Inovasi Menjangkau Negeri demi Memberdayakan Rakyat
Disrupsi teknologi memengaruhi banyak sektor, termasuk perbankan. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk menghadapi ancaman disrupsi melalui inovasi.
”Dalam jasa keuangan sederhana saja masih banyak masyarakat kita yang belum terlibat. Kementerian sudah saya perintahkan membuat langkah-langkah terobosan untuk meningkatkan akses dan kapasitas masyarakat mengakses layanan jasa keuangan.”
Kondisi rakyat Indonesia terkait layanan jasa keuangan itu digambarkan Presiden Joko Widodo dalam Indonesia Fintech Festival and Conference 2016 di Indonesia Convention Exhibition (ICE), Kabupaten Tangerang, Banten, lebih dari empat tahun lalu (Kompas, 31/8/2016). Saat itu, belum separuh dari warga negeri ini menikmati layanan perbankan, sekurang-kurangnya memiliki rekening bank.
Presiden ingin lebih banyak lagi penduduk yang berhubungan dengan perbankan sehingga tahun itu, dibuat Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan inklusi keuangan tahun 2019 sebesar 75 persen. Apalagi, pada masa itu rasio akses layanan jasa keuangan rakyat Indonesia merupakan yang terendah di Asia Tenggara. Dari sekitar 250 juta penduduk Indonesia, baru 21,8 persen yang mendapatkan layanan jasa keuangan, sedangkan Singapura 96 persen, Malaysia 81 persen, dan Thailand 78 persen.
Tingkat inklusi keuangan diukur lewat kepemilikan rekening tabungan oleh warga. Bank Dunia mencatat, pada 2017 baru sekitar 49 persen warga Indonesia yang memiliki rekening bank. Angka itu jauh meningkat dibandingkan dengan 2011, yakni 19 persen rakyat memiliki rekening. Perlu 52,6 juta rekening baru agar dapat mencapai target 75 persen.
Pada akhir Januari 2020, Lembaga Penjamin Simpanan mengumumkan pertumbuhan jumlah rekening dan nominal dana simpanan pada 110 bank umum per Desember 2019. Rekening simpanan sebanyak 301.697.955 rekening, naik 9,40 persen dibandingkan dengan Desember 2018 sebanyak 275.764.037 rekening.
Untuk terus mendorong peningkatan inklusi keuangan di negeri ini, perlu peningkatan jangkauan bank, seperti melalui program Layanan Keuangan Tanpa Kantor untuk keuangan inklusif (Laku Pandai), yang memungkinkan warga membuka rekening tabungan, menabung, dan menarik dana melalui agen yang bekerja sama dengan bank. Untuk memacu Laku Pandai di wilayah dengan tantangan geografis seperti di Nusantara, inovasi dan teknologi menjadi ujung tombak.
Presiden Joko Widodo mendorong dunia usaha dan generasi muda memperluas inovasi digital untuk meningkatkan akses layanan jasa keuangan bagi masyarakat. Aplikasi internet memudahkan masyarakat di daerah terpencil mengakses layanan jasa keuangan.
Presiden mengapresiasi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang mengembangkan layanan jasa keuangan ke pelosok melalui Teras BRI dan berharap upaya ini diikuti penyedia jasa keuangan lain.
Keterbukaan akses jasa keuangan menjadi salah satu strategi dalam meningkatkan pendapatan masyarakat karena mendapatkan akses permodalan untuk pengembangan usaha.
Untuk memacu Laku Pandai di wilayah dengan tantangan geografis seperti di Nusantara, inovasi dan teknologi menjadi ujung tombak.
Tahun 2016, selain terus meningkatkan kemampuan teknologi digitalnya, untuk kali pertama di dunia BRI juga melakukan langkah fenomenal dengan meluncurkan satelit BRIsat dari Bandar Antariksa Guyana di Kourou, Guyana-Perancis.
Menurut Direktur Utama BRI (saat itu) Asmawi Syam, BRI hadir tidak hanya di pusat bisnis perkotaan, tetapi juga membuka akses ke wilayah terpencil yang mempunyai keterbatasan infrastruktur. Kehadiran BRI mempersempit kesenjangan, seperti dipesankan Presiden Joko Widodo.
Ia menambahkan, pada era disrupsi teknologi, hanya satu kata kunci, yaitu inovasi. Inilah peluang BRI dengan BRIsat untuk menjadi yang terdepan dalam memberikan layanan dan solusi keuangan. Teknologi telah mempermudah masyarakat untuk melakukan transaksi keuangan di mana saja (Ninok Leksono, BRIsat dari Langit untuk Negeri: Inovasi Perbankan Modern, Penerbit Buku Kompas, 2016).
