Cahyono Agus Dwi Koranto, Penerus Ajaran Ki Hadjar Dewantara Berpulang
Almarhum Prof Cahyono Agus Dwi Koranto aktif menyuarakan konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara melalu tri pusat pendidikan. Guru Besar Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada itu meninggal dunia akibat Covid-19.
Oleh
ESTER LINCE NAPITUPULU
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Cahyono Agus Dwi Koranto (56), Guru Besar Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada yang juga mantan Ketua Perkumpulan Keluarga Besar Taman Siswa, meninggal dunia pada Selasa (27/7/2021) pukul 22.35 di Yogyakarta. Cahyono selama ini giat memperjuangkan pemikiran pendidikan Ki Hadjar Dewantara melalui berbagai tulisan kritis di media massa dan kiprahnya melalui Taman Siswa.
Almarhum Cahyono meninggal dalam perawatan di RS Akademik UGM Yogyakarta karena terpapar Covid-19. Pada Kamis malam, anggota Perkumpulan Kelurga Besar Taman Siswa (PKBTS) di sejumlah daerah di Indonesia menggelar doa bersama secara daring untuk mendukung kesembuhan almarhum yang dirawat di ruang ICU. Namun, Tuhan berkehendak lain, almarhum mengembuskan napas terakhir meninggalkan seorang istri dan tiga anak.
Menurut Ketua Umum PKBTS Muhammad Munawaroh dari Jakarta, Rabu (28/7/2021), Cahyono merupakan Ketua Umum PKBTS tahun 2016-2021. PKBTS ini merupakan wadah bagi alumni siswa perguruan Taman Siswa di seluruh Indonesia, dari jenjang taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.
”Almarhum ini alumni SD Taman Siswa. Beliau memiliki keyakinan tentang konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara melalu tri pusat pendidikan. Pemikirannya itu sering disuarakan lewat tulisan di media massa, salah satunya harian Kompas,” kata Munawaroh.
Munawaroh berkisah, almarhum terpapar Covid-19 sejak 3 Juli. Sempat mengalami kesulitan untuk mendapatkan perawatan karena harus antre dirawat di rumah sakit, baru pada 14 Juli bisa dirawat di RS Akademik UGM Yogyakarta dan harus dipasangi ventilator sesuai dengan rekomendasi dari ahli paru. Almarhum dirawat di ruang ICU hingga meninggal dunia.
Munawaroh mengenang, dalam silaturahmi dan Kongres Ke-19 PKBTS secara daring, Cahyono mempertanggungjawabkan kepemimpinannya sebagai Ketua Umum PKBTS. Kepemimpinan selanjutnya diserahkan kepada Munawaroh.
”Almarhum berhasil membuat perkumpulan ini berstatus badan hukum dari Kementerian Hukum dan HAM. Selain itu, PKBTS juga berjejaring dengan eksektif dan yudikatif, termasuk dimintai pendapat dalam diskusi tentang peta jalan pendidikan di Komisi X DPR RI,” kata Munawaroh.
Dalam Kongres Ke-19 PKBTS dengan tema ”Menyongsong Seabad Taman Siswa dan Indonesia Emas Melalui Pendidikan, Kebudayaan, dan Kebangsaan”, Cahyono mengingatkan untuk dapat memaknai kembali Taman Siswa yang pada 2022 nanti sudah seabad atau 100 tahun dengan kontribusi positif. Kontribusi dan kerja sama berupa pikiran, gagasan, konsep, dan pernyataan dalam jaringan dibutuhkan untuk mengangkat isu kebudayaan, pendidikan, dan kebangsaan yang menjadi roh Taman Siswa. Taman Siswa harus di depan untuk mengawal Indonesia yang lebih baik.
”Konsep-konsep ajaran Ki Hadjar Dewantara telah dipahami sehingga menjadi acuan dalam pembangunan pendidikan, kebudayaan, dan kebangsaan Indonesia. Namun, harus jujur diakui, kondisi Perguruan Taman Siswa prihatin. Kebangkitan Taman Siswa yang diperjuangkan sungguh-sungguh oleh insan Taman Siswa tidaklah instan. Sayangnya, ajaran luhur Ki Hadjar belum bisa jadi praktik baik di perguruan Taman Siswa, padahal konsepnya dipercaya baik,” kata Cahyono dalam videonya.
Menurut Cahyono, krisis pendidikan yang ditambah lagi akibat pandemi Covid-19 karena kebjiakan kurikulum dan praktik lebih berorientasi pada angka. Ajaran Ki Hajar bisa jadi obat mujarab untuk mencerdaskan bangsa dan kesejehateraan umum. Namun, ajaran luhur Ki Hadjar Dewantara perlu direvitalisasi sesuai dengan tuntutan zaman dengan pendidikan 4.0.
”Taman Siswa tidak bisa lagi bernostalgia dnegan kejayaan masa lampau. Tetapi, kini semua alumnus Taman Siswa harus ikut berjuang untuk kembali mewujudkan kejayaan Taman Siswa,” papar Cahyono.