Perguruan Tinggi Didorong Kembangkan Kampus Merdeka
Perguruan tinggi diminta secara mandiri mengembangkan program Kampus Merdeka. Hal itu bisa menyasar lebih banyak mahasiswa.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·6 menit baca
KOMPAS/PRIYOMBODO (PRI)
Mahasiswa semester 2 Jurusan Strategi Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara mengenal anatomi kamera digital dalam mata kuliah digital videografi di Gading Serpong, Tangerang, Banten, Senin (27/1/2020). Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan meluncurkan kebijakan Kampus Merdeka yang diharapkan akan memberi keleluasaan bagi perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta, untuk mengembangkan diri sesuai dengan tuntutan zaman.
JAKARTA, KOMPAS — Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka didorong untuk dikembangkan secara mandiri oleh tiap perguruan tinggi. Berbagai program unggulan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi itu memberi kesempatan bagi mahasiswa Indonesia untuk belajar di luar kampus di dalam dan luar negeri sesuai minat mahasiswa dengan jumlah terbatas.
Dalam Presidensi G20 Kelompok Kerja Pendidikan, Indonesia juga menginspirasi penyiapan masa depan dunia kerja bagi generasi muda pasca-Covid-19 dengan praktik baik Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM). Program Kampus Merdeka mendorong mahasiswa untuk belajar di luar kelas ini untuk menyiapkan mahasiswa menghadapi tantangan di dunia nyata, termasuk dunia kerja.
Koordinator Nasional Komunitas Pemuda Pelajar Merdeka Rizal Maula di Jakarta, Rabu (25/5/2022), mengatakan, alumni Kampus Merdeka diajak untuk menjadi penggerak Merdeka Belajar di kampus masing-masing. Ada lebih dari 75.000 mahasiswa yang mendapat kesempatan mengikuti berbagai program unggulan Kampus Merdeka dari Kemendikbudristek.
”Kami mengajak alumni Kampus Merdeka bergerak bersama di tiap kampus. Tahun ini targetnya di kampus bisa dibentuk 200 komunitas Pemuda Pelajar Merdeka untuk mendorong kampus membuat program secara mandiri dan memberi dampak lebih luas untuk kualitas di perguruan tinggi,” ujarnya.
Rizal menilai penerapan Merdeka Belajar melalui Kampus Merdeka telah memberikan ruang luas bagi mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan. Program ini dibutuhkan mahasiswa, yang merupakan agen perubahan sekaligus garda terdepan, menghadapi perkembangan zaman, dalam aspek pengetahuan dan teknologi.
”Kami berharap ada program lanjutan sehingga semangat MBKM terus terlaksana dalam jangka panjang dengan melibatkan komunitas mahasiswa,” kata Rizal.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mendorong perguruan tinggi berinovasi dalam menghadirkan program Kampus Merdeka yang lebih kreatif dari Kemendikbudristek. ”Kami yakin, jika diberi energi dan sumber daya, kampus bisa lebih bagus membuat program Kampus Merdeka, hanya butuh percaya diri dan komitmen,” katanya.
Kami mengajak alumni Kampus Merdeka bergerak bersama di tiap kampus. Tahun ini targetnya di kampus bisa dibentuk 200 komunitas Pemuda Pelajar Merdeka untuk mendorong kampus membuat program secara mandiri.
Berbagai program unggulan Kampus Merdeka dari Kemendikbudristek saat ini sedang membuka pendaftaran. Adapun pendaftaran tersebut bisa diikuti mahasiswa yang memenuhi syarat, baik dari perguruan tinggi negeri maupun swasta. Untuk tiap program diakui sebagai bagian dari kuliah sebanyak 20 satuan kredit semester (SKS).
Mulai Rabu (25/5/2022), dibuka kesempatan bagi 15.000 mahasiswa untuk ikut bergabung menjadi peserta program Kampus Mengajar angkatan keempat. Peserta nantinya diterjunkan ke 3.000 SD dan SMP di seluruh Indonesia.
”Kami berharap mahasiswa mampu mentransfer ilmu dan inspirasi kepada siswa di sekolah untuk melanjutkan pendidikan hingga ke jenjang tertinggi. Tak kalah penting, kesempatan itu juga menjadi momen bagi mahasiswa untuk melihat dan merasakan langsung keragaman budaya di Indonesia selama satu semester penuh,” kata Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi Kemendikbudristek Nizam.
Program unggulan Kampus Merdeka yang juga sedang dibuka adalah Pertukaran Mahasiswa Merdeka angkatan kedua. Program ini memberi kesempatan kepada mahasiswa menggunakan hak belajarnya di luar program studi dan di luar perguruan tinggi asal. Peserta bisa memilih program, mata kuliah, dan perguruan tinggi. Targetnya menyasar 16.000 mahasiswa yang dapat memilih satu perguruan tinggi dari 194 perguruan tinggi penerima.
