Asa Tak Lagi Impor Baja dari Pabrik Baru Krakatau Steel
Presiden Joko Widodo berharap beroperasinya pabrik baru Krakatau Steel mampu memenuhi kebutuhan baja dalam negeri. Tak hanya itu, dari pabrik baru itu juga akan dihasilkan HRC kualitas premium.
Oleh
Mawar Kusuma Wulan
·7 menit baca
CILEGON, KOMPAS — Industri baja merupakan salah satu pilar penting untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Selama lima tahun terakhir, konsumsi baja nasional meningkat signifikan, yaitu hingga 40 persen. Seiring peningkatan tren kebutuhan baja dari tahun ke tahun, Presiden Jokowi berharap industri baja bisa mencukupi kebutuhan baja nasional sehingga tak lagi perlu impor.
Tingginya kebutuhan baja dipicu pertumbuhan pembangunan infrastruktur. ”Tadi saya sudah melihat ke dalam proses produksinya dan betul-betul memang teknologi tinggi. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi hot rolled coil (HRC) sebesar 1,5 juta ton per tahun. Pabrik pertama di Indonesia yang mampu menghasilkan HRC kualitas premium,” ujar Presiden Jokowi pada acara peresmian Hot Strip Mill #2 PT Krakatau Steel (Persero) TBK di Kota Cilegon, Provinsi Banten, Selasa (21/9/2021).
Menurut Presiden Jokowi, kapasitas produksi di pabrik baru itu diharapkan akan terus ditingkatkan hingga nanti mencapai 4 juta ton per tahun. ”Dengan beroperasinya pabrik ini, kita akan dapat memenuhi kebutuhan baja dalam negeri. Nggak ada impor-impor yang kita lakukan, ini yang kita harapkan sehingga akan menekan angka impor baja yang saat ini berada pada peringkat ke-2 komoditas impor Indonesia,” tambahnya.
Dengan peningkatan produksi baja dalam negeri, diharapkan nantinya Indonesia bisa menghemat devisa hingga Rp 29 triliun per tahun. ”Angka yang sangat besar sekali dan pesan agar kualitas produk yang dihasilkan tidak kalah dengan produk impor bisa memenuhi kebutuhan dunia industri kita,” kata Presiden Jokowi yang juga meminta agar para menteri terkait terus mendukung para pelaku industri baja dan besi serta mendukung BUMN agar menjadi lebih profesional dan terus menguntungkan.
Menteri BUMN Erick Thohir menjelaskan, PT Krakatau Steel sempat rugi selama delapan tahun terakhir, tetapi saat ini telah meraih untung Rp 800 miliar. PT Krakatau Steel berhasil bangkit dengan beban bunga telah turun 45 persen, revenue naik 90 persen, dan keuntungan naik 604 persen. PT Krakatau Steel ditargetkan bisa meningkatkan produksi dan penjualan hingga tiga kali lipat dalam lima tahun ke depan.
Sebelum peresmian, Presiden Jokowi terlebih dulu meninjau Pabrik Hot Strip Mill #2 yang menggunakan teknologi modern dan terbaru di industri baja. Selain Erick Thohir, Presiden Jokowi juga didampingi Ketua DPR Puan Maharani, Duta Besar Republik Korea untuk Indonesia Park Taesung, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Ivestasi Luhut Pandjaitan, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, Gubernur Banten Wahidin Halim, dan Wali Kota Cilegon Helldy Agustian.
Teknologi mutakhir
Presiden Jokowi menyebut bahwa teknologi mutakhir yang dipakai di Hot Strip Mill #2 hanya ada dua di dunia. Pertama, di Amerika Serikat, dan yang kedua di Indonesia, di Krakatau Steel. Pabrik tersebut menjadi yang pertama di Indonesia yang mampu menghasilkan HRC kualitas premium.
Ketika meninjau Hot Strip Mill #2, Presiden Jokowi dan rombongan, antara lain, menyaksikan mesin yang memakai teknologi Jerman berkualitas tinggi, seperti reheating furnace type walking beam yang berfungsi memanaskan slab sampai 1.250 derajat celsius. Mesin vertical edger dan roughing mill digunakan untuk mereduksi lebar dan tebal dengan tebal transfer bar 30-50 milimeter. Finishing mill (f1-f6) dipakai untuk mereduksi tebal dengan hasil tebal strip 1,4-16 mm.
Dalam laporannya, Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Silmy Karim mengatakan, Pabrik Hot Strip Mill #2 memiliki nilai investasi Rp 7,5 triliun, berdiri di atas lahan seluas 25 hektar dan berkapasitas produksi 1,5 juta ton per tahun. ”Dan pabrik ini adalah pabrik pertama di Indonesia yang mampu menghasilkan produk Hot Rolled Coil dengan ketebalan 1,4-16 mm,” ucap Silmy.
Menurut Silmy, produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang lebih baik sehingga produk HRC HSM2 akan diutamakan untuk mengisi pangsa pasar otomotif yang membutuhkan kualitas baja terbaik. ”Hal ini seiring rencana Indonesia untuk dapat menjadi salah satu pusat produk mobil listrik dunia. Ini akan berdampak pada penghematan devisa Indonesia serta memperbaiki neraca perdagangan,” kata Silmy.
