Vaksinasi Covid-19 yang baru dilakukan untuk orang dewasa belakangan ini tidak hanya melindungi kesehatan mereka, tetapi juga memberikan harapan untuk pemulihan situasi sulit yang dihadapi anak-anak selama pandemi.
Oleh
SONYA HELLEN SINOMBOR
·5 menit baca
Tidak hanya orang dewasa, program vaksinasi Covid-19 yang dilaksanakan pemerintah sejak Januari 2021 lalu ternyata juga mendapat perhatian anak-anak. Meski bukan kategori penerima vaksin Covid-19, sejumlah anak-anak di Tanah Air justru ingin tahu lebih banyak tentang vaksin. Bahkan, pertanyaan kritis disampaikan sejumlah anak terkait dengan vaksin Covid-19.
Hal ini terlihat saat Media Briefing ”Suara Anak tentang Vaksin” yang diselenggarakan Wahana Visi Indonesia (WVI), Jumat (12/3/2021) pekan lalu, secara daring. Pada acara tersebut, beberapa anak perwakilan dari wilayah Indonesia sangat bersemangat mengajukan pertanyaan kepada dr Prima Yosephine (Pelaksana Tugas Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan, Kementerian Kesehatan) dan dr Maria Adrijanti (Health Team Leader Wahana Visi Indonesia) yang hadir sebagai pembicara.
Salah satu pertanyaan muncul dari Aufa (16) dari Surabaya, Jawa Timur kepada dokter Prima. ”Apakah vaksin Covid-19 melindungi secara jangka panjang?” tanya Aufa.
Menjawab pertanyaan tersebut, Prima menyatakan, vaksin Covid-19 adalah vaksin baru. Oleh karena penyakitnya juga baru, vaksinnya pun baru dikembangkan setelah penyakitnya ada. Namun, Prima menegaskan bahwa vaksin tersebut sudah diuji di negara Indonesia sehingga program vaksinasi bisa dilaksanakan.
Jadi, kita sudah lihat vaksin ini baru diciptakan pada akhir tahun 2020, bulan November. Baru beberapa bulan, kalau lihat jangka panjangnya belum tahu. Tapi, harapannya, dari penelitiannya kemarin, waktu membuat paling minimal bisa memproteksi satu tahun, tetapi nanti akan dibuktikan.
”Jadi, kita sudah lihat vaksin ini baru diciptakan pada akhir tahun 2020, bulan November. Baru beberapa bulan, kalau lihat jangka panjangnya belum tahu. Tapi harapannya, dari penelitiannya kemarin, waktu membuat paling minimal bisa memproteksi satu tahun, tetapi nanti akan dibuktikan,” ujar Prima.
Akan tetapi, meskipun vaksin sudah digunakan, studi atas vaksin tersebut tetap dilanjutkan. Bahkan, akan dilihat secara bertahap, apakah pada enam bulan hingga satu tahun, setelah pemberian vaksin apakah penerimanya masih imun atau tidak. Pengkajian akan terus dilakukan pascapemberian vaksin.
”Jadi, kalau ditanya sekarang apakah akan melindungi jangka panjang, dokter Prima masih belum bisa jawab. Karena, memang penelitiannya belum sampai ke sana, tetapi harapan kita ini bisa minimal dalam 12 bulan,” kata Prima.
Di bagian awal Prima menjelaskan bahwa vaksin adalah sediaan yang mengandung zat biologik sebagai antigen spesifik dari virus atau bakteri. Adapun vaksinasi: tindakan memberikan/ memasukan vaksin ke tubuh manusia untuk merangsang sistim imun.
Lalu, mengapa menggunakan vaksin? Karena vaksin dapat mencegah beberapa penyakit menular berbahaya. Ia mencontohkan beberapa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, yaitu campak, polio, hepatitis B, tuberkulosis, difteri, pertusis, tetanus, influenza, kanker serviks yang disebabkan infeksi virus HPV, dan sebagainya. Ketika sebagian besar kelompok masyarakat rentan diberikan vaksinasi, penyebaran patogen penyebab penyakit dapat dibatasi/dihentikan atau terjadi kekebalan kelompok (herd immunity).