Kesempatan untuk bisa menikmati kuliah di luar negeri terbuka lewat Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA). Peluang belajar di perguruan tinggi di luar negeri selama satu semester tak hanya dinikmati mahasiswa dari perguruan tinggi akademik, tetapi tahun ini juga dibuka untuk mahasiswa dari perguruan tinggi vokasi.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek Wikan Sakarinto mengutarakan, IISMA untuk mahasiswa vokasi bermitra dengan 46 perguruan tinggi luar negeri. Adapun perguruan tinggi luar negeri yang digandeng tersebar di Korea Selatan, Inggris, Irlandia, Malaysia, Perancis, Taiwan, Australia, Amerika Serikat, Hongaria, Jerman, dan Turki.
”Tidak hanya kuliah di 46 perguruan tinggi luar negeri, mahasiswa vokasi juga menjalani magang di perusahaan mitra kampus luar negeri tersebut. Moto dari program ini adalah belajar kolaborasi dengan industri,” kata Wikan.
Ketua IISMA Edisi Vokasi Hilda Cahyani mengatakan ada tiga skema yang disiapkan dalam program IISMA Vokasi. Mahasiswa fokus untuk menjalani magang di industri, mahasiswa dapat menjalani magang di samping menjalani kuliah dengan pembagian waktu yang seimbang, dan mahasiswa fokus menjalani kuliah tetapi dengan materi yang terkait erat dengan dunia industri.
DOKUMENTASI KEMDIKBUDRISTEK
Mahasiswa diajak untuk memanfaatkan program Kampus Merdeka untuk belajar di luar kampus yang diakui sebagai satuan kredit semester (SKS).
”Melalui program ini diharapkan mahasiswa vokasi Indonesia siap belajar dan berperan di kancah global dengan pengalaman belajar di perguruan tinggi dan industri kelas dunia di luar negeri. Selain itu, interaksi internasional yang intensif dan pemahaman antarbudaya dari berbagai negara juga akan menambah wawasan, mengasah komunikasi bahasa internasional, serta memperluas jaringan,” jelas Hilda.
Diplomat mengajar
Program Kampus Merdeka juga membuka peluang kolaborasi perguruan tinggi dan beragam institusi. Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di London bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair), Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, dan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur menggelar program Diplomat Mengajar untuk mendukung pelaksanaan kebijakan Merdeka Belajar, khususnya di program studi hubungan internasional (HI).
Program ini dibingkai dalam satu tema besar ”Memperkuat Posisi Indonesia dalam Hubungan Diplomasi dengan Inggris”. Program yang dilaksanakan berupa perkuliahan interaktif yang diampu bersama oleh para dosen dari tiga universitas dan para diplomat yang bertugas di KBRI London. Perkuliahan dilaksanakan secara daring dan dibagi menjadi empat kali tatap muka dengan tema berbeda.
Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI London Khairul Munadi menyampaikan, kegiatan Diplomat Mengajar dimaksudkan untuk mendukung program MBKM dari Kemendikbudristek.
”Program ini mempertemukan perspektif teoretis dan praktis. Setiap tema akan didekati dengan penjelasan konsep teoretis yang disampaikan oleh dosen, sekaligus penjelasan praktisnya yang disampaikan oleh diplomat dari fungsi terkait di KBRI London. Dengan begitu, mahasiswa mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif karena ada perpaduan antara teori dan praktik,” kata Khairul.
DOKUMENTASI PRIBADI
Program Kampus Merdeka menyediakan kesempatan kuliah di luar negeri selama satu semester. Dalam foto tampak mahasiswa yang lolos program Indonesia International Student Mobility Awards (IISMA) dengan tujuan belajar di University of Sussex di Inggris.
Pada kegiatan kick-off dan kuliah perdana Diplomat Mengajar, pertengahan Mei lalu, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unair Bagong Suyanto menyampaikan apresiasi serta harapan agar kegiatan ini dapat terus dilanjutkan pada tahun akademik berikutnya dan melibatkan lebih banyak kampus di Indonesia.
”Sebuah kehormatan bagi kami, KBRI London berkenan memperkuat proses belajar-mengajar dan berbagi pengalaman praktis dengan para dosen dan mahasiswa HI di Jawa Timur. Semoga interaksi ini terus berlanjut dan berkembang,” kata Bagong.
Ketua Departemen HI Unair Siti Rokhmawati Susanto menambahkan, program Diplomat Mengajar akan menghasilkan sebuah prosiding ber-ISBN yang menampung karya tulis tentang hubungan strategis Indonesia-Inggris dari para peserta dan pengampu mata kuliah.
”Peserta program nantinya akan mendalami materi dan menuangkannya dalam artikel ilmiah yang dikompilasi menjadi prosiding. Prosiding ini diharapkan tidak sebatas publikasi, tetapi dapat menjadi referensi dan masukan dalam upaya meningkatkan hubungan strategis Indonesia-Inggris,” jelas Siti.