Inovasi, teknologi, tata kelola yang baik, digital, layanan terbaik, ekonomi rakyat, dan demi negeri menjadi tema yang diangkat BRI, paling tidak dalam delapan tahun terakhir.
Laporan keuangan pada 2012 mengangkat tema ”Good Governance and Innovation”, dilanjutkan ”Menuai Hasil Terbaik Melalui Layanan Berkualitas ke Pelosok Negeri” (2013) dan ”Senantiasa Berinovasi dalam Melayani, Melalui Integritas dan Dukungan Teknologi Terkini” (2014).
Adapun dalam lima tahun terakhir, antara 2016 dan 2020, tema yang diangkat adalah pemberdayaan ekonomi rakyat, khususnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di seluruh negeri. Inovasi, teknologi, dan transformasi digital juga menjadi kunci, seperti dikatakan Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, dalam Outlook Perekonomian Indonesia: Meraih Peluang Pemulihan Ekonomi 2021, Selasa (22/12/2020), di Jakarta.
Berdayakan UMKM
Kementerian Badan Usaha Milik Negara memfokuskan BRI sebagai bank spesialis segmen UMKM. Manajemen BRI mempersiapkan diri menjalankan arahan itu serta meyakini fokus itu akan memberi dampak kinerja yang positif, di antaranya melalui pengembangan inovasi teknologi.
Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo mengatakan, dampak positif itu juga didukung potensi pasar segmen UMKM masih sangat besar.
”Dari sisi risiko juga relatif rendah sehingga kualitas kredit tentunya akan lebih terkendali,” ujarnya.
Pada triwulan III-2020, porsi kredit UMKM di BRI mencapai 80 persen. Haru mengatakan, BRI akan memperbesar porsi itu dengan mengoptimalkan proses kredit secara digital melalui aplikasi BRISPOT. Hal ini bertujuan agar produktivitas tenaga pemasar dan agen Brilink semakin meningkat.
BRI juga terus berinovasi dalam produk dan layanan untuk menangkap potensi pasar UMKM, khususnya segmen ultra mikro. Sebagai bentuk komitmen fokus di UMKM, bisnis korporasi BRI sudah tidak dibawahi direktur, tetapi ditangani senior executive vice president yang berada di bawah supervisi direktur utama.
BRI juga terus berinovasi dalam produk dan layanan untuk menangkap potensi pasar UMKM, khususnya segmen ultra mikro.
Lebih lanjut, Haru memperkirakan, penyaluran kredit di tahun depan akan membaik seiring dengan mulai pulihnya ekonomi. ”BRI menargetkan pertumbuhan tahunan penyaluran kredit mencapai sekitar 6 persen pada 2021,” ujarnya.
Proyeksi itu lebih tinggi dari target kredit pada 2020, yakni tumbuh sekitar 4 persen secara tahunan.
Haru mengatakan, target kredit naik di tahun depan seiring pemulihan ekonomi Indonesia. Hingga triwulan III-2020, secara konsolidasi BRI telah menyalurkan kredit Rp 935,35 triliun atau tumbuh 4,86 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Saat memasuki usia ke-125, BRI pun mencoba mengangkat produk lokal ke pasar global melalui UMKM EXPO(RT) Brilianpreneur 2020, yang merupakan pameran perdagangan UMKM virtual yang melibatkan 573 pelaku UMKM binaan BRI dari berbagai bidang usaha, seperti mode, kerajinan tangan, makanan dan minuman, serta dekorasi rumah.
Gelaran pada 1-15 Desember 2020 itu mempertemukan pelaku UMKM dengan 82 calon pembeli dari Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, Australia, dan negara Timur Tengah. Inovasi kegiatan ini sekaligus menjawab tantangan pandemi Covid-19.
Dirut BRI Sunarso mengatakan, pencocokan bisnis (business matching) dengan mengundang pelaku pasar internasional akan membuka pasar baru dan memperluas pasar produk UMKM sekaligus meningkatkan ekspor nasional.
”Kami berharap BRI kian bisa memfasilitasi pendanaan pelaku UMKM untuk bisa ke pasar global dan memiliki daya saing internasional,” katanya.
Tahun ini, BRI menyalurkan sedikitnya Rp 4,5 triliun subsidi bunga bagi UMKM dan diterima 6,6 juta nasabah. Selain itu, BRI juga membangun ekosistem UMKM melalui pasar dalam jaringan (daring), yang ekosistemnya diperkuat dengan pengembangan teknologi digital dan BRIsat.
Dalam tulisannya di Kompas, Kamis (4/6/2020), Paul Sutaryono, pengamat perbankan, menegaskan, dalam era normal baru, bank wajib mengambil lima langkah utama berbasis protokol kesehatan, teknologi informasi, manajemen risiko, efisiensi, dan tata kelola perusahaan yang baik.