Dua situs pencatat proyek-proyek kripto yang gagal, yakni Dead Coins dan Coinopsy, mendata ribuan koin mati secara global hingga awal Februari 2022. Catatan itu menjadi pengingat yang baik bagi Anda untuk berhati-hati sebelum memutuskan untuk masuk atau membeli koin/token kripto sebagai pilihan investasi.
Koin mati adalah istilah yang disematkan untuk koin/token kripto yang sudah tidak ada lagi. Sebuah koin dinyatakan mati karena berbagai alasan, seperti pengembangannya dihentikan, tidak ada lagi orang yang menggunakan atau memperdagangkannya, atau dinyatakan sebagai scam atau penipuan.
Proyek Dead Coins yang dimulai tahun 2017 mencatat 1.699 koin mati sampai 8 Februari 2022. Sementara Coinopsy menampilkan 2.396 entri koin mati. Koin-koin dilaporkan mati atau ditinggalkan antara lain karena penawaran koin (initial coin offering/ICO) gagal, proyek berumur pendek (bahkan tak sampai satu tahun), memiliki masalah dengan dompet, tidak ada volume atau ditinggalkan, tanpa tujuan pengembangan, serta jadi ajang penipuan.
Deretan daftar koin mati berpotensi semakin panjang seiring kian pesatnya kemunculan koin-koin baru. Ibarat jamur di musim hujan, kemunculan koin/token baru meruak sejalan dengan semakin masifnya proyek-proyek baru berbasis teknologi rantai blok (blockchain) beberapa tahun terakhir.
Jumlah koin/token kripto menurut CoinGecko, agregator data cryptocurrency, mencapai 15.525 koin sampai Sabtu (12/2/2022) pukul 11.00 WIB. Koin-koin itu diperdagangkan di 549 tempat pertukaran/jual beli (exchanges). Sementara menurut situs pelacakan aset kripto CoinMarketCap, jumlahnya mencapai 17.513 koin.
Lonjakan jumlah dalam skala yang eksponensial terjadi dua tahun terakhir. Proyek-proyek baru lahir. Situasi itu sejalan dengan demam masyarakat dalam adopsi teknologi di industri rantai blok, seperti non-fungible token (NFT), metaverse, dan GameFi (game finance). Namun, ada “penumpang gelap” yang menunggangi euforia tersebut. Mereka memanfaatkan celah rendahnya literasi untuk mengelabui calon korban dengan iming-iming keuntungan berlipat dalam waktu singkat.
Selain motif jahat itu, ada faktor lain yang menyebabkan sebuah proyek kripto gagal, antara lain karena ketidakjelasan jalur pengembangan, tidak ada manfaat/kegunaan (utility) yang ditawarkan, dan isu keamanan.
Teliti sebelum beli
Koin/token kripto adalah aset digital yang mewakili nilai. Koin biasanya digunakan untuk tujuan investasi, menyimpan nilai, atau transaksi perdagangan. Sebagaimana saham, nilai koin akan naik atau turun berdasarkan permintaan dan penawaran, tetapi perkembangan proyek dan kinerja pengembang akan menjadi penopangnya.
Ketika sebuah proyek kripto berkembang, antara lain ditandai dengan peningkatan adopsi pengguna, permintaan koin akan meningkat sehingga mendongkrak harganya. Sebaliknya, ketika sebuah proyek ditinggalkan penggunanya, permintaan dan harga koin biasanya akan turun.
Oleh karena itu, peta jalan pengembangan proyek penting dilihat secara teliti oleh calon pembeli koin. Peta itu semestinya dilampirkan dalam buku putih (white paper) proyek kripto. Serupa dengan prospektus di dunia saham ketika perusahaan akan melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).
Guna melindungi investor, pemerintah Indonesia melalui Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Kementerian Perdagangan sebenarnya telah menerbitkan sejumlah peraturan. Pada Peraturan Bappebti Nomor 7 Tahun 2020 tentang Penetapan Daftar Aset Kripto yang Dapat Diperdagangkan di Pasar Fisik Aset Kripto, misalnya, pemerintah mensyaratkan sejumlah kriteria bagi aset kripto yang diperdagangkan pada tempat pertukaran (exchanges) lokal.
Kriteria itu, antara lain aset kripto mesti berbasis teknologi ledger (buku besar), berupa aset utilitas atau beragun aset, dan telah memiliki hasil penilaian dengan metode analisis hierarki proses (analytical hierarchy proses/AHP) yang ditetapkan oleh Bappebti.
Analisis hierarki antara lain memperhatikan aspek keamanan, profil tim dan anggota tim yang mengembangkan aset kripto, tata kelola dan skalabilitas sistem rantai blok, peta jalan yang dapat diverifikasi pencapaiannya, serta masuk dalam 500 besar kapitalisasi pasar kripto di CoinMarketCap. Aspek terakhir bisa jadi alternatif yang mudah dilakukan oleh calon investor guna menimbang kelayakan sebuah koin.
Peringkat koin di daftar kapitalisasi pasar bisa jadi cermin untuk mengukur kinerja sebuah proyek kripto dan performa koin. Dengan demikian, investor bisa terhindari dari jebakan iming-iming cuan besar dalam waktu singkat, tetapi tanpa fundamen yang kuat. Data ribuan koin mati mesti jadi pengingat bagi kita untuk lebih lebih teliti dan berhati-hati.
Baca juga: Membawa "Blockchain" ke Kebun Petani