Pancasila dan Pendopo Pengayoman Sedulur Sikep
Nilai-nilai ajaran Samin Surosentiko yang kini diwariskan kepada para pengikutnya, selaras dengan Pancasila. Semua berharap nilai-nilai Pancasila dijalankan secara utuh, demi terwujudnya bangsa yang tenteram.
Biyen mula akeh kang podo gething, awit labete kang jujur. Mbela sedulur papa. Ora mbayar pajak dadi srananipun, hampang kang marang penjajah, panggawe sengsara urip (dulu banyak yg membenci karena tingkah lakunya yang jujur, membela kaum papa. Tidak bayar pajak jadi sarana.. kepada penjajah, bikin sengsara hidup)
Demikian petikan lirik tembang yang dinyanyikan Gunretno di salah satu sudut Desa Kediren, Kecamatan Randublatung, Kabupaten Blora, Jawa Tengah, Selasa (25/5/2021) sore. Dengan mengenakan kemeja hitam dan celana pendek, tokoh Sedulur Sikep asal Baturejo, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati itu tampak menghayati penggalan lirik pada layar ponsel, yang bercerita tentang pergerakan Samin Surosentiko melawan Belanda.
Samin Surosentiko yang bernama asli Raden Kohar, ialah pelopor ajaran Samin pada zaman kolonial, yakni perlawanan terhadap Belanda, tanpa kekerasan, sejak akhir abad ke-19. Para penganut ajarannya yang disebut Sedulur Sikep hingga kini masih bertahan dan tersebar di beberapa daerah. Nilai-nilai yang dianut antara lain bersikap jujur, hidup rukun dengan siapa saja, serta hidup dari bertani.
"Pada dasarnya, sekarang sudah bukan zaman penjajah dan rakyat harusnya tak sengsara. Itu yang digembar-gemborkan oleh Bung Karno. Merdeka lahir batin. Ngilangno roso was-was, roso sumelang (menghilangkan rasa khawatir). Tapi saiki wong cilik akeh sing was-was (tapi sekarang orang kecil masih banyak yang tidak khawatir)," ujar Gunretno.
Pada dasarnya, sekarang sudah bukan zaman penjajah dan rakyat harusnya tak sengsara. Itu yang digembar-gemborkan oleh Bung Karno. Merdeka lahir batin.(Gunretno)
Menurut Gunretno, Mbah Samin selalu mengajarkan para Sedulur Sikep atau pengikutnya untuk bersikap tajam tapi tak melukai, kencang tapi tak melewati batas, dan ampuh tapi tak membunuh. Ia kemudian menilik lebih jauh. Sebenarnya, nilai-nilai yang ada dalam Pancasila yang lahir pada 1 Juni 1945, telah diterapkan Mbah Samin puluhan tahun sebelumnya.
“Ojo nglakoni drengki, srei, panasten, dahwen, kemeren, bedhog colong pethil jumput (tidak dengki, serakah, panas hati, ingin tahu urusan orang lain, iri hati, mencuri). Itu ya Pancasila. Bagi saya, Sedulur Sikep tak diragukan lagi kepancasilaannya," katanya.
Baca juga: Blora Lestarikan Barongan dan Ajaran Sedulur Sikep sebagai Identitas Lokal
Lantaran tidak bersekolah formal, Sedulur Sikep di Pati bisa jadi dianggap tidak tahu Pancasila. Namun, baginya, Pancasila tetap penting untuk penghayatan. Mulai dari sila pertama hingga kelima, sudah dilakoni Sedulur Sikep selama ini.
Gunretno dan Sedulur Sikep di Pati selama ini gigih menyuarakan pelestarian lingkungan serta selalu bersikap kritis. "Mengkritik bukan persoalan cocok atau tidak cocok. Buat saya lebih ke mencintai Indonesia ini yang didirikan dengan perjuangan dan pengorbanan. Apalagi anak-cucu Mbah Samin Surosentiko ikut melawan Belanda, dengan dasar Pancasila," ujarnya.
Pendopo Pengayoman
Sekitar 15 meter dari tempat Gunretno bersantai, tampak bangunan dengan luas sekitar 15 meter x 7 meter yang masih berupa rangka-rangka kayu. Sementara sejumlah Sedulur Sikep serta warga setempat bahu-membahu membangunnya. Ada yang mengukur panjang kayu serta menggergaji dan memalu kayu. Adapun di pucuk bangunan bendera Merah Putih berkibar.
"Di sini dulu tempat petilasan Mbah Samin, kemudian turun-temurun hingga dijual ke orang lain. 15 Maret 2021 lalu, tepat 114 tahun Mbah Samin ditangkap Belanda (1907), lahan ini diserahkan pemiliknya ke kami. Maka, kami rembugan dengan dulur-dulur untuk diopeni. Lalu disepakati untuk dibuat tempat yang akan dinamakan Pendopo Pengayoman," ujar Gunretno.
Bangunan yang di sekelilingnya terdapat hamparan sawah dan deretan pohon jati itu dibangun secara gotong royong. Menurutnya, sempat ada tawaran bantuan dari Pemerintah Kabupaten Blora untuk pembangunan pendopo tersebut. Namun, Sedulur Sikep menolak pendanaan dari APBD dan lebih mengedepankan gotong royong komunitasnya, juga warga sekitar.
