Akibat Pandemi Covid-19, Pekerja Muda Rentan Jadi Pengangguran
Kesenjangan keterampilan angkatan kerja usia muda masih menjadi persoalan. Ketika pandemi Covid-19 datang, upaya mengatasi persoalan itu dikhawatirkan susah terlaksana.
Oleh
Mediana
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Berdasarkan riset Organisasi Perburuhan Internasional atau ILO pada tahun 2017, rata-rata tingkat pengangguran angkatan kerja usia muda di Indonesia mencapai sekitar 20,4 persen. Jumlah ini lebih tinggi dibanding tingkat pengangguran global sekitar 13 persen.
Manajer Proyek Pengembangan Keterampilan ILO Jakarta, Tauvik Muhammad, menjelaskan, hasil riset itu menunjukkan probabilitas kerentanan angkatan kerja usia muda Indonesia cukup besar. Saat riset dikeluarkan, ILO sudah menyoroti permasalahan kesenjangan keterampilan karena belum adanya keselarasan kompetensi yang diajarkan dunia pendidikan dan kebutuhan industri. Sementara perkembangan masyarakat ekonomi semakin bebas dan industri semakin mengarah ke berbasis internet.
Pada tahun itu pula perbincangan kesenjangan keterampilan menunjukkan masih besarnya porsi angkatan kerja berlatar belakang pendidikan SD-SMP. Sementara itu, lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) mendominasi pengangguran.
Pandemi Covid-19 dikhawatirkan menambah kerentanan angkatan kerja muda
"Pandemi Covid-19 dikhawatirkan menambah kerentanan angkatan kerja muda. Magang semula jadi salah satu upaya mengatasi kesenjangan keterampilan karena terdapat ruang transisi dari sekolah ke dunia kerja. Namun, karena pandemi, magang susah dilakukan," ujar dia saat menghadiri diskusi daring "Menciptakan SDM Indonesia yang Unggul di Era Kenormalan Baru", Rabu (1/7/2020), di Jakarta.
Menurut Tauvik, pandemi Covid-19 menimbulkan dilema antara bagaimana menyeimbangkan proses kegiatan ekonomi terus berjalan sehingga lapangan kerja tercipta dengan perlunya proteksi kesehatan. Banyak negara kini dituntut menaruh anggaran lebih untuk membantu pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja.
"Tidak hanya digitalisasi industri, melainkan juga perubahan demografi dan pandemi. Angkatan kerja usia muda harus menghadapi itu semua. Ada kemungkinan, jika diukur sekarang, tingkat pengangguran angkatan kerja usia muda di Indonesia bisa naik," katanya.
Menggandeng industri
Direktur ILO untuk Indonesia, Michiko Miyamoto, menyampaikan, Indonesia perlu menyiapkan kebijakan yang koheren, menggandeng industri, dan berbagi solusi praktik terbaik. Untuk kebijakan yang koheren khususnya, dia berharap setiap kementerian/lembaga tidak mengembangkan program perbaikan kesenjangan keterampilan sendiri-sendiri. Semua institusi harus diajak dialog.
Menggandeng industri berarti memetakan kebutuhan industri sehingga mereka pun terbantu menghadapi pandemi Covid-19 dan beban digitasi industri yang telah ada sebelumnya. Menggandeng industri juga bisa dimaknai mengajak mereka peduli terhadap perbaikan kesenjangan keterampilan angkatan kerja usia muda.
"Generasi muda kita sangat krusial," kata dia.
Berdasarkan kajian cepat yang dilakukan ILO dan Grid Network kepada 2.442 orang berusia 15 - 24 tahun pada Desember 2019 ditemukan, 19,6 persen responden tidak yakin bisa mendapatkan kerja layak pada masa depan. Alasan mereka adalah meningkatnya jumlah pencari kerja sehingga persaingan semakin besar. Sementar 80,4 persen responden yang menyatakan yakin bisa mendapatkan kerja layak pada masa depan karena kompetensi telah memadai dan sudah tidak ada perbedaan perlakuan pekerja perempuan dan laki - laki.
Direktur Bina Pemagangan Ditjen Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) Siti Kustiati menyampaikan, sebelum pandemi Covid-19, tingkat pengangguran mencapai 4,99 persen atau 6,88 juta orang menganggur. Saat pandemi Covid-19, Kemnaker menerima laporan ada tambahan tiga juta orang menganggur. Sekitar satu juta orang di antaranya telah terverifikasi.
Ketika pemutusan hubungan kerja marak seperti sekarang, dia mengatakan, praktik magang di perusahaan ikut dihentikan. Kalaupun magang dijalankan melalui model pembelajaran atau bekerja jarak jauh, hal itu susah dilakukan. Praktik magang harus mengikuti proses produksi perusahaan tujuan.
Dosen Podomoro University sekaligus pengurus Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia bidang Sumber Daya Manusia Dea Prasetyawati, berpendapat, persaingan kerja semakin sulit dan ketat ketika pandemi Covid-19. Lapangan kerja yang terbuka sedikit. Pemilihan tenaga kerja pun semakin kompetitif.
"Industri memilih pekerja yang "multitasking". Para lulusan pendidikan vokasi yang baru mengalami pembelajaran jarak jauh tidak akan mengurangi penilaian kompetensi. Industri menambah standar persyaratan angkatan kerja muda untuk bisa diterima," tutur dia.