Sudah tidak waktunya lagi mencari kesalahan ataupun mengeluh. Saat ini yang dapat dilakukan ialah memiliki niat untuk mewujudkan keuangan yang lebih sehat, dimulai dari menambah keran sumber penghasilan.
Oleh
Prita Hapsari Ghozie
·4 menit baca
Beberapa waktu lalu, saya diberi kesempatan mengisi materi webinar untuk peserta di wilayah Sumatera Barat oleh sebuah instansi pemerintah. Salah satu peserta mengungkapkan kekesalan terhdap kondisi pandemi yang rupanya berdampak negatif terhadap penghasilan rumah tangga. Potongan penghasilan bulanan hampir pasti akan membuat pengelolaan keuangan jadi menantang.
Jika kondisi seperti ini terjadi selama berbulan-bulan, apa yang sebaiknya dilakukan?
Pada beberapa tulisan lalu, saya menyajikan perbedaan antara merdeka finansial dan bebas finansial. Namun, sebelum mencapai kedua tahapan tersebut, setiap rumah tangga sebaiknya mencapai kondisi keamanan finansial.
Secara deskripsi, keamanan finansial adalah kondisi saat penghasilan aktif rumah tangga dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar setiap bulannya. Adapun merdeka finansial adalah kondisi saat penghasilan pasif sebuah rumah tangga dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar setiap bulannya.
Sebagai contoh, sebuah rumah tangga memiliki pengeluaran untuk hidup rutin sejumlah Rp 7 juta per bulan, lalu cicilan rumah sejumlah Rp 3 juta per bulan, dan pengeluaran untuk hiburan sejumlah Rp 2 juta per bulan.
Dengan demikian, kebutuhan hidup dasar rumah tangga adalah Rp 10 juta per bulan yang terdiri dari hidup rutin dan cicilan saja. Maka, untuk memperoleh keamanan finansial, diharapkan rumah tangga memiliki penghasilan aktif minimal sejumlah Rp 10 juta per bulan.
Oleh karena itu, perencana keuangan seperti saya akan menyarankan untuk mengumpulkan dana darurat mencapai Rp 120 juta atau 12 x pengeluaran rutin bulanan. Harapannya, saat terjadi kondisi pandemi, seperti pengurangan pemasukan rumah tangga, setidaknya ada ”bantalan” keuangan yang dapat membantu selama 1 tahun ke depan.
Berikutnya, untuk menjaga kestabilan keuangan hingga bisa mencapai kemerdekaan finansial, setiap rumah tangga perlu mengevaluasi sumber pemasukan saat ini. Penghasilan aktif adalah semua pemasukan yang berasal dari melakukan tugas dengan imbalan uang. Jadi, aktivitas ini bisa termasuk gaji, komisi, ataupun honor atas pekerjaan, bahkan keuntungan dagang yang dilakukan secara harian.
Adapun penghasilan pasif dihasilkan dari suatu aset aktif yang dapat berupa pendapatan investasi, hasil sewa atas properti, royalti dari suatu karya yang dibuat, dan seterusnya.
Kestabilan keuangan akan dapat terbentuk apabila sebuah rumah tangga tidak menggantungkan pemasukan hanya dari satu sumber. Maka, tidak heran kondisi rumah tangga seperti peserta di webinar saya menjadi sangat terguncang saat pemasukan hanya berasal dari satu sumber.
Lalu, bagaimana cara sebuah rumah tangga dapat memperoleh penghasilan pasif? Secara umum, penghasilan pasif akan dapat diperoleh apabila rumah tangga berhasil menghimpun aset aktif. Adapun untuk memperoleh aset aktif, perlu didahului dengan penghasilan aktif dari berbagai keran pemasukan.
Keran pemasukan baru
Di masa pandemi, setiap rumah tangga memang pada akhirnya dituntut menjadi lebih kreatif untuk membuka keran pemasukan yang baru.
Penghasilan aktif dapat diperoleh dari empat cara ini. Pertama, bekerja penuh waktu di sebuah perusahaan, instansi, institusi, ataupun usaha. Hasil dari kerja adalah gaji bulanan dan penghasilan lain yang mungkin diterima.
Kedua, mencari pekerjaan sampingan. Lazim dilakukan oleh kaum milenial masa kini, menambah pekerjaan di akhir pekan ataupun setelah jam kerja dengan tujuan mendapat tambahan penghasilan. Hasilnya tidak menentu, tetapi bisa sangat membantu keuangan saat terjadi guncangan.
Ketiga, penghasilan dari talenta yang dimiliki. Contoh pekerjaannya adalah menjadi pengajar yoga, pembawa acara lepasan, dan lainnya. Keempat, mengikuti atau membangun suatu usaha, yang dari hasilnya akan memperoleh keuntungan.
Dari penghasilan aktif yang diperoleh, penting bagi setiap rumah tangga untuk mengatur ulang anggaran bulanan dan tahunan. Anggaran bulanan adalah pengeluaran rutin termasuk cicilan, sedangkan anggaran tahunan adalah pengeluaran tahunan, seperti sewa kontrakan dan pembayaran pajak kendaraan. Saat berhasil menambah keran pemasukan, sangat disarankan agar dialokasikan juga untuk menambah dana darurat, pembelian proteksi terutama kesehatan, dan tentu saja membangun aset aktif.
Pahami bahwa aset aktif ini akan berbeda dengan aset investasi yang memang telah memiliki peruntukan khusus, seperti dana pendidikan anak. Salah satu contoh aset aktif yang memberikan penghasilan pasif adalah instrumen Surat Berharga Negara Ritel, seperti Sukuk Ritel. Aset aktif ini dapat diperoleh dengan dana minim, yaitu Rp1 juta, tetapi memberikan kepastian penghasilan bulanan.
Dampak pandemi memang cukup nyata bagi sebagian besar rumah tangga. Namun, sudah tidak waktunya lagi mencari kesalahan ataupun mengeluh. Saat ini yang dapat dilakukan ialah memiliki niat untuk mewujudkan keuangan yang lebih sehat, dimulai dari menambah keran sumber penghasilan.
Niat yang baik akan menentukan cara dan tujuan Anda dalam bersikap. Niatkan yang terbaik, maka saya yakin di akhir tahun 2021 nanti Anda akan memiliki keuangan yang lebih tertata dan baik.