Kerja sama antarpihak di sektor pertanian semakin masif belakangan ini. Kolaborasi digalang dengan mengoptimalkan peran teknologi. Petani berharap aneka kerja sama itu dapat mengatasi sejumlah problem yang mereka hadapi.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Petani berharap kolaborasi antarpihak di sektor pertanian dan pangan dapat menyederhanakan rantai pasok, meningkatkan daya saing produk, dan memperluas jangkauan pasar. Kerja sama yang semakin masif digalang belakangan ini juga diharapkan mendongkrak kesejahteraan petani.
Ketua Umum Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia (Intani) Guntur Subagja mengatakan, petani berharap dapat menjangkau pasar yang lebih luas dan harga hasil panen yang lebih baik. Kemitraan antara perusahaan teknologi pertanian dan BUMN, misalnya, diharapkan dapat mengintegrasikan pemasaran dalam ekosistem yang terpadu.
”Harapannya, harga di tingkat petani dapat lebih baik sekaligus petani dapat fokus mengembangkan produksi dan literasi digitalnya,” ujarnya saat dihubungi, Minggu (1/8/2021).
Menurut dia, sistem pendanaan, pendampingan, dan pemasaran dari perusahaan teknologi pertanian bisa melengkapi dan memperkuat BUMN yang memiliki jaringan tani, lahan, dan gudang di tiap provinsi. Dia berharap jaringan petani mitra BUMN menjadi titik awal yang membuat semakin banyak petani di Indonesia tergabung dalam ekosistem tersebut.
Selama ini petani masih menghadapi problem yang kompleks terkait dengan permodalan, teknis budidaya, dan fluktuasi harga. Serangkaian faktor mengimpit petani sehingga kesejahteraannya belum terangkat. Upah di sektor ini pun tertinggal. Badan Pusat Statistik mencatat, per Februari 2021 rata-rata upah buruh sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan hanya Rp 1,93 juta, jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata upah buruh nasional yang Rp 2,86 juta.
Kerja sama antarpihak, antara lain, digalang sejumlah badan usaha milik negara (BUMN) kluster pangan dengan TaniHub, perusahaan teknologi di sektor pertanian dan pangan. Sejak awal 2021, Grup TaniHub menggandeng BUMN di kluster pangan yang dipimpin oleh PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI.
Director of Corporate Affairs TaniHub Group Astri Purnamasari mencontohkan, wujud kerja sama itu antara lain PT Pertani (Persero) memasok kebutuhan beras bagi TaniHub, PT Garam memasok garam, sementara RNI memasok gula. ”Dengan demikian, TaniHub dapat menyediakan bahan pangan kebutuhan masyarakat. Bagi petani, penyerapan dan pemasaran hasil panen makin terjamin,” ujarnya.
Pada Mei 2021, TaniHub juga menjalin kemitraan dengan Perum Bulog yang berorientasi pada perbaikan ekosistem pertanian sehingga dapat menopang kesejahteraan petani, peternak, dan nelayan yang bermitra dengan kedua belah pihak. Dalam kemitraan ini, TaniHub akan menyerap hasil panen mitra petani Bulog.
Saat ini, kata Astri, kedua belah pihak sedang merampungkan jenis-jenis pangan yang akan dijual melalui pelantar TaniHub, seperti beras premium, gula, minyak goreng, dan tepung terigu. TaniHub melalui TaniSupply juga akan memasok produk pangan segar ke semua gerai milik Bulog.
Kerja sama antara TaniHub dan BUMN ataupun instansi pemerintahan lain tak hanya menyangkut penyediaan komoditas pertanian. Ada juga fasilitas pembiayaan bagi petani binaan BUMN, seperti yang ada di jaringan Bulog, PT Pertani, hingga petani tebu RNI.
Hingga saat ini, lebih dari 46.000 petani yang sudah bermitra dengan TaniHub. Mayoritas berada di Pulau Jawa dan Bali. Selain itu, terdapat lebih dari 3.000 petani yang menggunakan fasilitas TaniFund.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal mengatakan, sinergi antara TaniHub dan Bulog dapat memberikan jaminan penyerapan dan kepastian pasar bagi produk petani. ”Gabah/beras hasil panen petani binaan dapat diserap TaniSupply dan dipasarkan melalui TaniHub. TaniSupply juga akan memasok produk segar di semua gerai Bulog. Kolaborasi tersebut dapat turut memberikan margin yang menarik sehingga mendorong petani untuk terus berproduksi,” katanya saat dihubungi.