Kemendikbudristek meluncurkan kanal budaya Indonesiana. Kanal ini diharapkan mewadahi ekspresi seni publik dan mengembangkan kebudayaan. Ini diharapkan dapat memberi ruang dan akses lebih luas bagi seni budaya Indonesia.
Oleh
Sekar Gandhawangi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi memperluas kanal ekspresi budaya masyarakat melalui platform daring Indonesiana. Platform ini menjadi media pengembangan kebudayaan Indonesia dan diharapkan menjadi media diplomasi global.
Kanal Indonesiana diluncurkan secara daring pada Jumat (3/9/2021) oleh Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim. Kanal ini dapat diakses melalui laman indonesiana.tv, saluran televisi kabel, serta media sosial di Instagram, Facebook, Twitter, Tiktok, dan Youtube.
Nadiem mengatakan, media untuk mewadahi ekspresi seni dan kebudayaan masyarakat masih terbatas. Media yang tersedia saat ini dinilai masih condong ke tujuan komersial. Kanal yang didedikasikan khusus untuk keragaman kebudayaan Indonesia pun diperlukan.
”Belum ada media yang secara komprehensif menyajikan kebudayaan, baik dalam bentuk audio, visual, teks, maupun audiovisual,” katanya.
Kanal budaya menjadi penting mengingat kekayaan budaya negeri dan untuk mendekatkan kebudayaan ke generasi muda. Kesadaran generasi muda sebagai bagian dari Indonesia diharapkan tumbuh.
Kanal ini terbuka untuk publik. Pegiat seni dan budaya dapat mempromosikan karyanya dengan menandai akun Indonesiana di media sosial. Kerja sama antara redaksi Indonesiana dan pegiat seni budaya terbuka lebar.
Ada sejumlah konten yang ditampilkan di laman Indonesiana. Beberapa di antaranya Dongeng Jalur Rempah, Animasi Wali Songo, Susur Budaya Khatulistiwa, Panggung Musikal Indonesia, Musik Magi, dan Klip Permainan Tradisional.
Menurut Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid, konten akan diperkaya. Bentuk-bentuk kegiatan kebudayaan lain pun akan dirumuskan. Ia mengharapkan publik aktif berpartisipasi di kanal ini, baik mengonsumsi untuk konten maupun unjuk karya.
”Kami ingin ini bisa diakses seluas mungkin. Nanti akan kami (kembangkan) melalui satuan pendidikan dan komunitas,” tutur Hilmar.
Ia menambahkan, kanal ini diharapkan bisa diakses melalui jaringan televisi kabel luar negeri. ”Itu sasaran tahun 2022-2023. Jika dilakukan dengan benar, dampaknya akan baik bagi pemajuan kebudayaan kita.”
Etalase kebudayaan
Indonesiana diproyeksikan menjadi etalase kebudayaan Indonesia bagi negara-negara lain. Sejumlah negara telah memiliki kanal budaya serupa, seperti Korea Selatan dengan kanal bernama Arirang Culture, China dengan CGTN Culture, Inggris dengan BBC Culture, dan Amerika Serikat dengan Smithsonian Channel.
”Indonesiana menjadi panggung kebudayaan. Ini merupakan langkah pertama untuk mencapai diplomasi budaya, membangun jembatan budaya dengan negara dan budaya lain,” ujar Nadiem.
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi melalui keterangan video mendukung upaya ini. Promosi kekayaan budaya, bahasa, hingga kuliner Indonesia diyakini akan berkontribusi untuk mengangkat citra positif Indonesia di kalangan global.
Ekspresi budaya
Kanal budaya menjadi penting untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Kebudayaan (IPK). IPK Indonesia pada 2019 adalah 55,91. Angka itu dinilai dari ekspresi budaya (37,14), ekonomi budaya (33,79), literasi budaya (59,11), jender (54,57), warisan budaya (43,89), pendidikan (72,49), dan ketahanan sosial budaya (73,55). Dalam skala 0-100, nilai ekspresi budaya terendah.
Adapun IPK 2018 sebesar 53,74. Nilai ekspresi budaya (36,57) dan ekonomi budaya (30,55) tergolong rendah dibandingkan literasi budaya (55,03), jender (54,97), warisan budaya (41,11), pendidikan (69,67), dan ketahanan sosial budaya (72,84).
Pegiat kebudayaan, Didik Nini Thowok, mengatakan, ruang ekspresi seni budaya di televisi terbatas, sementara panggung desa masih tersedia. Namun, belum semua seniman, khususnya di pedalaman, mendapat perhatian publik. Menurut dia, kerinduan seniman untuk berkespresi akan terakomodasi melalui kanal Indonesiana.
Menurut penyanyi Vira Talisa, ada banyak kekayaan seni budaya di Indonesia yang belum diketahui generasi muda. Kanal budaya diharapkan tidak hanya mewadahi ekspresi seni, tetapi juga mendorong publik untuk mengemas kebudayaan menjadi sesuatu yang menarik dan relevan dengan perkembangan zaman. ”Harapanku agar pengetahuan dan praktik budaya tidak putus,” ujarnya.