Dengan kekebalan kelompok, kelompok masyarakat yang tidak dapat divaksinasi (bukan merupakan sasaran), misalnya bayi baru lahir, lansia, dan mereka yang memiliki kontraindikasi dapat turut terlindungi.
Tak hanya Aufa, pertanyaan yang senada disampaikan Alfred (11) dari Nias Selatan, Sumatera Utara. ”Saya mau nanya sama dokter Prima, apakah setelah menerima vaksin, apakah menjamin kita tidak akan terkena virus Covid-19?” ujar Alfred.
Ada juga pertanyaan dari Sofia (16),dari Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Selain bertanya apakah vaksin itu mengandung negatif, dan apakah ada efek sampingnya negatif, Sofia juga bertanya apakah vaksin itu berbayar? Karena sejauh ini informasi yang dia terima ada yang berbayar dan gratis.
Roslinda (15) dari Sumba Timur, bahkan, menanyakan bagaimana jika ada orang yang tidak mau divaksin, apakah mereka akan mendapat sanksi. Lalu, Roslinda juga menanyakan bagaimana dengan masyarakat yang tinggal di daerah pelosok atau terpencil, yang jauh dari akses informasi. Mereka tidak tahu soal program vaksin, padahal mereka berhak menerima vaksin.
Atas pertanyaan anak-anak tersebut, Prima pun berusaha menjawab dengan bahasa sederhana. Misalnya, apakah vaksin Covid-19 ada efek negatif, dia menegaskan vaksin tersebut sudah melewati tahap pengujian yang sedemikian teliti supaya vaksin tersebut betul-betul aman. Akan tetapi, untuk beberapa orang tertentu secara individu bisa saja ada reaksi pascavaksin,
”Maka, ketika orangnya selesai divaksin, kita suruh tunggu dulu, enggak boleh langsung pulang, sekitar setengah jam. Setelah itu ada aja reaksi yang mungkin timbul beberapa hari setelah vaksin,” ucap Prima.
Oleh karena itu, setelah selesai vaksin, penerima vaksin diberikan kartu yang berisi alamat dan telepon yang bisa dihubungi jika mereka mengalami sesuatu. Jika ada keluhan, akan ada tim di tiap wilayah yang akan menilai apakah reaksi tersebut akibat vaksin atau karena sebab lain. ”Intinya vaksin ini dari mulai diproduksi sudah sangat-sangat memperhatikan keamanan sehingga tidak punya efek samping,” kata Prima.
Adapun soal pertanyaan apakah vaksin berbayar, Prima menegaskan, pemerintah menjamin untuk 181 juta orang akan mendapat vaksin gratis. Namun, saat ini ada kebijakan soal vaksin gotong royong, yang diharapkan bisa mempercepat masyakarat mendapat imunitas. Namun, vaksin tersebut tetap gratis.
Terkait dengan pengetahuan masyarakat soal pencegahan dan manajemen penanganan Covid-19, Maria Adrijanti mengungkapkan, dari hasil survei yang dilakukan WVI Februari 2021 lalu, baru sebanyak 36 persen remaja (responden 666 remaja) yang memiliki pengetahuan tentang Covid-19. Walaupun demikian, berbagai kampanye dan aksi dilakukan para remaja dalam melindungi diri dari Covid-19. ”Jadi, meski punya energi besar, mereka juga perlu peningkatan kapasitas terkait pengetahuan Covid-19,” kata Maria.
Oleh karena itu, WVI merekomendasikan agar terus mendorong orang dewasa divaksinasi untuk melindungi anak-anak dari Covid-19, mendukung anak-anak meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya tentang Covid-19 yang baik dan benar, serta melibatkan anak-anak sebagai promoter perilaku protokol kesehatan dan penerimaan vaksin Covid-19.
Bagi anak-anak, vaksinasi yang baru dilakukan untuk orang dewasa ini tidak hanya melindungi kesehatan mereka, tetapi juga memberikan harapan untuk pemulihan situasi sulit yang dihadapi anak-anak selama pandemi, seperti kegiatan sekolah jarak jauh, tidak bisa ke posyandu, pembatasan untuk berkegiatan bersama teman-teman secara langsung, hingga pemulihan ekonomi bagi mata pencarian orangtua yang terdampak.