Ekspor porang dalam bentuk irisan tipis atau chips dari Pelabuhan Tanjung Emas, biasanya berkisar 20-50 kontainer per bulan. Setiap kontainer bermuatan 20 ton. Terakhir kali ekspor porang dari Jateng yakni Agustus 2021.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS - Ekspor umbi porang, termasuk dari Pelabuhan Tanjung Emas Semarang, Jawa Tengah, terhenti karena Vietnam dan Thailand sebagai negara transit sebelum ke China menutup pintu perdagangan komoditas itu. Eksportir berharap ada kerja sama langsung Indonesia dan China.
Koordinator Fungsional Tumbuhan Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang Heri Widarta dihubungi di Semarang, Senin (4/10/2021), mengatakan, terakhir kali ekspor porang dari Tanjung Emas yakni pada ekspor raya 14 Agustus 2021. Setelah itu, eksportir di Jateng belum lagi mengirim porang.
"Dua bulan terakhir ini, Vietnam dan Thailand tiba-tiba menutup. Alasannya masih belum jelas. Ini terkait juga dengan China karena dari kedua negara itu (porang) juga nantinya dikirim ke China. Pasarnya ada di China. Mungkin akan ada pembicaraan antarpemerintah (negara)," ujar Heri.
Heri menuturkan, biasanya, pengiriman porang, dalam bentuk irisan tipis atau chips dari Tanjung Emas, berkisar 20-50 kontainer per bulan. Setiap kontainer bermuatan 20 ton. Pada ekspor raya pertanian Agustus lalu, dari Jateng diekspor 327 ton porang ke Vietnam dan Thailand, senilai Rp 17,4 miliar.
Menurut Heri, hampir semua daerah di Jateng memproduksi umbi porang. Adapun tempat pengolahan antara lain terdapat di Semarang, Grobogan, Kendal, dan Rembang.
"Saat ini dari Jateng memang baru mengirim dalam bentuk kering atau chip. Porang sendiri dapat diolah menjadi tepung hingga mi dan beras (shirataki). Selain itu, di negara tujuan biasanya juga digunakan untuk bahan baku kosmetik," kata Heri.
Sri Astuti dari PT Ramadhika Jaya Mandiri, selaku eksportir, menuturkan, dari informasi yang ia terima, penutupan perdagangan itu juga dampak pandemi Covid-19 di negara-negara tujuan. Saat ini, porang yang ia kirim ke China, sebanyak 4 kontainer, masih tertahan di Vietnam.
"Dampaknya ke cashflow (arus kas). Selain itu, harga porang juga sedang jatuh. Tahun lalu sempat sampai Rp 60.000 per kilogram (kg), tetapi saat ini hanya Rp 37.000 per kg. Yang kasihan petani, karena Indonesia belum bisa mengirim barang jadi," katanya.
Astuti berharap pemerintah Indonesia segera melakukan kerja sama dengan China agar bisa mengekspor porang secara langsung, tanpa melalui negara lain. Dengan demikian, biaya pengiriman dapat ditekan.
Sebelumnya, pada 19 Agustus 2021, saat mengunjungi pabrik pengolahan porang milik PT Asia Prima Konjac di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Presiden Joko Widodo menilai, porang akan menjadi makanan masa depan. Sebab, komoditas itu rendah kalori, karbon, dan kadar gula. (Kompas.id, 19/8).
Pemerintah Indonesia diharapkan segera melakukan kerja sama dengan China agar bisa mengekspor porang secara langsung, tanpa melalui negara lain. Dengan demikian, biaya pengiriman dapat ditekan. (Sri Astuti)
Presiden juga meminta Menteri Pertanian untuk betul-betul serius mengelola porang. ”Kita harapkan, tidak mengekspor porang dalam bentuk mentahan. Namun, seperti tadi kita lihat di sini, (porang) ini sudah setengah jadi, bisa jadi tepung. Dan, insya Allah nanti tahun depan sudah akan menjadi barang jadi, yaitu menjadi beras porang,” ujarnya.
Beras ke Arab Saudi
Potensi komoditas ekspor pertanian lain di Jateng yakni beras, yang diminati oleh Arab Saudi. Heri Widarta menuturkan, ada permintaan beras premium asal Sragen, hingga 1.000 ton. Namun, hingga kini baru terpenuhi puluhan ton karena tingginya biaya pengapalan atau kontainer.
"Baru dikirim dua kontainer. Permintaan tinggi, tetapi terkendala kesulitan mencari kargo. Terkait kelangkaan itu, kemarin sudah ada rapat dengan sejumlah pihak, termasuk pelayaran. Bulan lalu juga ada komunikasi dengan Kemenko Marinvest terkait kelangkaan ini," ujarnya.
Melonjaknya biaya pengapalan kontainer global hingga4-9 kali lipat saat ini memang tengah dihadapi sejumlah pengusaha di Indonesia. Hal tersebut juga menghambat ekspor sejumlah komoditas unggulan di Indonesia, terutama ke Eropa, Timur Tengah, Jepang, Korea Selatan, dan Australia. (Kompas.id, 1/10)
Adapun ekspor produk pertanian melalui Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, pada 9-14 Agustus 2021 yakni senilai Rp 400,58 miliar. Pada ekspor raya 14 Agustus 2021, sebanyak 20 komoditas ekspor pertanian Jateng, seperti sarang burung walet, porang, biji kopi, pala, kapulaga, dan okra dilepas ke 36 negara.