Pembenahan Daya Saing Harus Fokus dan Tepat Sasaran
Penurunan peringkat daya saing global Indonesia tahun 2019 dinilai harus menjadi pengingat bagi pemangku kepentingan di Indonesia untuk melakukan berbagai pembenahan.
Oleh
C Anto Saptowalyono
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penurunan peringkat daya saing global Indonesia tahun 2019 dinilai harus menjadi pengingat bagi pemangku kepentingan di Indonesia untuk melakukan berbagai pembenahan. Program pembenahan di segenap komponen daya saing yang lemah harus fokus dan tepat sasaran.
"Program terkait peningkatan pendidikan, kesehatan, kapasitas inovasi atau R&D, dan termasuk daya saing tenaga kerja atau SDM harus digenjot lagi," kata Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal ketika dihubungi di Jakarta, Jumat (11/10/2019).
Menurut Faisal, peningkatan SDM sebenarnya sudah menjadi agenda besar untuk lima tahun ke depan. Namun, hal yang masih menjadi pekerjaan rumah adalah detail dari agenda tersebut.
"Karena sumber daya terbatas, detail harus fokus dan terarah ke hal yang jadi prioritas. Kalau mau membangun vokasi, arahkan pada vokasi yang sesuai kebutuhan dan tren ke depan," ujarnya.
Demikian pula ketika ingin mengembangkan industri ke arah penerapan teknologi industri 4.0, program juga harus terarah ke sektor prioritas. Inovasi dalam bentuk riset dan pengembangan pun harus searah dengan kebijakan pengembangan industri tersebut.
Sebanyak 20 persen anggaran telah dialokasikan untuk sektor pendidikan sejak lama. Namun, transmisi anggaran 20 persen tersebut terhadap peningkatan kualitas pendidikan sampai ke daerah-daerah relatif kecil.
"Hal ini karena ada juga yang teralokasi di pengurusan administrasi dan birokrasi di tingkat pusat. Cara ini harus diubah agar lebih banyak ke peningkatan kualitas pengajaran dan pendidikan sampai ke daerah," ujarnya.
Artinya alokasi anggaran itu juga harus sampai ke titik kritis; yakni kesejahteraan guru dan sistem seleksi guru. Perbaikan kesejahteraan dan kualitas pengajar menjadi basis yang akan mengantar pada penciptaan SDM bermutu.
Faisal mengatakan perbaikan sistem dan pelayanan kesehatan pun diperlukan karena pada akhirnya juga mendorong mutu SDM secara keseluruhan.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bidang Perindustrian Johnny Darmawan menuturkan sejumlah hal diperlukan untuk membangun industri berkelanjutan, termasuk di antaranya SDM industri.
"Membangun industri berkelanjutan itu harus konsisten dan konsekuen. Konsisten; kalau mau bangun industri ya industri. Konsekuen; kalau mau memberi insentif ya berikan insentif," kata Johnny.
Pembangunan industri berkelanjutan juga butuh keberpihakan pemerintah di sisi bahan baku dan kebijakan menyangkut tingkat kandungan dalam negeri. Kedua hal tersebut diperlukan untuk memperdalam dan memperkuat struktur industri di Tanah Air.