Tren membaiknya Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) berpotensi berlanjut hingga triwulan II-2021 dan triwulan III-2021, ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Neraca Pembayaran Indonesia atau NPI kian positif seiring pulihnya perekonomian dan meningkatnya kepercayaan investor asing. Aliran masuk investasi asing langsung dan investasi portofolio diharapkan semakin meningkat seiring terjaganya persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi nasional.
Bank Indonesia (BI) melaporkan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan I-2021 surplus sebesar 4,1 miliar dollar AS atau sebesar Rp 58,63 triliun. Capaian ini memperbaiki catatan NPI pada triwulan IV-2020 yang mengalami defisit 200 juta dollar AS (Rp 2,87 triliun). Adapun secara keseluruhan tahun 2020, NPI mencatatkan surplus 2,6 miliar dollar AS (Rp 37,35 triliun).
NPI merupakan statistik yang mencatat transaksi ekonomi antara penduduk Indonesia dan penduduk di luar Indonesia dalam suatu periode waktu. Neraca pembayaran terdiri atas sejumlah komponen, di antaranya neraca transaksi berjalan serta neraca transaksi modal dan finansial.
Dihubungi Minggu (23/5/2021), Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk David Sumual mengatakan bahwa tren surplus NPI berpotensi berlanjut hingga triwulan II-2021, ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial.
”Saya perkirakan pada triwulan kedua dan ketiga, aliran modal dari portofolio akan masuk lebih banyak karena memang imbal hasil dari SBN (surat berharga negara) cukup atraktif. Aliran portofolio itu akan membuat NPI tetap surplus,” ujarnya.
Berdasarkan data BI, pada triwulan I-2021, transaksi modal dan finansial mencatat surplus sebesar 5,6 miliar dollar AS (Rp 80,46 triliun), setelah pada triwulan sebelumnya mencatat defisit sebesar 1 miliar dollar AS (Rp 14,36 triliun).
David menilai, aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi portofolio makin meningkat seiring terjaganya persepsi positif investor terhadap prospek perbaikan perekonomian domestik, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih berlangsung.
Surplus investasi portofolio sepanjang triwulan I-2021 tercatat sebesar 4,9 miliar dollar AS, ditopang oleh penerbitan surat utang negara (SUN) global dan aliran masuk modal asing ke pasar saham.
”Ke depannya dengan ada portofolio dari merger perusahaan, seperti Gojek dan Tokopedia, ataupun penerbitan saham perdana dari perusahaan-perusahaan digital lainya, surplus transaksi modal akan semakin besar,” ujarnya.
Selain itu, David juga berharap surplus NPI ditopang oleh surplus transaksi investasi langsung. Sejak triwulan I-2021, arus penanaman modal asing (PMA) semakin deras sehingga berpotensi mendorong industri manufaktur.
Berdasarkan data Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM), pada tiga bulan pertama tahun ini, PMA di Indonesia tercatat mencapai Rp 111,7 triliun, tumbuh 14 persen secara tahunan.
Dalam keterangan resmi, Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menuturkan bahwa surplus NPI ini menopang ketahanan eksternal. Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2021 mencapai 137,1 miliar dollar AS, meningkat dari 135,9 miliar dolar AS pada akhir Desember 2020.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9,7 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional.
Transaksi berjalan
Di sisi lain, David menilai neraca transaksi berjalan di sepanjang tahun ini sulit untuk bisa surplus mengingat neraca ini berkaitan dengan perdagangan barang dan jasa.
Berdasarkan data BI, defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pada triwulan I-2021 tercatat sebesar sebesar 1 miliar dollar AS (Rp 14,36 triliun), atau 0,4 persen produk domestik bruto (PDB).
Menurut David, kinerja impor juga meningkat cukup tinggi sehingga menahan surplus neraca barang lebih lanjut. Di sisi lain, defisit neraca jasa meningkat, antara lain disebabkan oleh defisit jasa transportasi yang melebar akibat peningkatan pembayaran jasa seiring kenaikan impor barang.
Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, Faisal Rachman optimistis, ke depan tren surplus NPI masih akan berlanjut dan bahkan surplus diproyeksikan bisa mencapai 7 miliar dollar AS tahun ini. Optimisme tersebut didasarkan pada ekspektasi mulai normalnya arus modal asing yang masuk ke pasar finansial, meski defisit neraca transaksi berjalan diperkirakan akan melebar.
Faisal memprediksi, defisit transaksi berjalan tahun 2021 akan berada di kisaran 1,88 persen PDB atau melebar dari 0,41 persen PDB pada 2020. Namun, ini masih berada di bawah level rata-rata 3 tahun sebelum pandemi yang sebesar 2,22 persen PDB.
Proyeksi melebarnya defisit transaksi berjalan salah satunya dipicu oleh kemungkinan meningkatnya permintaan domestik terhadap produk impor.
”Surplus perdagangan akan berkurang pada paruh kedua tahun ini karena impor, terutama barang modal akan meningkat seiring semakin cepatnya laju perekonomian. Selain itu, vaksinasi juga meningkatkan impor vaksin,” kata Faisal.