JAKARTA, KOMPAS — Pemanfaatan aspal buton atau asbuton di jalan nasional akan terus ditingkatkan. Selain karena kualitas yang baik, penggunaan asbuton yang semakin banyak sejalan dengan upaya memperkecil impor aspal minyak.
”Asbuton ini produksi dalam negeri, sementara aspal minyak yang biasa kita pakai itu impor. Saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mengurangi impor,” kata Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Danis H Sumadilaga, Jumat (11/5/2018), di Jakarta.
Asbuton tidak persis sama dengan aspal minyak sehingga teknologinya agak berbeda dengan teknologi perkerasan jalan menggunakan aspal minyak. Deposit asbuton di Indonesia diperkirakan sebesar 663 juta ton dengan kandungan bitumen sekitar 132 juta ton.
Tahun ini, pemerintah berencana menggunakan asbuton untuk 709 kilometer jalan nasional. Kebutuhan asbuton untuk jalan sepanjang itu diperkirakan mencapai 58.879 ton atau rata-rata 83 ton per km.
Menurut Danis, penggunaan asbuton di 709 km jalan masih kecil jika dibanding dengan panjang jalan nasional yang mencapai 48.000 km. Untuk itu, penggunaannya perlu ditingkatkan. Pemerintah juga mendukung dengan mengembangkan asbuton yang kualitasnya baik dan mudah diterapkan.
Selama ini, lanjut Danis, asbuton yang telah digunakan adalah asbuton berbutir. Dalam asbuton tersebut masih tercampur dengan butiran batu sehingga dalam penerapan di lapangan memerlukan usaha lebih. Hal itu terkadang membuat penyedia jasa enggan menggunakan asbuton.
”Padahal asbuton bisa berfungsi baik sebagai subtitusi atau aditif untuk meningkatkan kinerja. Jadi, mesti diupayakan agar penerapan asbuton dapat lebih mudah,” ujar Danis.
Untuk itu, Balitbang Kementerian PUPR turut mengembangkan kualitas dan penerapan asbuton dalam teknik penghamparan di lapangan. Untuk harganya cukup kompetitif dan dipengaruhi ongkos distribusinya. Menurut Danis, kebanyakan penerapan asbuton akan dilakukan di wilayah Sulawesi.
Ke depan, menurut Danis, akan dilakukan proses ekstraksi atau pemurnian asbuton sehingga unsur aspal dapat terpisah dengan batu hingga 99 persen. Kementerian PUPR pun telah membentuk unit kerja penelitian dan pengembangan asbuton Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara untuk menguji dan menyertifikasi produk asbuton.
Secara terpisah, Direktur Pembangunan Jalan Kementerian PUPR Achmad Gani Ghazaly Akman mengatakan, pemerintah berkomitmen untuk menggunakan asbuton semaksimal mungkin sesuai dengan kapasitas produksi penyedia asbuton. “Realisasi (709 km) sedang kami monitor,” kata Gani.
Menurut Gani, tantangan penggunaan asbuton adalah rantai pasok asbuton. Sebab, waktu pengiriman asbuton ke lokasi proyek terkadang lama. Selain itu, ketika diterapkan, pencampuran asbuton ke dalam mesin pencampur aspal (AMP) harus benar. Untuk harga relatif bisa ditekan jika pemesanan dilakukan dalam skala besar. ”Pabrik produsen juga sudah ada di kota lain, seperti Surabaya,” ujar Gani. (NAD)