Temuan arkeologis di situs Bongal, Sumatera Utara, ditengarai dua abad lebih tua daripada temuan di Barus yang kini menjadi titik nol peradaban Islam di Nusantara. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut di Bongal.
Oleh
SEKAR GANDHAWANGI
·4 menit baca
Penemuan di situs Bongal, Sumatera Utara, pada 2021 dapat memberi perspektif baru kesejarahan Indonesia. Temuan arkeologis di situs itu mengindikasi adanya interaksi penduduk Nusantara dengan pedagang mancanegara. Menariknya, temuan tersebut berasal dari abad ke-7 hingga ke-10 Masehi, 200 tahun lebih tua dari temuan yang pernah diteliti di Barus.
Situs Bongal terletak di Desa Jago-jago, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumut. Di lokasi tersebut terdapat Sungai Lumut yang bermuara ke Teluk Tapian Nauli. Teluk itu dinilai strategis untuk melabuhkan kapal-kapal dari zaman dulu hingga sekarang. Ada pula Samudra Hindia di sebelah barat situs.
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Arkeometri Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), M Fadhlan Syuaib Intan mengatakan, situs tersebut mengandung sumber daya mineral berupa emas. Hal ini diperkirakan menjadi salah satu alasan pedagang asing masuk ke Nusantara di masa lalu.
Ia menambahkan, emas sudah digunakan sejak 5.000 tahun lalu oleh bangsa Mesir. Emas dulu digunakan sebagai uang logam dan dijadikan standar sistem keuangan beberapa negara. Selain itu, emas digunakan untuk industri perhiasan.
”Emas merupakan salah satu bahan galian logam bernilai tinggi, baik dari sisi harga maupun penggunaan,” ucap Fadhlan pada diskusi daring ”GeoArkeologi Situs Bongal Tapanuli Tengah”, Sabtu (12/2/2022) malam. Diskusi ini disiarkan oleh Sunda Kelapa Heritage.
Tim peneliti memperoleh sejumlah temuan arkeologis di situs Bongal. Beberapa di antaranya adalah keramik yang berasal dari Dinasti Tang (abad ke-7 hingga ke-9 M), fragmen tembikar, jarum logam, dan ijuk. Peneliti juga menemukan mangga, pinang, pala, dan kemiri yang diperkirakan berasal dari abad ke-7 hingga ke-10 M.
Ada pula wadah dan botol kaca (alembic) yang dulu digunakan untuk menyuling minyak. Botol serupa pernah ditemukan di Timur Tengah dan kini disimpan di museum di New York, Amerika Serikat.
Emas merupakan salah satu bahan galian logam bernilai tinggi, baik dari sisi harga maupun penggunaan.
Tanda kedatangan bangsa Timur Tengah tampak pula dari penemuan koin-koin kuno. Ada koin perak Dinasti Umayyah yang diprediksi berasal dari tahun 694-713 M. Ada pula koin dari Dinasti Abbasiyyah pada tahun 760 M. Secara garis besar, koin-koin yang ditemukan berasal dari abad ke-7 hingga ke-9 M.
Penemuan juga meliputi jalinan ijuk dari abad ke-7 hingga ke-8 M. Fadhlan menambahkan, pihaknya menemukan struktur kayu nibung. Namun, belum bisa dipastikan apa itu struktur rumah hunian atau dermaga. Ada pula temuan berupa sisa perahu dan anak timbangan.
Di sisi lain, peneliti menemukan papan kayu dengan inskripsi aksara Pallawa dari abad ke-7 hingga ke-8 M. Ada pula sisa fauna yang dikonsumsi penduduk masa lalu, seperti rahang babi atau kambing serta gigi kerbau atau babi.
”Untuk menentukan umur mutlak hasil temuan, kami mengirim sampel ke Selandia Baru dan Amerika Serikat. Hasilnya, temuan di situs Bongal muncul dari abad ke-7 M hingga abad ke-10 M,” ucap Fadhlan.
Menurut Balai Arkeologi Sumatera Utara, situs ini berkaitan dengan perdagangan dan pelayaran Nusantara dengan bangsa Timur Tengah, India, serta China. Situs ini bisa jadi menyimpan bukti tertua interaksi Nusantara dengan Timur Tengah. Adapun Timur Tengah merupakan titik tolak penyebaran Islam.
Lebih tua dari Barus
Temuan di situs Bongal lebih tua dua abad dari temuan di situs Loba Tua, Barus. Sebelumnya, Barus dinilai sebagai pintu masuk peradaban Islam di Nusantara. Barus pun disebut titik nol peradaban Islam di Nusantara.
Salah satu bukti adanya peradaban Islam di Barus tampak dari nisan Rukn al-Din. Tahun yang tertulis pada nisan adalah tahun 48 Hijriah atau 662 M. Sumber lain menyebut nisan tersebut bertuliskan tahun 800 Hijriah atau 1397 M.
Jejak lain peradaban Timur Tengah juga ditemukan di Barus, seperti botol, teko kaca, dan cap dengan tulisan Arab dari abad ke-9 hingga ke-11 M. Benda-benda itu ditemukan pula di tempat lain, seperti Langkat, Sumatera Utara, serta Cirebon, Jawa Barat (Kompas, 4/5/2017).
”Kami belum menemukan nisan (di situs Bongal) seperti yang ditemukan di Barus. Jadi, kehadiran agama Islam di Bongal belum bisa dipastikan,” ucap Fadhlan. Penelitian lebih lanjut tentang ini diperlukan.
Di sisi lain, kawasan Bongal diperkirakan pernah menjadi bagian dari jalur rempah Nusantara. Ini tampak dari penemuan sejumlah rempah, seperti pala, kemiri, dan pinang.
”Pada masanya, pesisir barat Sumatera merupakan kawasan dengan sumber daya alam lengkap yang dibutuhkan negara-negara dunia. Beberapa di antaranya merupakan berbagai produk minyak kamper, buqur (wewangian), gaharu, cendana, bahkan emas,” kata Kepala Balai Arkeologi Sumut Ketut Wiradnyana, seperti dikutip dari laman Balai Arkeologi Sumut.