JAKARTA, KOMPAS - Katering pernikahan menjadi vendor pesta pernikahan yang paling diminati. Perkembangan bisnisnya juga terus meningkat.
Dengan peluang bisnis yang menjanjikan, para pengusaha katering harus senantiasa berinovasi dan menjaga kualitas pelayanan. Sebab, kebutuhan katering bisa sekitar 50 persen dari biaya pesta pernikahan.
Sebanyak 30 pengusaha katering, bersama lebih dari 500 vendor lain, mengisi acara Jakarta Wedding Festival (JWF) ke-15 yang diselenggarakan di Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat. Para pengusaha katering menarik pengunjung dengan menawarkan langsung contoh pilihan menu makanan pesta serta paket pernikahan.
Resti Nendia, pemilik usaha katering Nendia Primarasa, telah menjalani bisnis katering selama 14 tahun. "Sejak awal, kami memang menjalani bisnis katering pernikahan. Setiap tahun selalu ada peningkatan permintaan," katanya, Sabtu (14/7/2018).
Dalam sebulan, Resti bisa melayani 20 pesta pernikahan. Ia menyediakan paket katering untuk 600 hingga 1.200 undangan, dengan harga terendah Rp 130 juta per paket. "Untuk harga, memang kami yang menentukan. Tapi, kami bisa memberi solusi untuk kebutuhan klien," ujar Resti.
Pemain baru
Adapun Stupa Catering, yang selama lima tahun melayani korporasi, tahun ini mengembangkan bisnis untuk pesta pernikahan. "Untuk makanan, kami mengikuti tren saat ini yang didominasi anak muda. Selain menawarkan menu Nusantara, kami juga menawarkan menu Asia dan Barat." papar Desy Wirasantika, Marketing Stupa Catering.
Menurutnya, tren pernikahan saat ini kebanyakan mementingkan keunikan dan detail. Hal ini mendorong Stupa Catering untuk jeli melihat keinginan klien dan kreatif menawarkan inovasi.
"Menu itu seperti mode, hari banyak inovasi setiap waktu. Usaha katering tidak akan bisa bertahan kalau tidak ada inovasi. Kualitas pelayanan juga jadi yang utama. Kalau pilihan dan kualitas makanan baik, pelayanan ke klien hingga tamu acara baik, mereka yang mempercayakan kita akan selalu mengingat kita," kata Desy.
Wedding Expert Hengki Wirawan menyampaikan, berdasarkan pengalamannya selama ini, sekitar 50 persen pengeluaran pesta pernikahan dihabiskan untuk biaya katering.
"Kebutuhan makanan itu jadi sesuatu yang penting dalam pesta pernikahan bagi masyarakat kita. Jadi, seiring dengan bertambahnya penduduk, pernikahan tidak akan habis, demikian juga dengan bisnis katering," ungkapnya.
Bisnis
Tren pernikahan saat ini, terutama di era digital yang dengan cepat menularkan ide baru, telah melahirkan banyak bisnis unik.
Chief Operating Officer Weddingku Reza Paramita mengatakan, saat ini banyak bisnis baru yang lahir untuk mendukung pesta pernikahan. Hal ini didukung permintaan masyarakat yang mengikuti perkembangan zaman serta berorientasi pada kekhasan.
"Banyak vendor pernikahan yang tumbuh di tengah tren masyarakat saat ini. Contohnya, undangan digital, photo booth, pencahayaan dekorasi, foto dan video. Uniknya, sekarang juga ada industri pembuatan dasi untuk pernikahan. Kalau orang dulu lebih suka terima jadi, sekarang orang suka menentukan sendiri apa keinginannya," tutur Reza.
Melihat fenomena tersebut, Reza percaya, bisnis pernikahan akan terus berkembang. Bahkan untuk saat ini, rata-rata 30 vendor terlibat untuk mendukung satu acara pernikahan, mulai dari pakaian pengantin dan aksesorisnya sampai dengan pengisi acara pernikahan.