Pandemi Belum Melandai, Tenaga Kerja Asing Terus Berdatangan ke Bintan
Sebanyak 150 tenaga kerja asal China tiba di Bandara Raja Haji Fisabilillah, Tanjung Pinang, Jumat (2/10/2020). Mereka akan bekerja di pabrik ”smelter” PT Bintan Alumina Indonesia, KEK Galang Batang, Bintan.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Sebanyak 150 tenaga kerja asal China tiba di Bandara Raja Haji Fisabilillah, Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, Jumat (2/10/2020). Mereka akan bekerja di pabrik smelter PT Bintan Alumina Indonesia, Kawasan Ekonomi Khusus Galang Batang, Bintan.
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Tanjung Pinang Agus Jamaludin mengatakan, 150 tenaga kerja asing tersebut datang langsung dari Bandara Qingdao Jiaodong, China. Sekitar 500 tenaga kerja asal China lain sudah tiba dalam dua gelombang sebelumnya melalui Bandara Raja Haji Fisabilillah.
”Meskipun mereka telah membawa hasil tes PCR yang negatif, kami tetap mewawancara dan mengukur suhu tubuh mereka. Setelah ini, mereka akan dikarantina 14 hari di wisma PT Bintan Alumina Indonesia (BAI) di bawah pengawasan dinas kesehatan setempat,” kata Agus.
Pada 1 April 2020, kedatangan 39 tenaga kerja asal China ke PT BAI ditolak warga. Mereka datang ke Bintan dengan kapal laut dari Jakarta hanya dengan berbekal visa kunjungan beberapa perjalanan (indeks 212). Oleh karena itu, akhirnya pemerintah daerah mengembalikan mereka semua ke Jakarta untuk melengkapi dokumen ketenagakerjaan.
Selang tiga bulan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengunjungi lokasi PT BAI di KEK Galang Batang. Dalam kesempatan itu, ia menyatakan, pembangunan pabrik pengolahan bijih bauksit menjadi alumina di Bintan merupakan proyek yang sangat penting karena bisa menghasilkan produk hilir yang sangat banyak.
Industri pengolahan bijih bauksit itu diperkirakan menyerap lebih kurang 20.000 tenaga kerja. Dari jumlah itu, sekitar 10 persennya, merupakan tenaga kerja asing asal China dan Taiwan. Mereka merupakan tenaga ahli yang dibutuhkan untuk membangun pembangkit listrik berdaya 2.800 megawatt.
”Kalau pekerjaan yang bikin gedung dan jalan itu 99 persen orang Indonesia, tetapi kalau yang teknologi tinggi 90 persen masih dia (tenaga kerja asing),” ujar Luhut di Resor Nongsa Point Marina, Batam, pada 2 Juli 2020.
Langkah pemerintah mendatangkan ratusan TKA di tengah masa pandemi itu tetap kurang bijaksana. (Elly Rosita Silaban)
Setelah kunjungan Luhut tersebut, dua gelombang tenaga kerja asal China datang lagi, tetapi kali ini melalui bandara di Tanjung Pinang. Pada 9 Agustus datang 325 TKA dan pada 3 September datang lagi 145 TKA. Mereka mengantongi kartu izin tinggal terbatas/tetap dan bukti hasil tes PCR.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Bintan Indra Hidayat mengatakan, PT BAI merupakan penanaman modal asing asal China. Perusahaan itu beroperasi di lahan seluas 3.000 hektar. Pada awal September lalu, perusahaan itu telah merekrut 900 tenaga kerja lokal. Balai latihan kerja juga tengah dibangun sebagai tempat transfer pengetahuan dari pekerja asing ke pekerja lokal.
Meskipun demikian, Ketua Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia Elly Rosita Silaban menilai langkah pemerintah mendatangkan ratusan TKA di tengah masa pandemi itu tetap kurang bijaksana. Ia menyarankan pemerintah lebih fokus menangani pandemi agar tidak semakin banyak warga kehilangan pekerjaan akibat wabah Covid-19.
Di Batam, misalnya, kluster penularan Covid-19 di kawasan industri Muka Kuning semakin tidak terkendali. Lebih dari 300 buruh dilaporkan positif Covid-19. Bahkan, seorang buruh di kawasan itu meninggal pada 30 September setelah dirawat karena positif Covid-19 di RSUD Embung Fatimah, Batam.