Salah satu kunci kami dalam bertahan adalah inovasi. Demikian sebaris kalimat yang diucapkan Chief Executive Officer PT Hartono Istana Teknologi, Hariono, beberapa waktu lalu.
Hariono menyampaikannya di depan Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto yang berkunjung ke perusahaan elektronika di Kudus, Jawa Tengah, itu awal Juni 2018. Didirikan tahun 1975 silam, perusahaan dengan merek utama Polytron itu selama beberapa dekade bertahan di tengah persaingan dengan produk elektronika asal Eropa, Jepang, dan Korea Selatan.
Produk yang dihasilkan beragam, mulai dari peranti audio visual, televisi, refrigerator, mesin cuci, penanak nasi elektronik, pengondisi udara atau AC, hingga telepon genggam cerdas. Sebagian besar produk, yakni sekitar 95 persen, mengisi pasar domestik. Selebihnya diekspor ke 52 negara.
Pada kunjungan tersebut Menperin beserta rombongan sempat pula diajak menengok fasilitas riset dan pengembangan. Demikian pula fasilitas produksi tempat para pekerja beraktivitas merakit produk elektronika.
Larangan memotret dan merekam diberlakukan bagi pengunjung di area riset dan pengembangan. Ketika hendak memasuki salah satu area produksi, semua pengunjung diwajibkan mengenakan jubah, penutup kepala, dan plastik pembungkus sepatu yang disediakan perusahaan.
Pemerintah menempatkan industri elektronika sebagai satu dari lima sektor andalan penerapan industri generasi keempat
Semua pengunjung juga mesti bergerombol dan bergiliran masuk ke bilik kaca di pintu area produksi untuk kemudian diembus angin dari sebuah peranti. Cara ini demi menjaga area produksi barang elektronika tetap steril dari materi tak diinginkan.
Gerak mekanis mesin berpadu dengan kecekatan tangan para pekerja mengikuti alur produksi. Airlangga menyampaikan apresiasinya terhadap industri elektronika yang mampu menyerap banyak tenaga kerja.
Pemerintah menempatkan industri elektronika sebagai satu dari lima sektor andalan percontohan atau perintis penerapan industri generasi keempat atau industri 4.0 di Indonesia. Empat sektor lainnya adalah industri makanan dan minuman, tekstil, kimia, dan otomotif.
Pemilihan itu dilandasi pemetaan bahwa kelima sektor tersebut menyumbang hampir 60 persen produk domestik manufaktur dan 95 persen ekspor. Sebanyak 60 persen pekerja industri pun ada di lima sektor tersebut.
Kemenperin mencatat investasi industri elektronika tahun 2017 senilai Rp 8,34 triliun. Nilai penanaman modal di sektor ini meningkat dibanding tahun 2016 yang Rp 5,97 triliun dan tahun 2015 yang Rp 3,51 triliun. Sektor ini menyerap 202.000 orang tenaga kerja tahun lalu. Penyerapan tenaga kerja di sektor elektronika ini naik dibanding tahun 2016 yang 185.000 orang dan tahun 2015 yang 164.000 orang.
Peningkatan kompetensi tenaga kerja dalam negeri menjadi salah satu langkah strategis pemerintah untuk mengakselerasi pengembangan industri elektronika di Indonesia agar mampu memasuki era industri 4.0.
Kesesuaian kemampuan atau ketrampilan tenaga kerja dengan kebutuhan dunia industri adalah hal penting. Kiranya ini dibutuhkan agar transformasi dapat berjalan seiring perkembangan teknologi dengan meminimalkan disrupsi atau gangguan terhadap serapan tenaga kerja.
Insentif fiskal disiapkan untuk mendorong keterlibatan industri dalam pendidikan vokasi. Pemerintah pun menyiapkan insentif fiskal untuk mendorong perusahaan mengembangkan riset dan pengembangan di Indonesia.
Patut dicermati bahwa negara lain juga melakukan hal serupa untuk menarik kegiatan riset dan pengembangan masuk ke negara mereka. Sesuatu yang dapat dinalar ketika semakin lama kian disadari arti penting menumbuhkan kegiatan industri yang bernilai tambah tinggi.
Semua potensial itu diarahkan mendukung iklim inovasi yang menjadi dasar industri dalam berkompetisi. Persaingan yang semakin ketat harus disadari dan disikapi dengan jeli, termasuk melalui inovasi.