada 28 April 2022, Standard and Poor’s (S&P) merevisi peringkat utang Indonesia dari BBB/outlook negatif menjadi BBB/outlook stabil. Dengan demikian, Indonesia sudah mendapatkan peringkat BBB atau Baa2 dengan outlook stabil dari tiga lembaga pemeringkat dunia, yakni Fitch Rating, Moody’s, dan S&P. Adapun peringkat utang Indonesia dari JCRA dan R&I tercatat berada di level yang lebih tinggi, yakni BBB+/outlook stabil.
Dalam ukuran lembaga pemeringkat efek, peringkat BBB atau Baa2 berarti surat berharga yang diterbitkan Pemerintah Indonesia berada dalam kategori risiko kredit moderat dan berada dalam medium grade. Adapun proyeksi stabil menggambarkan posisi peringkat yang akan stabil dalam beberapa waktu ke depan sekaligus menunjukkan risiko yang berimbang.
Peningkatan outlook Indonesia dari negatif menjadi stabil ini merupakan pengakuan atas arah perbaikan ekonomi makro yang kuat, khususnya laju pemulihan ekonomi yang relatif cepat, posisi eksternal yang kuat dan penguatan signifikan pada sisi fiskal. (Luky Alfirman)
Saat dihubungi Jumat (29/4/2022), Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman berharap peringkat kredit Indonesia di posisi BBB dapat membawa angin segar bagi perekonomian Indonesia ke depannya terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang sempat terdampak pandemi Covid-19.
Di sisi lain, peningkatan outlook Indonesia dari negatif menjadi stabil merupakan pengakuan atas arah perbaikan ekonomi makro yang kuat, khususnya laju pemulihan ekonomi yang relatif cepat serta penguatan signifikan pada sisi fiskal.
”Peningkatan outlook kualitas kredit menyiratkan bahwa kebijakan pemerintah sudah pada jalur yang tepat dan memberikan tantangan bagi pemerintah untuk tetap konsisten mengelola perekonomian dan kebijakan fiskal sehingga dampaknya dapat terus dijaga secara berkelanjutan,” ujar Luky.
Ia menambahkan, afirmasi peringkat Indonesia oleh S&P pada BBB dengan outlook stabil juga mencerminkan optimisme investor internasional terhadap prospek perekonomian Indonesia di tengah tantangan global dan domestik.
Di saat beberapa negara menghadapi penurunan peringkat, kata Luky, Indonesia justru mampu mempertahankan peringkat layak investasi dan memperbaiki outlook dari negatif menjadi stabil. Peringkat dan outlook yang disematkan kepada Indonesia diyakini dapat menjadi magnet penarik investasi di masa yang akan datang.
”Kebijakan fiskal yang responsif dan fleksibel berperan penting dalam menahan dampak pandemi Covid-19 serta mendorong pemulihan ekonomi. Selain itu, sinergi kebijakan pemerintah, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan juga secara efektif mampu mendorong perekonomian,” kata Luky.
Dalam keterangan resminya, S&P menyebut bahwa fleksibilitas kebijakan fiskal dalam merespons gejolak pandemi Covid-19 telah mampu memitigasi dampak yang lebih dalam pada perekonomian serta mendorong akselerasi pemulihan ekonomi.
Menguatnya pemulihan ekonomi, upaya perbaikan pengelolaan fiskal melalui reformasi perpajakan di sisi penerimaan dan reformasi hubungan keuangan pusat dan daerah (HKPD) di sisi belanja, serta komitmen pemerintah melakukan konsolidasi fiskal mulai tahun 2023 diyakini akan memperkuat posisi fiskal dalam jangka menengah.
Penguatan posisi fiskal yang mulai terlihat sejak semester II-2021 berlanjut hingga triwulan I-2022. Hal ini telah memberikan keyakinan bagi S&P bahwa Indonesia memiliki fondasi kuat mewujudkan transisi yang sehat dan aman menuju konsolidasi fiskal di tahun 2023.
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, menilai kenaikan outlook rating Indonesia dari negatif menjadi stabil oleh S&P didorong oleh sejumlah faktor, utamanya kenaikan harga komoditas yang mendukung surplus pada neraca transaksi berjalan pada triwulan III-2021 dan triwulan IV-2021.
Selain melihat kinerja transaksi berjalan, menurut Josua, S&P juga mempertimbangkan peningkatan aktivitas ekonomi Indonesia dan juga penerapan konsolidasi fiskal oleh pemerintah sebagai bagian dari strategi keluar (exit strategy) pascapandemi Covid-19.
”Defisit APBN yang cenderung mengecil mengindikasikan pengelolaan keuangan negara sangat pruden dan bahkan dalam pagu indikatif APBN 2023, defisit fiskal diperkirakan akan kembali ke kondisi normal, yakni 3 persen terhadap PDB (produk domestik bruto),” kata Josua.
Upaya pemerintah dalam menjaga konsolidasi fiskal, kata Josua, akan membawa angin segar dari sisi peringkat utang. Lembaga-lembaga pemeringkat bisa saja meningkatkan peringkat utang Indonesia sehingga diharapkan Indonesia menjadi lebih kompetitif bila memang membutuhkan penarikan utang.
Ini menandakan kepercayaan investor masih kuat terhadap kredibilitas kebijakan pemerintah dan ketahanan ekonomi Indonesia. (Airlangga Hartarto)
Dalam kesempatan berbeda, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sepakat dengan pandangan S&P bahwa outlook yang stabil merupakan pengakuan atas arah pemulihan ekonomi Indonesia yang akan berlanjut. Peringkat BBB, katanya, didasarkan pada prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang solid dan dinamika kebijakan yang berorientasi masa depan.
”Di tengah proses pemulihan ekonomi dan risiko global seperti konflik Rusia-Ukraina dan kenaikan inflasi global, akhirnya outlook Indonesia ditingkatkan menjadi stabil dari sebelumnya negatif oleh lembaga rating S&P. Ini menandakan kepercayaan investor masih kuat terhadap kredibilitas kebijakan pemerintah dan ketahanan ekonomi Indonesia,” kata Airlangga.