Akses Distribusi Logistik Dijaga, Konektivitas Daerah Bencana Dibenahi
Konektivitas transportasi dan distribusi dijaga dan dibenahi untuk mendukung upaya tanggap darurat, evakuasi, dan penyaluran logistik kemanusiaan. Kontraktor swasta dilibatkan.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Konektivitas dari simpul-simpul transportasi mesti dijaga dan dibenahi untuk mengoptimalkan penanganan tanggap darurat dan evakuasi, termasuk penyaluran logistik di wilayah bencana. Pemerintah bersama kontraktor swasta terus berupaya membuka akses jalan secara bertahap.
Sekretaris Jenderal Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Harya Setyaka Dillon, ketika dihubungi di Jakarta, Sabtu (16/1/2021), mengatakan, kapasitas dan respons tanggap bencana di Tanah Air sedang mendapat ujian sangat berat dalam seminggu terakhir.
Selain bencana tanah longsor di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, terjadi pula bencana banjir di Kalimantan Selatan (Kalsel). Pada Jumat dini hari lalu, gempa berkekuatan magnitudo 6,2 mengguncang Majene, Sulawesi Barat (Sulbar).
”Salah satu tantangannya adalah menjaga agar sekurang-kurangnya konektivitas simpul-simpul transportasi menuju titik lokasi tidak terganggu terlalu berat,” kata Harya.
Salah satu tantangannya adalah menjaga agar sekurang-kurangnya konektivitas simpul-simpul transportasi menuju titik lokasi tidak terganggu terlalu berat.
Menurut Harya, transportasi darat memiliki jangkauan paling banyak sehingga berperan penting dalam penanganan tanggap darurat bencana, termasuk untuk mendistribusikan logistik. Oleh karena itu, menjaga konektivitas jalan dan jembatan dibutuhkan demi melancarkan penyaluran bantuan bagi warga terdampak bencana.
”Logistik kemanusiaan, dalam masa tanggap darurat ini, harus sampai ke tempat tujuan,” ujarnya.
Kepala Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) Universitas Gadjah Mada yang juga Ketua Umum MTI Agus Taufik Mulyono, beberapa waktu lalu, mengatakan, transportasi darat memiliki keunggulan dalam distribusi logistik kemanusiaan. Hal ini karena transportasi darat berperan mempercepat distribusi barang dari simpul-simpul transportasi, seperti pelabuhan, bandara, stasiun, atau terminal ke tujuan penerima.
”Transportasi darat juga mempercepat pemerataan distribusi barang dari rumah ke rumah,” ujar Agus.
Menyusul gempa bumi tektonik M 6,2 di Majene, Sulbar, Jumat dini hari, PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry (Persero) menutup sementara operasional Pelabuhan Mamuju. Penutupan pelabuhan ini berlangsung hingga kondisi kembali normal.
Corporate Secretary PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Shelvy Arifin, Sabtu, mengatakan, saat ini, akses komunikasi masih sangat terbatas. Jaringan listrik masih belum aktif dan akses menuju pelabuhan juga masih belum bisa dilewati. ASDP masih fokus pada evakuasi tim petugas yang ada di lokasi.
”Pelabuhan mengalami kerusakan. Namun, detailnya baru bisa kami sampaikan setelah melakukan evaluasi menyeluruh saat kondisi dinyatakan aman,” katanya.
Kolaborasi membuka akses
Sementara itu, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membantu penanganan darurat bencana gempa di Sulbar dan banjir di Kalsel. Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menunjuk dua direktur di kementerian tersebut untuk mengoordinasikan balai-balai teknis Kementerian PUPR demi menangani tanggap darurat di Sulbar dan Kalsel.
Rilis Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR menyebutkan, Kementerian PUPR telah mengerahkan alat berat untuk memulai pembersihan puing-puing bangunan di Kabupaten Mamuju dan Majene yang kondisinya terparah. Selain itu, sarana dan prasarana air bersih serta sanitasi bagi pengungsi dan masyarakat terdampak juga telah disediakan.
Terkait pemulihan konektivitas, Kementerian PUPR telah memperbaiki atau mengganti Jembatan Tabunio II pada Lintas Selatan Kalsel dengan jembatan Bailey. Selain itu, melalui Balai Pelaksanaan Jalan Nasional, penanganan Jembatan Salim di Lintas Tengah Kalsel yang putus akibat banjir juga sedang dilakukan.
Basuki menuturkan, penanganan bencana merupakan tanggung jawab bersama yang mesti dilakukan melalui kerja sama baik antara pemerintah, masyarakat, dan swasta. ”Kami juga meminta kontraktor yang tengah membangun infrastruktur di sekitar Sulbar dan Kalsel membantu penanganan tanggap darurat,” katanya.
Beberapa kontraktor yang bekerja di Sulbar dan Sulawesi Tengah adalah PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT Hutama Karya (Persero), dan PT Brantas Abipraya (Persero), sedangkan di Kalsel ada PT Waskita Karya (Persero) dan PT Adhi Karya.