Ia juga menyebut bahwa cikal bakal PT Krakatau Steel tidak lepas dari peran besar Presiden Soekarno yang menggagas industri baja yang mulai dibangun pada tahun 1962 dengan nama Proyek Baja Trikora. Selain meningkatkan kapasitas produksi nasional, kehadiran Pabrik Hot Strip Mill #2 juga bisa meningkatkan daya saing produk baja produksi Indonesia. Hal ini terjadi karena pabrik baru ini lebih efisien dan bisa memangkas biaya operasional sebesar 25 persen.
Kehadiran Hot Strip Mill #2 diharapkan turut berperan dalam mewujudkan kluster 10 juta ton industri baja di Cilegon yang ditargetkan terealisasi pada tahun 2025. Pada tahun 2022, PT Krakatau Steel bekerja sama dengan Korea juga akan melakukan investasi baru senilai sekitar 700 juta dollar AS dalam memproduksi produk turunan HRC. Investasi ini juga akan dilanjutkan dengan investasi 3 miliar dollar AS untuk menambah produksi baja di hulu.
Silmy yakin konsumsi baja nasional akan semakin tumbuh seiring dengan pembangunan infrastruktur industri dalam negeri dan perekonomian Indonesia. Dalam kurun waktu 5 tahun sejak 2014 , konsumsi baja per kapita tumbuh dari 50 kilogram per kapita per tahun menjadi 71 kilogram per kapita per tahun. ”Artinya, di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo terjadi peningkatan konsumsi baja nasional yang sangat signifikan 40 persen,” tambahnya.
Transformasi BUMN
Dalam pidato sambutannya, Presiden Jokowi juga menyampaikan bahwa transformasi BUMN menjadi keharusan agar dapat menjadi perusahaan BUMN kelas dunia yang semakin profesional, kompetitif, dan menguntungkan. Hal ini perlu dilakukan untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada masyarakat, membuka makin banyak lapangan pekerjaan, dan berkontribusi lebih besar pada pendapatan negara.
Proses transformasi BUMN yang dilakukan dimulai dari restrukturisasi di BUMN, pembentukan holding dan subholding hingga pembentukan kluster-kluster industri strategis. Untuk itu, Presiden juga meminta agar PT Krakatau Steel terus melakukan transformasi dan restrukturisasi.
”Tadi Pak Menteri BUMN menyampaikan, Krakatau Steel saat ini sudah semakin sehat karena memang sebelumnya kurang sehat, produksinya juga sudah semakin lancar,” kata Presiden Jokowi.
Pada 2020, walau di tengah tekanan keuangan pada masa pandemi, BUMN mencatatkan kontribusi Rp 375 triliun yang terdiri dari Rp 44 triliun dividen, Rp 245 triliun pajak, serta Rp 86 triliun penerimaan negara bukan pajak lainnya. ”Dan, kita upayakan walaupun pasca-Covid-19 ini nanti kita coba tingkatkan secara bertahap, tetapi yang terpenting, Bapak Presiden juga menekankan bagaimana pelayanan publik itu harus tetap ditingkatkan,” ujar Erick.
Erick lantas mencontohkan transformasi yang sudah terjadi di Bank Syariah Indonesia yang merupakan penggabungan dari tiga bank Himbara (Himpunan Bank Milik Negara), yaitu Bank Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, dan BNI Syariah. Performa pertumbuhan dari pendanaan syariah ini, menurut Erick, lebih baik di atas beberapa persen dibandingkan bank konvensional.
”Nah ini juga meyakinkan bagaimana bank syariah ini sebagai alternatif keuangan syariah bagi masyarakat Indonesia yang membutuhkan dan kita ingin juga dalam lima tahun ke depan bank syariah ini terus menjadi foodprint Indonesia di berbagai negara, seperti Saudi Arabia dan ataupun beberapa negara seperti UAE, supaya kita juga bisa secara global punya bank syariah,” tambahnya.
Transformasi dengan performa yang baik juga terjadi di Pertamina sebagai holding yang memiliki enam subholding. Erick menyebut temuan baru gas dan minyak senilai 204 juta barel. ”Di hulu sendiri kemarin ada potensi ini, sungguh menggembirakan, di kala kita terus menurun daripada produksi nasional dan di hulu sendiri di kuarter dua kemarin pada Juni itu untung Rp 1 miliar dan ini terus kita lakukan,” kata Erick.
Kilang dan petrochemical yang selama ini menjadi beban dilaporkan telah meraih untung Rp 280 juta. Subholding akan terus dipastikan agar bisa menjadi fondasi yang kuat bagi Pertamina menuju valuasi 100 miliar dollar AS.
”Memang Pertamina sendiri sudah masuk Global 500 perusahaan terbesar, jadi tidak ada istilah turun, tapi harus terus naik dan ini kita penting fondasinya kita jaga supaya pada 2024 kita bisa punya penjualan 92 miliar dan keuntungan di 8 miliar sehingga valuasinya bisa 100 miliar dollar AS,” tambahnya.
Erick juga menyebut penjualan PTPN meningkat 37 persen dengan keuntungan Rp 2,3 triliun hingga Agustus 2021. Sebelumnya, PTPN ditargetkan rugi Rp 1,4 triliun pada tahun ini. ”Restrukturisasi ini benar berjalan terjadi efisiensi perubahan manajemen dan refocusing kepada kekuatannya, yaitu kelapa sawit dan nantinya tentu gula yang seperti kemarin Bapak Presiden minta,” ujar Erick.