Proyek Pembangunan Jaringan Pipa Blok Rokan Dimulai
Blok Rokan di Riau mulai dikelola secara penuh oleh PT Pertamina (Persero) pada 2021. Sejumlah langkah disiapkan untuk mengefektifkan operasi di blok yang 50 tahun lamanya dikelola Chevron tersebut.
Oleh
ARIS PRASETYO
·2 menit baca
Kompas
Stasiun Pengumpul Minyak - Pekerja di Stasiun Pengumpul Cilamaya Utara di bawah PT Pertamina EP Field Subang di Karawang, Jawa Barat, Jumat (2/10). Stasiun ini menampung dan mengolah minyak dari 15 sumur aktif di kawasan ini. Selain minyak mentah yang selanjutnya dikirim ke kilang pengolahan minyak Balongan, stasiun ini juga menghasilkan gas dan untuk memenuhi kebutuhas industri.
JAKARTA, KOMPAS — Pembangunan jaringan pipa sepanjang 361 kilometer yang menghubungkan Blok Rokan dengan kilang minyak milik PT Pertamina (Persero) di Riau dimulai. Proyek ini untuk mendukung alih kelola Blok Rokan dari PT Chevron Pasific Indonesia ke Pertamina mulai 2021.
Blok Rokan masih diandalkan sebagai penyumbang produksi minyak terbesar di Indonesia setelah Blok Cepu di Jawa Timur.
“Kami telah melaksanakan pengelasan perdana jaringan pipa menuju Blok Rokan pada Rabu (9/9/2020) dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 secara ketat dan disiplin. Jaringan pipa minyak tersebut untuk memastikan distribusi minyak dari Blok Rokan berjalan lebih efektif saat dikelola Pertamina,” ujar Sekretaris Perusahaan PT Pertamina Gas Fitri Erika dalam siaran pers, Minggu (13/9/2020).
Pertamina Gas, cucu usaha Pertamina, adalah perusahaan pelaksana proyek pembangunan pipa tersebut.
Blok Rokan dikelola Chevron sejak 1971 dan kontraknya berakhir pada 8 Agustus 2021. Sampai 2019 lalu, secara akumulasi, minyak mentah yang diproduksi blok tersebut mencapai 12 miliar barel. Seiring habisnya masa kontrak Chevron di blok tersebut, Pertamina akan mengambil alih pengelolaan Blok Rokan secara penuh.
Sampai 2019 lalu, secara akumulasi, minyak mentah yang diproduksikan dari blok tersebut sudah mencapai 12 miliar barel.
Blok Rokan diandalkan pemerintah dalam kontribusi produksi minyak mentah di dalam negeri. Berdasar data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) per 2019, produksi minyak blok tersebut mencapai 190.000 barel per hari atau ada di peringkat dua. Peringkat pertama disumbang Blok Cepu yang menyumbang produksi sebanyak 217.000 barel per hari.
Kompas
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) didampingi Ibu Negara Iriana Joko Widodo (kedua kiri), dan Menteri ESDM Sudirman Said (kanan) berbincang dengan Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto (kiri) saat mengunjungi Kilang Donggi-Senoro LNG seusai meresmikan Mega Proyek Pertamina Terintegrasi di Banggai, Sulawesi Tengah, Minggu (2/8). Mega proyek yang merupakan proyek hulu hingga hilir minyak dan gas bumi tersebut yaitu fasilitas produksi lapangan gas Senoro SKK Migas JOB Pertamina Medco E&P Tomori Sulawesi, pengapalan perdana kargo PT Donggi-Senoro LNG, pengoperasian lapangan gas GG Pertamina Hulu Energi ONWJ, groundbreaking pabrik Amonia PT Panca Amara Utama.
Manfaat daerah
Dalam webinar bertajuk “Optimalisasi Potensi Migas Blok Rokan bagi Masyarakat Riau”, Rabu (15/7/2020), Pemerintah Provinsi Riau berkomitmen mendukung alih kelola Blok Rokan dari Chevron kepada Pertamina. Sesuai kebijakan pemerintah pusat, Provinsi Riau mendapat saham partisipasi 10 persen setelah alih kelola berlangsung. Provinsi Riau bersama pemerintah kabupaten dan kota di Riau akan bersama-sama membentuk badan usaha milik daerah (BUMD) sebagai perwujudkan hak kelola sebesar 10 persen tersebut.
“Riau butuh dana besar untuk pembiayaan program peningkatan kesejahteraan daerah dan mutu sumber daya manusia. Kami sangat bergantung pada dana bagi hasil migas untuk pembiayaan tersebut. Sekitar 65 persen sampai 80 persen APBD daerah bergantung dari dana bagi hasil tersebut,” kata Wakil Gubernur Riau Edy Natar Nasution.
Secara umum, kondisi hulu migas di Indonesia kurang begitu menggembirakan. Target produksi siap jual (lifting) minyak yang semula 755.000 barel per hari di 2020 diturunkan menjadi 705.000 barel per hari. Salah satu penyebabnya adalah harga minyak mentah yang anjlok ke level 40 dollar AS per barel. Pada awal tahun ini, harga minyak mentah ada di level 65 dollar AS per barel.