Harga Kedelai Naik Lagi, Perajin Tahu dan Tempe Kembali Menjerit
Perajin tahu dan tempe berharap pemerintah menstabilkan harga kedelai supaya mereka tidak merugi.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Perajin membungkus kedelai yang sudah dicampur dengan ragi dalam proses pembuatan tempe di sentra industri kecil skala rumah tangga pembuatan tempe di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (15/2/2021). Memasuki April ini, perajin kembali mengeluhkan tingginya harga kedelai impor yang mencapai Rp 10.200 per kilogram di tingkat agen.
JAKARTA, KOMPAS — Perajin tahu dan tempe kembali menjerit karena harga kedelai naik lagi. Mereka berharap pemerintah bisa menstabilkan harga kedelai supaya mereka tidak merugi.
Khoirun Saleh, perajin tahu dan tempe di Paguyuban Tahu Tempe Johar Baru, Jakarta Pusat, menjerit karena harga jual kedelai di agen kembali naik menjadi Rp 10.200 per kilogram. Menurut dia, usahanya semakin terpukul karena kenaikan harga kedelai tak diikuti dengan kenaikan harga tahu dan tempe di pasar.
Saat ini, menurut dia, harga tempe di pasar masih berkisar Rp 9.000-Rp 9.500 per kg dan untuk setiap potongnya dijual pada kisaran harga Rp 3.000-Rp 4.000. Sementara tahu dijual dengan harga Rp 600 per potong.
”Situasi lagi sulit begini malah harga kedelai naik. Bingung, biaya produksi (harga kedelai) naik, tetapi harga tahu dan tempe tidak naik,” ucap Saleh, Kamis (8/4/2021).
Sebelumnya, awal Januari lalu, kedelai mengalami kenaikan harga dari Rp 7.200 per kg menjadi Rp 9.200 per kg. Kenaikan membuat perajin tahu dan tempe di Jabodetabek, Banten, Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Timur, hingga Aceh mogok produksi pada 1-3 Januari 2021 (Kompas, 4 Januari 2021).
Kini, seperti terpantau di sentra produksi tempe dan tahu di Semanan, Jakarta Barat, harga kedelai merangkak naik lagi menjadi Rp 9.950-Rp 10.100 per kg. Adapun harga jual tempe Rp 12.000-Rp 14.000 per kg dan Rp 5.000-Rp 6.500 per potong serta harga tahu Rp 600 per potong dan Rp 28.000 per papan.
Kedelai impor direndam sebelum digiling dalam proses pembuatan tahu di kawasan Duren Tiga, Jakarta, Senin (4/1/2021). Usaha kecil pembuatan tahu tersebut kembali berproduksi setelah tiga hari melakukan mogok. Mereka memprotes kenaikan harga kedelai impor sebagai bahan baku utama dari Rp 7.200 per kilogram menjadi Rp 9.500 per kilogram.
Khoirun berharap agar pemerintah dapat menekan harga kedelai. Jika harga kedelai dibiarkan terus naik, lanjutnya, perajin bisa kembali mogok produksi karena tak mampu memenuhi biaya produksi.
”Terlebih sebentar lagi akan memasuki bulan Ramadhan. Biasanya permintaan tempe dan tahu akan naik,” ujarnya.
Usul saya ke pemerintah, mari bertemu tatap muka atau secara daring. Sama-sama bahas upaya stabilkan harga kedelai ketimbang (perajin tempe dan tahu) mogok. Kalau mogok banyak yang rugi. (Handoko Mulyo )
Handoko Mulyo dari Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia DKI Jakarta pun menyampaikan, kenaikan harga kedelai sangat memberatkan perajin. Agar tetap bisa memenuhi kemampuan konsumen, perajin pun menyiasatinya dengan mengurangi ukuran tahu dan tempe sehingga harganya tidak perlu dinaikkan.
”Usul saya ke pemerintah, mari bertemu tatap muka atau secara daring. Sama-sama bahas upaya stabilkan harga kedelai ketimbang (perajin tempe dan tahu) mogok. Kalau mogok banyak yang rugi,” kata Handoko.
Kompas/Wawan H Prabowo
Pedagang tempe-tahu melayani pelanggan di Pasar Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Sabtu (8/1/2021). Untuk menyiasati tingginya harga kedelai, pedagang tempe-tahu di kawasan tersebut tidak menaikkan harga jual, tetapi memperkecil ukuran tempe-tahu yang dijual. Mereka takut jikalau harga tempe-tahu naik tidak akan laku di pasaran karena anjloknya daya beli masyarakat akibat pandemi Covid-19.
Naikkan harga
Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) menilai perlu ada kenaikan harga tahu dan tempe untuk mengimbangi kenaikan harga kedelai saat ini. Bahkan, Ketua Umum Gakoptindo Aip Syarifuddin mengungkapkan, perlu ada campur tangan pemerintah untuk menaikkan harga tahu dan tempe karena selama ini ada rasa sungkan di kalangan perajin untuk menaikkan harga tersebut kepada pedagang.
Menurut dia, pemerintah bisa membantu dengan cara menjelaskan kepada masyarakat kalau harga tahu dan tempe harus naik supaya seimbang dengan kenaikan harga kedelai. ”Kenaikan harga tempe dan tahu sekitar Rp 1.000 atau Rp 2.000, itu masih normal. Terlebih akan masuk bulan puasa dan biasanya di masa itu permintaan meningkat,” ujar Aip.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Syailendra, dalam keterangan pers, meyampaikan bahwa pemerintah bekerja sama dengan seluruh pemangku kepentingan untuk menjaga harga kedelai impor di tingkat perajin tahu dan tempe pada kisaran Rp 9.750-Rp9.900 per kg dan harga di tingkat gudang importir Rp 9.200-Rp 9.300 per kg.
Dengan menjaga harga tersebut, maka harga tahu dapat terus stabil di kisaran Rp 650 per potong dan harga tempe di kisaran Rp 16.000 per kg.
”Meskipun saat ini terjadi sedikit kenaikan harga kedelai dunia, pemerintah menjamin stok kedelai penyediaan April 2021 masih cukup untuk memenuhi kebutuhan industri perajin tahu dan tempe nasional dengan harga yang stabil dan terjangkau,” kata Syailendra, Kamis (1/4/2021).
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Bawon membungkus kedelai yang sudah dicampur ragi saat membuat tempe di sentra pembuatan tempe di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat, Senin (15/2/2021). Bawon yang telah puluhan tahun sebagai perajin tempe ini mengeluhkan tingginya harga kedelai impor saat ini. Harga kedelai impor telah menyentuh Rp 10.000 per kilogram.
Syailendra merujuk data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai dunia untuk penyediaan April 2021 berada pada kisaran 14,33 dollar Amerika Serikat per gantang. Harga ini naik dari kisaran 13,82 dollar Amerika Serikat untuk penyediaan Maret 2021.
Kementerian Perdagangan akan terus memantau dan mengevaluasi pergerakan harga kedelai dunia. Selain itu, juga mengimbau para importir yang memiliki stok kedelai untuk memasok kedelai secara rutin kepada seluruh perajin tahu dan tempe, termasuk anggota Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia.