Pemerintah Dorong UMKM Merambah Pusat Ritel Modern
Kemendag berjanji memperlebar pintu penjualan produk usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM di pusat perbelanjaan modern ataupun daring. Sebagai langkah awal, di Sulawesi Utara, pemerintah menyediakan ruang promosi.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Kementerian Perdagangan berjanji memperlebar pintu penjualan produk usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM di pusat perbelanjaan modern ataupun daring. Sebagai langkah awal, di Sulawesi Utara, pemerintah menyediakan ruang promosi bagi puluhan UMKM di mal.
Sebanyak 39 unit UMKM dari sejumlah daerah di Sulut mendapatkan kesempatan memperkenalkan produk-produknya kepada publik di mal Manado Town Square, Manado, selama lima hari sejak Rabu hingga Minggu (22-26/9/2021). In-store promotion ini adalah rangkaian dari kampanye Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI).
Produk-produk yang dipromosikan beragam, mulai dari makanan kemasan, kopi, anggur, kriya, hingga busana. Berbagai produk khas Sulut, mulai dari keripik pisang goroho, sambal roa, abon cakalang, hingga kain bentenan dan kain kofo, yang selama ini lebih banyak terlihat di toko oleh-oleh kini mendapat tempat di tengah toko-toko barang ritel internasional.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan mengatakan, mulanya ada 111 UMKM asal Sulut yang dibina oleh Bank Indonesia (BI), tetapi hanya 39 yang lolos kurasi untuk mengikuti in-store promotion.
”Harapannya, produk mereka bisa dikenal masyarakat sehingga tidak hanya dibanggakan, tetapi juga dibeli dan dimanfaatkan,” katanya di Manado.
Oke menambahkan, promosi di toko ritel modern adalah upaya membuat para pengusaha kecil menjadi tuan di rumah sendiri. Jika produk UMKM semakin banyak dikenal, tentu konsumsi rumah tangga terhadap produk-produk tersebut akan meningkat pula. Peningkatan itu akan bermuara pada pertumbuhan ekonomi.
Menurut data Kemendag, konsumsi rumah tangga berkontribusi sebesar 57,23 persen terhadap produk domestik bruto selama kuartal kedua 2021. Pada saat yang sama, perekonomian Indonesia tumbuh positif 7,07 persen. Sektor perdagangan juga tumbuh 9,44 persen.
”Artinya, perdagangan domestik memegang peran penting dalam pertumbuhan ekonomi kita. Kalau UMKM lebih banyak mewarnai konsumsi rumah tangga, tidak hanya produk luar negeri, ekonomi akan tumbuh pesat dan pelaku UMKM akan lebih sejahtera. Mereka bisa menjadi tuan di negeri sendiri,” kata Oke.
Di samping promosi, Kemendag akan menerapkan Peraturan Mendag Nomor 23 Tahun 2021 tentang Pedoman Pengembangan, Penataan, dan Pembinaan Pusat Perbelanjaan untuk mengembangkan UMKM dalam jangka panjang. Setiap pusat perbelanjaan modern nantinya harus menyediakan ruang bagi produk-produk usaha kecil.
Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonsus Widjaja mengatakan, promosi di Manado Town Square adalah kesempatan bagi UMKM untuk berlatih menampilkan produknya secara menarik. Harapannya, mereka juga bisa menarik perhatian kalangan menengah ke atas yang terbiasa mengonsumsi barang tersier.
Menurut data Kemendag, konsumsi rumah tangga berkontribusi sebesar 57,23 persen terhadap produk domestik bruto selama kuartal kedua 2021. Pada saat yang sama, perekonomian Indonesia tumbuh positif 7,07 persen. Sektor perdagangan juga tumbuh 9,44 persen.
Pusat perbelanjaan modern pun memiliki tugas untuk mendorong perkembangan UMKM. Menurut Alphonsus, APPBI telah memiliki beberapa nota kesepakatan dengan Kemendag serta kementerian dan lembaga lain untuk mendukung maksud ini.
”Tenant (penjual) di toko modern itu biasanya menyesuaikan dengan segmen konsumen yang ditarget. Selama ini, produk UMKM dan dalam negeri lebih banyak dikonsumsi kelas menengah ke bawah. Karena itu, kerja sama dengan pemerintah kami yakini bisa membantu UMKM mengisi target pasar di segmentasi menengah ke atas,” ujarnya.
Di samping promosi di pusat perbelanjaan, Oke mengatakan, Kemendag juga telah bekerja sama dengan berbagai perusahaan lokapasar. ”Masing-masing harus punya laman khusus untuk produk-produk UMKM,” katanya.
Selama hari pertama pameran, beberapa pemilik UMKM telah berhasil menjual produk-produknya. Semua tenant telah memiliki kode respons cepat standar Indonesia (QRIS) untuk pembayaran dengan semua dompet elektronik. Secara nasional, selama semester pertama 2021, transaksi niaga elektronik mencapai Rp 186,7 triliun atau meningkat 63,4 persen dibandingkan periode yang sama pada 2020.
Terbantu
Charles Bernard, pelaku usaha pembuatan keripik pisang, ubi, dan stik bawang bermerek Lestallalfe, mengatakan, dirinya merasa sangat terbantu. Dalam prosesnya, ia juga mendapatkan fasilitas berupa segala izin usaha, pelatihan, hingga bantuan peralatan. Ia juga mengakses kredit usaha rakyat dari BRI sebesar Rp 25 juta.
Namun, di luar pameran, ia mengaku masih mengalami kesulitan dalam penjualan. Pandemi adalah salah satu penyebabnya. Omzetnya kini tidak stabil, berkisar Rp 20 juta-Rp 30 juta. Adapun produksi setiap bulan berkisar 1.000-2.000 bungkus seberat 100-180 gram.
”Bersihnya kira-kira hanya setengah dari jumlah itu. Saya berharap setelah ini, kami tidak hanya ikut pameran, tetapi pemerintah bisa menyiapkan kondisi agar kami bisa kirim ke daerah lain dan bisa ekspor. Kami sudah siap, tinggal menunggu kerja sama pemerintah karena pasti banyak izin yang harus diurus,” kata Charles.
Sementara itu, Tjahyani, perajin perhiasan dari sisik ikan, kini memperluas jangkauan pasarnya dengan produk tas dan baju ecoprint serta tas dari serat abaka. Dengan harga Rp 325.000-Rp 450.000, dua produknya telah terjual pada hari pertama. ”Saat pandemi, orang tidak beli perhiasan. Makanya, produk ecoprint saya lebih mudah laku,” ujarnya.
Kendati telah mendapat pelatihan untuk berjualan daring, Tjahyani mengaku masih kesulitan memanfaatkan lokapasar. Menurut dia, orang lebih suka membeli produk kriya jika sudah menyentuh barangnya secara langsung. Penjualan produknya pun kini masih lebih banyak terjadi secara langsung di jejaring pertemanannya.