Ekspor tanaman obat, aromatik, dan rempah-rempah turut mendukung peningkatan ekspor pertanian pada 2021, mencapai 4,24 miliar dollar AS atau meningkat 2,86 persen dari 2020. Salah satu komoditasnya ialah kapulaga.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
Koordinator Fungsional Karantina Tumbuhan Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang Heri Widarta, dihubungi dari Jakarta, Selasa (18/1/2022), mengatakan, dalam dua tahun terakhir, kapulaga yang diproduksi di Jawa Tengah rutin diekspor, antara lain ke China dan Vietnam.
”Di Jawa Tengah, kapulaga diproduksi di dataran tinggi seperti di Purbalingga, Wonosobo, Temanggung, dan Karanganyar. Sedikitnya sebulan sekali, ada pengiriman dari Pelabuhan Tanjung Emas. Di negara tujuan, kapulaga menjadi bahan herbal, bahan bumbu masak, hingga bahan baku kosmetik,” ujar Heri.
Menurut dia, ekspor kapulaga serta tanaman obat atau rempah lain seperti cengkeh dan kunyit berpeluang dikembangkan. Namun, ketersediaannya masih terbatas karena tanaman tersebut bersifat musiman. Kendati demikian, hampir tiap bulan selalu ada ekspor karena ada penyimpanan barang di pedagang besar.
Sebelumnya, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementerian Pertanian Tommy Nugraha menuturkan, kapulaga merupakan komoditas yang amat potensial, terutama pada masa pandemi Covid-19. Kapulaga banyak dikonsumsi karena dianggap sebagai salah satu tanaman obat atau rempah yang dapat meningkatkan imunitas tubuh.
Ia menambahkan, ekspor kapulaga dalam kurun tahun 2018 hingga 2020 terus meningkat dengan negara tujuan antara lain Singapura, Malaysia, Taiwan, dan Jepang. Hal itu menunjukkan komoditas itu memiliki prospek cerah, baik domestik maupun mancanegara. Termasuk juga untuk bahan baku industri.
”Dengan demikian, kapulaga diharapkan lebih banyak diminati masyarakat. Pemerintah, petani, dan pelaku usaha bisa saling berdiskusi sekaligus memberikan ide dan gagasan agar pengembangannya lebih besar lagi,” kata Tommy, dikutip dari situs Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, 25 September 2021.
Catatan Litbang Kompas dari data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Statistik Hortikultura 2020, produksi kunyit di Indonesia pada 2020 mencapai 193.580 ton atau meningkat dari 2019 yang tercatat 190.910 ton. Sementara produksi jahe mencapai 183.520 ton, meningkat dari tahun sebelumnya yang 173.380 ton. Adapun temulawak 26.740 ton, turun dari 2020 yang 29.630 ton.
Menurut data BPS, pada 2020, Thailand menjadi negara tujuan ekspor tanaman obat, aromatik, dan rempah-rempah tertinggi dengan 64.560 ton senilai 89.9 juta dollar AS, disusul India 33.995 ton senilai 70,2 juta dollar AS, dan China dengan 18.950 ton senilai 89 juta dollar AS.
Ekspor pertanian
Ekspor tanaman obat, aromatik, dan rempah-rempah turut mendukung peningkatan ekspor pertanian pada 2021. Saat merilis data, Senin (17/1/2022), Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan, ekspor pertanian, kehutanan, dan perikanan pada tahun 2021 mencapai 4,24 miliar dollar AS atau meningkat 2,86 persen dibandingkan tahun 2020.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian Kuntoro Boga Andri mengemukakan, peningkatan ekspor pertanian pada 2021 melanjutkan tren positif. Terlebih, saat sektor-sektor lain terdampak pandemi Covid-19, pertanian masih relatif terjaga hingga menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi.
”Peningkatan ekspor pertanian pada tahun 2021 menandakan pertanian masih tetap konsisten menjalankan peran tersebut,” kata Kuntoro, dalam keterangannya.
Ia menambahkan, Kementerian Pertanian juga menjalankan program Gerakan Tiga Kali Ekspor atau Gratieks, yang digagas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Program itu menggunakan teknologi, digitalisasi, riset, jejaring, serta kerja sama semua pihak, dari hulu hingga hilir.