Penerbangan Lesu, Angkasa Pura II Cari Sumber Pendapatan Lain
Baik penerbangan internasional maupun domestik memiliki potensi kerugian masing-masing Rp 100 miliar per bulan. Penurunan pendapatan itu akibat meningkatnya jumlah pembatalan penerbangan.
Oleh
Agnes Theodora
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Wabah penyakit yang disebabkan virus korona baru atau Covid-19 yang meluas membuat frekuensi penerbangan dan jumlah penumpang di sejumlah bandara menurun cukup signifikan. PT Angkasa Pura II (Persero) mulai menghitung potensi kerugian dan menyiapkan skenario pengganti kerugian dengan mengoptimalkan sumber pendapatan (revenue stream) lain dari bisnis non-aero atau di luar penerbangan.
Rute penerbangan di bandara-bandara yang dikelola PT Angkasa Pura (AP) II didominasi 75 persen rute penerbangan domestik dan 25 persen penerbangan internasional. Akibat menyebarnya Covid-19 ke sejumlah negara, per 11 Maret 2020, pergerakan pesawat internasional di bandara-bandara yang dikelola PT AP II turun 4 persen dari pergerakan rata-rata 2.300 pesawat yang lepas landas dan mendarat setiap hari.
Sementara pergerakan penumpang turun 6 persen-7 persen dari rata-rata 200.000 pergerakan penumpang yang datang dan pergi setiap hari. Meski demikian, penerbangan domestik masih tumbuh. Pada Januari-Februari 2020, pergerakan pesawat domestik tumbuh 3 persen, sementara pergerakan penumpang tumbuh 5 persen.
Direktur Utama PT AP II Muhammad Awaluddin di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Rabu (11/3/2020), mengatakan, penerbangan domestik saat ini memang belum terlalu terpengaruh. Hal ini membuat kondisi pergerakan pesawat secara agregat masih bisa tumbuh 1 persen dan pergerakan penumpang masih tumbuh 5 persen.
Dari Januari sampai Februari, ada 735 pembatalan penerbangan internasional, khususnya dari negara-negara yang terdampak Covid-19, seperti China, Italia, Korea Selatan, dan Iran. Pembatalan penerbangan juga banyak berasal dari perjalanan ibadah haji dan umrah yang ditunda.
”Jadi memang secara internasional kita turun banyak, tetapi kalau memperhitungkan faktor domestik yang masih ada pertumbuhan, masih bisa menutup kondisi negatif di penerbangan internasional. Jadi agregatnya masih positif, ini patut disyukuri,” tuturnya.
Jadi memang secara internasional kita turun banyak, tetapi kalau memperhitungkan faktor domestik yang masih ada pertumbuhan, masih bisa menutup kondisi negatif di penerbangan internasional.
PT AP II mengelola total 19 bandara di wilayah Indonesia bagian barat, termasuk bandara internasional seperti Soekarno-Hatta (Tangerang), Kualanamu (Medan), Husein Sastranegara (Bandung), Sultan Iskandar Muda (Banda Aceh), Minangkabau (Padang), dan Sultan Syarif Kasim (Pekanbaru).
Meski demikian, kondisi perjalanan domestik diprediksi masih bisa berubah. Sebab, dalam sepekan terakhir, jumlah pasien positif Covid-19 di Indonesia bertambah signifikan dari 2 pasien menjadi 27 pasien.
”Kami masih mengamati dalam 2-3 hari ini sejak kita positif Covid-19. Kalau melihat data penerbangan, ada penurunan pergerakan pesawat dan penumpang, tetapi tidak terlalu signifikan, jadi semoga kekuatan domestik masih besar,” ujar Awaluddin.
Sumber pendapatan lain
Untuk mengatasi dampaknya pada pendapatan perusahaan, lanjut Awaluddin, PT AP II akan menyusun skenario untuk mengganti kerugian dari sumber pendapatan lain, seperti dari bisnis non-aero. Potensi kerugian dari Covid-19 terhadap PT AP II masih terus dihitung sehingga belum ada datanya.
”Kami belum bisa kalkulasi semua karena datanya terus bergerak. Tetapi kami sudah ada skenario menggantinya dari revenue stream non-aero,” lanjutnya.
Menurut Awaluddin, beberapa bisnis non-aero PT AP II misalnya anak-anak usaha seperti Angkasa Pura Kargo, Angkasa Pura Solusi, Angkasa Pura Properti, Angkasa Pura Aviasi, dan Angkasa Pura Integral. Salah satu yang bisa dimaksimalkan adalah bisnis penyewaan lahan di bandara untuk jasa pendukung kegiatan penerbangan.
