Penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang diperpanjang hingga 9 Agustus 2021 guna menghambat penyebaran Covid-19 dinilai akan membuat perekonomian Indonesia pada tahun ini semakin tertekan.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM yang diperpanjang hingga 9 Agustus 2021 guna menghambat penyebaran Covid-19 dinilai akan membuat perekonomian Indonesia pada tahun ini semakin tertekan. Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2021 diperkirakan akan lebih rendah dari proyeksi semula.
Sebelum terjadi lonjakan kasus Covid-19 sejak pertengahan Juni, pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2021 sebesar 4,5-5,3 persen.
Kemudian, pada awal Juli, pemerintah merevisi ke bawah target pertumbuhan ekonomi dengan dua skenario. Dalam skenario moderat, pemulihan aktivitas ekonomi akan kembali terjadi secara bertahap mulai pertengahan Agustus 2021 dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,5 persen.
Sementara berdasarkan skenario berat, relaksasi PPKM baru akan dilakukan mulai pekan ketiga Agustus dan pemulihan aktivitas ekonomi baru kembali terjadi secara bertahap mulai September 2021. Kondisi ini membuat proyeksi pertumbuhan tahunan 2021 menjadi 3,7 persen.
Pada saat yang sama, Bank Indonesia juga merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi tahun 2021 menjadi 3,5-4,3 persen dari proyeksi sebelumnya 4,1-5,1 persen.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, Senin (2/8/2021), menjelaskan, meskipun telah direvisi, target yang ditetapkan pemerintah dinilai tetap optimistis.
Karena PPKM yang terus berkepanjangan, ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan ketiga ini bisa terkontraksi kembali sebesar minus 1 persen sampai dengan minus 2 persen. Ini didasarkan pada sejumlah indikator ekonomi yang negatif.
Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers Index/PMI) Indonesia pada Juli merosot drastis ke level 40,1 dibandingkan Juni di level 53,4. Ini merupakan level terendah dalam 13 bulan terakhir.
Angka PMI di atas 50 menandakan sektor manufaktur dalam tahap ekspansi. Sebaliknya, apabila angka itu di bawah 50, sektor manufaktur sedang terkontraksi.
Sampai akhir tahun, Bhima memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kisaran minus 0,5 persen hingga positif 2 persen.
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede menjelaskan, berdasarkan perhitungannya, pertumbuhan ekonomi pada triwulan ketiga tahun ini akan berkisar 2,7-3,25 persen dengan kecenderungan berada di batas bawah. Ia memperkirakan ekonomi baru mulai berputar kembali pada September.
Menurut Josua, merosotnya PMI menunjukkan manufaktur dan dunia usaha sedang lesu. Selain itu, tingkat inflasi Juli juga sangat rendah, yakni 0,08 persen. Adapun tingkat inflasi tahun kalender sebesar 0,81 persen dan secara tahunan sebesar 1,52 persen. Angka ini masih jauh dari sasaran inflasi yang ditetapkan pemerintah, yaitu sebesar 2-4 persen.
”Masih landainya inflasi ini menunjukkan permintaan atau konsumsi masyarakat juga sedang turun,” ujar Josua.
Meski demikian, Josua yakin triwulan ketiga tahun ini masih berada dalam jalur pertumbuhan positif. Ini karena basis pertumbuhan ekonomi triwulan ketiga tahun lalu sangat rendah, yakni minus 3,49 persen.
Sementara pada triwulan keempat, Josua memprediksikan pertumbuhan ekonomi di kisaran 4-4,5 persen. Ini karena tren belanja pemerintah pusat dan daerah bakal meningkat pada akhir tahun. Belanja pemerintah ini bisa mendorong pemulihan ekonomi.
Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Mudrajad Kuncoro memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan membentuk kurva yang menyerupai huruf W.
Memang ekonomi akan melonjak naik pada triwulan kedua seperti huruf V, tetapi ada potensi turun lagi pada triwulan ketiga. Melonjaknya kasus Covid-19 memaksa pemerintah menjalankan PPKM yang menyebabkan kontraksi ekonomi.
”Tidak spesifik huruf W ya, tetapi maksudnya pertumbuhan ekonomi bakal naik turun,” ujar Mudrajad.
Josua berpendapat pemulihan ekonomi hanya bisa dilakukan apabila jumlah kasus Covid-19 bisa ditekan.
”Kalau krisis kesehatan bisa kita tangani, pengetatan ini bisa perlahan dilonggarkan sehingga pemulihan ekonomi kembali berlanjut,” ujar Josua.