Pemprov Jatim Mulai Tangani Kebutuhan Sosial dan Pendidikan Anak Korban Covid-19
Pemprov Jatim tangani kebutuhan sosial dan pendidikan anak-anak yang kehilangan orangtuanya karena terpapar Covid-19. Di tengah proses pendataan, saat ini, setidaknya ada 927 anak yang tersebar di 38 kabupaten dan kota.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jatim mulai menangani kebutuhan sosial dan pendidikan anak-anak yang kehilangan orangtuanya karena terpapar Covid-19. Di tengah proses pendataan yang terus berjalan saat ini, setidaknya 927 anak yang tersebar di 38 kabupaten dan kota mulai menerima pendampingan dari tim dinas sosial.
Kepala Dinas Sosial Pemprov Jatim Alwi mengatakan, pihaknya terus berupaya memastikan anak-anak yang kehilangan orangtua karena pandemi Covid-19 tidak sampai telantar dan kehilangan pengasuhan. Oleh karena itu, pendataan secara rinci berdasarkan nama dan alamat domisili diperbarui secara terus-menerus.
Mengacu pada data sementara yang dihimpun Dinsos Jatim dari 38 kabupaten dan kota, jumlah anak-anak yang kehilangan orangtua akibat terpapar Covid-19 sebanyak 927 orang. Kondisi mereka beragam, ada yatim, piatu, dan yatim piatu atau kehilangan kedua orangtua.
”Penanganan terhadap anak-anak yang kehilangan orangtua karena terpapar Covid-19 dilakukan oleh sejumlah instansi agar lebih optimal. Dalam hal ini, dinsos lebih fokus pada anak-anak yang berasal dari keluarga tidak mampu,” ujar Alwi, Kamis (19/8/2021).
Dari 927 anak korban pandemi Covid-19 yang didata Dinsos Jatim, mayoritas berada pada rentang usia pendidikan sekolah menengah pertama (SMP), yakni mencapai 23 persen. Anak-anak dengan rentang usia SMA sebanyak 22 persen dan anak-anak yang belum sekolah sebanyak 15 persen.
Alwi mengatakan, berdasarkan hasil pendataan sementara tersebut, sebanyak 299 anak sudah mendapat asuhan dari keluarga. Sebanyak 601 anak lainnya, berada dalam asuhan keluarga, tetapi masih memerlukan bantuan. Sisanya, terdapat 27 anak yang belum mendapatkan asuhan keluarga.
Bagi anak berkebutuhan khusus, sebaiknya ditangani oleh UPT terkait agar tumbuh kembang mereka lebih optimal.
Pemprov Jatim berharap masyarakat membantu proses pendataan agar anak-anak korban Covid-19 tertangani dengan baik, tercukupi kebutuhan dasarnya, terlindungi, dan terjamin pendidikannya. Bagi yang memerlukan bantuan sosial, diberikan bantuan bahan pokok dan bantuan pendidikan.
Adapun anak-anak yang belum mendapatkan pengasuhan akan ditangani oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinsos Jatim yang tersebar di sejumlah kabupaten dan kota. Demikian halnya, bagi anak berkebutuhan khusus akan didampingi oleh UPT, LKS, dan panti sosial.
”Bagi anak berkebutuhan khusus, sebaiknya ditangani oleh UPT terkait agar tumbuh kembang mereka lebih optimal,” kata Alwi.
Pendampingan psikologis
Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan Jatim memperkirakan terdapat lebih dari 5.082 anak yang ditinggal oleh orangtuanya akibat terpapar Covid-19. Data yang diterima hingga awal Agustus lalu, sebanyak 2.077 anak yang tercatat kehilangan orangtua.
Kondisi anak-anak tersebut sangat beragam, ada yang kehilangan salah satu orangtua sehingga menjadi yatim atau piatu. Namun, ada juga yang menjadi yatim piatu atau kehilangan kedua orangtuanya. Meski demikian, belum ada data yang lebih rinci mengenai jumlah masing-masing kategorisasi tersebut.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Kependudukan Provinsi Jatim Andriyanto mengatakan, proses pendataan terhadap anak-anak yang kehilangan orangtua akibat terpapar Covid-19 tengah berlangsung masing-masing kabupaten dan kota.
”Berdasarkan hasil rapat dengan seluruh kepala dinas pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak seluruh Jatim (38 kabupaten dan kota), akan dilakukan konfirmasi ulang. Setelah itu dilakukan pembaruan data,” ujar Andriyanto.
Proses pendataan anak-anak yang menjadi korban pandemi Covid-19, lanjut Andrianto, harus melibatkan berbagai pihak. Dia mencontohkan, harus ada keterlibatan RT/RW setempat, pemerintah desa, bahkan penyuluh keluarga berencana yang tersebar di kampung-kampung. Hal itu agar datanya lebih komprehensif.
Pendataan, konfirmasi ulang, dan pembaruan data anak-anak yang kehilangan orangtua akibat terpapar Covid-19 ini penting karena menjadi pijakan dalam menyusun strategi penanganan, baik jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Hal itu tidak lain agar anak-anak yang tanpa orangtua ini tetap memiliki masa depan yang cerah.
Andriyanto mengatakan, salah satu contoh strategi penanganan jangka pendek yang disiapkan adalah pendampingan secara psikologi dan sosial bagi anak-anak korban pandemi Covid-19. Pendampingan psikologi, misalnya, diperlukan agar kondisi psikis anak cepat pulih dari trauma atau kesedihan yang mendalam akibat kehilangan orang terdekat.
Sejumlah kepala daerah di Jatim juga memberikan perhatian terhadap anak-anak korban Covid-19. Setidaknya, hal itu disampaikan oleh Bupati Gresik Fandi Ahmad Yani dan Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali. Mereka berjanji memberikan bantuan sosial dan beasiswa pendidikan agar anak korban Covid-19 tak kehilangan masa depan.
”Pemkab Sidoarjo menyediakan banyak program beasiswa yang bisa diakses oleh anak-anak yang kehilangan orangtua karena terpapar Covid-19. Yang terpenting mereka tidak boleh putus sekolah,” ucap Muhdlor.