”Saya pastikan non-aero peluangnya masih cukup tinggi, non-aero kita dari Januari sampai Februari ini masih tumbuh 5 persen. Nanti dicari bagaimana upaya memaksimalkannya karena kalau bisnis non-aero itu tarifnya tidak diregulasi dan strategi pendekatan bisnisnya bisa lebih leluasa,” katanya.
Sementara PT Angkasa Pura I (Persero) sudah terlebih dahulu menghitung potensi kerugian yang didapat sepanjang Januari-Februari 2020, yakni Rp 207 miliar. Baik penerbangan internasional maupun domestik memiliki potensi kerugian masing-masing Rp 100 miliar per bulan. Penurunan pendapatan akibat meningkatnya jumlah pembatalan penerbangan.
Dari 15 bandara yang dikelola AP I, ada total 12.703 pembatalan penerbangan yang terdiri dari 11.680 pembatalan untuk domestik dan 1.023 untuk penerbangan internasional. Dengan gelombang pembatalan itu, AP I kehilangan 1,672 juta penumpang sepanjang Januari-Februari, yang terdiri dari 1,5 juta penumpang domestik dan 172.000 orang penumpang internasional.
PT AP I mengelola 15 bandara di Indonesia, termasuk bandara di wilayah yang paling terdampak virus korona, seperti Bandara I Gusti Ngurah Rai (Denpasar), Sam Ratulangi (Manado), Adisutjipto (Yogyakarta), dan Bandara Internasional Lombok (Lombok).
PT Angkasa Pura I (Persero) sudah terlebih dahulu menghitung potensi kerugian yang didapat sepanjang Januari-Februari 2020, yakni Rp 207 miliar.
Awaluddin mengatakan, kondisi PT AP II masih lebih baik dibandingkan PT AP I sehingga potensi kerugiannya pun tidak akan sebesar PT AP I yang merugi Rp 207 miliar. ”Kita harus jaga agar minat domestik tetap baik dan tidak ada lagi peningkatan kasus korona karena kalau sudah begitu, orang pasti akan mengerem perjalanan,” ucapnya.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, kondisi perusahaan di bidang transportasi yang tengah meradang itu merupakan dampak dari epidemi Covid-19 yang tidak bisa diprediksi. Itu merupakan risiko yang harus dihadapi perusahaan sehingga tidak bisa bicara untung-rugi dalam konteks epidemi.
”Yang bisa dilakukan adalah mengantisipasi, bagaimana supaya kepastian karyawan tetap bisa bekerja, dan tidak ada oknum-oknum yang bermain,” ujar Erick.
Antisipasi Covid-19
Rabu pagi, Erick, didampingi Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo, Muhammad Awaluddin, serta jajaran direksi PT Angkasa Pura II, mengunjungi Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, untuk mengecek persiapan mengantisipasi penyebaran wabah Covid-19.
Erick dan Kartika, yang tidak menggunakan masker, mengunjungi sejumlah fasilitas antisipasi virus korona, dari tempat pemindaian suhu tubuh hingga kamar isolasi khusus penumpang yang diduga memiliki gejala Covid-19.
Awaluddin menjelaskan, Bandara Soekarno-Hatta sudah menyiapkan prosedur untuk menangani Covid-19. Sejauh ini, memang tidak ada protokol untuk lock down. Namun, pemeriksaan lebih ketat dilakukan untuk penumpang yang memiliki riwayat bepergian ke China, Korsel, Iran, dan Italia.
Setiap penumpang internasional diwajibkan mengisi kartu kewaspadaan kesehatan yang berisi informasi negara terakhir yang didatangi serta kondisi atau keluhan fisik yang sedang dialami. Sementara penumpang yang pernah singgah di Korsel, Iran, dan Italia kurang dari 14 hari sebelum masuk ke Indonesia diwajibkan membawa surat keterangan sehat atau health certificate yang diterbitkan oleh pihak berwenang dari negara asal.
Penumpang yang terdeteksi suhu tubuhnya di atas 38 derajat celsius, mengalami gejala dalam 14 hari terakhir setelah bepergian dari luar negeri atau datang dari negara endemis, langsung diarahkan untuk diperiksa. Penumpang yang tidak bisa menunjukkan surat keterangan sehat juga tidak akan diizinkan untuk masuk pesawat.
”Untuk penumpang dari Korea, Iran, dan Italia, juga ada jalur khusus yang akan mengalami pemeriksaan lebih ketat. Kami juga rutin melakukan disinfeksi, baik untuk bandara, pesawat, maupun petugas,” kata Awaluddin.