Sempat ada tawaran bantuan dari Pemerintah Kabupaten Blora untuk pembangunan pendopo tersebut. Namun, Sedulur Sikep menolak pendanaan dari APBD dan lebih mengedepankan gotong royong komunitasnya, juga warga sekitar.
Baca juga: Para Penghayat Kepercayaan Masih Terpinggirkan
Tujuan pembangunan Pendopo Pengayoman yang sebelumnya berupa semak belukar tersebut, kata Gunretno, sebenarnya sederhana, yakni menjadi tempat untuk napak tilas. Semua orang, siapapun, nantinya dipersilakan untuk datang. Dengan demikian kerukunan dan persaudaraan terus terjaga. Seperti yang diajarkan Mbah Samin, bahwa kabeh (semua) adalah sedulur (saudara).
Pendopo Pengayoman itu juga diharapkan menjadi pengingat bahwa lebih dari 114 tahun lalu, Mbah Samin hadir untuk melindungi dan mengayomi rakyat yang saat itu dirundung kekhawatiran. Dengan nilai-nilai seperti yang ada dalam Pancasila. "Maka, kami memiliki gagasan, di sinilah nanti tempat dulur-dulur yang berpancasila. Yang akan nguri-nguri Pancasila. Mungkin ya ini omah Pancasila," ucap Gunretno.
Menurut rencana, penerangan di Pendopo Pengayoman tersebut akan memanfaatkan panel surya. Selain itu, akan ada pemanfaatan biogas dari kotoran hewan ternak, untuk keperluan memasak.
Dengan demikian, setiap orang yang datang bisa menyaksikan kemandirian, yang sepenuhnya merupakan hasil gotong royong, termasuk dari warga. Sebab, kata Gunretno, Mbah Samin tak hanya milik Sedulur Sikep, tetapi juga berjuang untuk semua.
Kerukunan
Sekitar 27 kilometer (km) dari Desa Kediren, tepatnya di Dukuh Blimbing, Desa Sambongrejo, Kecamatan Sambong, Blora, juga menjadi tempat pengamalan nilai-nilai ajaran Samin, yang juga sejalan dengan Pancasila. Di sana, terdapat 560 keluarga yang 70 persen di antaranya merupakan Sedulur Sikep. Mereka hidup rukun dengan warga lain yang berbeda kepercayaan.
"Pancasila nyekrup (cocok) dengan nilai-nilai Sedulur Sikep. Mulai dari Ketuhanan Yang Maha Esa, misalnya. Tentu kita bertuhan dan berbeda-beda itu wajar, serta tidak boleh diganggu gugat. Lalu, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, maka kalau bukan miliknya tidak boleh diambil. Persatuan Indonesia untuk kondusivitas," kata tokoh Sedulur Sikep di Sambongrejo, Pramugi.
Baca juga: Sikap Luhur Sedulur Sikep
Berkait dengan sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, kata Pramugi, segala hal pasti diselesaikan dengan musyawarah. Adapun pada sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, selalu diterapkan antara lain dengan berbagi dan saling membantu terhadap sesama.
Di Blora, selain di Sambongrejo, komunitas Sedulur Sikep juga ada beberapa tempat lain, seperti di Kedungtuban, Klopoduwur, dan Menden. Sementara di Jateng, Sedulur Sikep kini bertahan dengan ajaran Samin dan tersebar seperti di Pati, Kudus, Blora, Rembang, dan Grobogan. Juga terdapat di sejumlah daerah di Jawa Timur, salah satunya Bojonegoro.
Pada September 2019, di Sambongrejo, dilakukan pertemuan bertajuk “Temu Ageng Sedulur Sikep” yang merupakan rangkaian “Cerita dari Blora”. Kegiatan itu inisiasi dari Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam mengembangkan potensi budaya di daerah melalui platform kebudayaan Indonesiana. (Kompas.id, (23/9/2019)
Saat itu, untuk pertama kalinya, para pengikut Samin dari berbagai wilayah bertemu. Total ada sekitar 100 Sedulur Sikep yang hadir, dengan pakaian hitam-hitam serta kebaya khas Samin. Pertemuan tersebut, antara lain untuk mencocokkan ajaran Samin Surosentiko dari beragam daerah. Salah satu yang disepakati bahwa mereka bukanlah tontonan, melainkan perilaku merekalah yang harusnya dipertontonkan.
Bupati Blora Arief Rohman menuturkan, pihaknya akan terus melindungi dan menjaga kekhasan Sedulur Sikep. Di sisi lain, kampung Samin di Blora di Sambongrejo, selama ini terbuka untuk wisata budaya. Hal tersebut akan menambah khazanah keberagaman dan kebudayaan, termasuk mengenalkan bagaimana nilai-nilai ajaran Samin yang adiluhung.
"Sudah ada beberapa kali studi banding ke sini, untuk mengetahui seperti apa ajaran Samin. Ternyata, ajarannya memang mulia sekali. Falsafah ini mesti disosialisasikan dan menjadi contoh baik bagi masyarakat di manapun," ujar Arief.
Nilai-nilai ajaran Samin Surosentiko yang kini diwariskan kepada para pengikutnya, selaras dengan Pancasila yang lahir 76 tahun lalu. Sedulur Sikep dan warga Indonesia lainnya, sama-sama berharap nilai-nilai tersebut dijalankan secara utuh. Bukan sekadar dilafalkan tetapi jauh dari kenyataan saat berperilaku sebagai warga bangsa.