Mengenang Cahyono Agus, Tokoh Pendidikan Tamansiswa Asal Yogyakarta
Ketua Umum Perkumpulan Keluarga Besar Tamansiswa 2016-2021 Cahyono Agus Dwi Koranto meninggal pada Selasa (27/7/2021) malam. Cahyono dikenal sebagai tokoh yang banyak memberi masukan mengenai pendidikan.
Oleh
HARIS FIRDAUS
·3 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Ketua Umum Perkumpulan Keluarga Besar Tamansiswa 2016-2021 Cahyono Agus Dwi Koranto meninggal pada Selasa (27/7/2021) malam di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Selama hidupnya, Cahyono dikenal sebagai tokoh yang banyak memberi masukan mengenai kebijakan pendidikan di Indonesia.
Ketua Umum Perkumpulan Keluarga Besar Tamansiswa (PKBTS) 2021-2026 Muhammad Munawaroh mengatakan, Cahyono meninggal pada Selasa pukul 22.35 di Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (UGM), Sleman. Pria yang juga merupakan Guru Besar Fakultas Kehutanan UGM itu meninggal pada usia 56 tahun setelah beberapa hari dirawat karena terinfeksi Covid-19.
Munawaroh menyebut, pada Selasa pukul 19.30-20.30, para pengurus PKBTS sempat menggelar doa bersama untuk mendoakan kesembuhan Cahyono. Namun, sekitar dua jam setelah doa bersama itu selesai, Cahyono tutup usia. Jenazah Cahyono kemudian dimakamkan di Makam Keluarga Besar UGM di daerah Sawitsari, Sleman, Rabu (28/7).
Menurut Munawaroh, Cahyono memiliki sejumlah prestasi saat memimpin PKBTS pada 2016-2021. Salah satunya, Cahyono berhasil membawa PKBTS sebagai organisasi yang diakui secara nasional di dunia pendidikan. Hal ini antara lain terlihat dari pelibatan PKBTS untuk memberi masukan terkait kebijakan pendidikan nasional.
Pada November 2020, misalnya, Cahyono sebagai Ketua Umum PKBTS diundang oleh Komisi X DPR untuk memberi masukan tentang program Merdeka Belajar yang dicanangkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim.
”Saat beliau memimpin PKBTS itu banyak prestasinya. Beliau, kan, mewakili PKBTS diundang oleh Komisi X DPR untuk memaparkan konsep pendidikan Tamansiswa itu seperti apa dan berkaitan dengan program Merdeka Belajar,” ujar Munawaroh saat dihubungi dari Yogyakarta, Rabu.
PKBTS merupakan lembaga yang menghimpun orang-orang yang pernah belajar di sekolah dan perguruan tinggi di bawah Tamansiswa. Sementara itu, Tamansiswa merupakan lembaga pendidikan yang didirikan oleh tokoh pendidikan nasional Ki Hadjar Dewantara pada 1922 di Yogyakarta.
Pesan beliau adalah bagaimana menyatukan kekuatan dari para anggota di seluruh Indonesia. Alumni sekolah Tamansiswa itu, kan, tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Munawaroh menambahkan, Cahyono yang lahir di Yogyakarta pada 10 Maret 1965 juga sering menulis tentang ajaran-ajaran Ki Hadjar Dewantara. Dalam Kongres PKBTS pada 3 Juli 2021, Cahyono juga mengingatkan agar seluruh keluarga besar Tamansiswa tidak berhenti untuk memperjuangkan ajaran-ajaran Ki Hadjar Dewantara.
Munawaroh menyebut, dalam Kongres PKBTS itu, Cahyono juga menyatakan tidak mau menjadi ketua umum PKBTS lagi. Kongres tersebut akhirnya memilih Munawaroh sebagai ketua umum PKBTS periode 2021-2026. ”Beliau memang mengatakan sudah tidak mau meneruskan kepemimpinannya. Akhirnya beliau meminta saya menjadi ketua umum,” katanya.
Teruskan perjuangan
Munawaroh memaparkan, dirinya siap meneruskan perjuangan Cahyono di PKBTS. Munawaroh juga menyebut, Cahyono pernah berpesan agar PKBTS bisa mengoptimalkan potensi dari alumni sekolah Tamansiswa.
”Pesan beliau adalah bagaimana menyatukan kekuatan dari para anggota di seluruh Indonesia. Alumni sekolah Tamansiswa itu, kan, tersebar dari Sabang sampai Merauke. Jadi, kekuatan dari para alumni itu harus disatukan agar bisa memberikan kontribusi nyata kepada bangsa dan negara,” papar Munawaroh.
Munawaroh menuturkan, pada 2022, Tamansiswa akan berusia 100 tahun atau satu abad. Oleh karena itu, keluarga besar Tamansiswa harus berupaya keras agar lembaga pendidikan tersebut bisa bangkit kembali. ”Kita harus mempersiapkan agar satu abad itu menjadi momen kebangkitan dari Tamansiswa,” tuturnya.
Ketua Harian Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa Pardimin mengatakan, Cahyono merupakan pribadi yang baik dan suka membantu orang lain. Pardimin menilai, selama menjadi Ketua Umum PKBTS, Cahyono banyak memberi kontribusi untuk mengembangkan Tamansiswa. ”Kontribusi beliau di Tamansiswa cukup besar,” katanya.
Di sisi lain, Pardimin menyebutkan, Cahyono juga kerap memberi masukan kepada pemerintah mengenai kebijakan pendidikan nasional. Hal ini sesuai dengan kebiasaan Tamansiswa yang memang aktif memberi masukan dan kritik kepada pemerintah. Di sisi lain, Tamansiswa juga kerap bekerja sama dengan berbagai institusi pemerintah.
”Hal-hal yang mungkin kurang pas dan kurang baik, kita menyampaikan koreksi. Beliau (Cahyono) adalah salah satu orang Tamansiswa yang sangat aktif memberikan koreksi kepada pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,” ujar Pardimin yang juga menjabat sebagai Rektor Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta.