Pelajaran sejarah memiliki peranan sangat penting, bahkan menjadi bagian utama dalam pendidikan karakter. Karena itu, mata pelajaran sejarah hendaknya menjadi mata pelajaran dasar di semua jenjang pendidikan.
Oleh
Yovita Arika
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejarah merupakan bagian penting dalam perjalanan suatu bangsa. Pendidikan sejarah di sekolah penting untuk mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai kebangsaan dan kepedulian sosial budaya. Lebih dari itu, pendidikan sejarah di sekolah merupakan bagian utama dalam pendidikan karakter.
Karena itu, kalangan akademisi dan pendidik mempertanyakan rencana Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menempatkan mata pelajaran sejarah sebagai mata pelajaran pilihan di SMA, bahkan menghilangkannya di SMK. Pelajaran sejarah hendaknya ditempatkan sebagai mata pelajaran dasar dan diberikan kepada siswa di semua jenjang pendidikan.
Rencana perubahan pendidikan sejarah di SMA/SMK tersebut tertuang dalam draf sosialisasi Penyederhanaan Kurikulum dan Asesmen Nasional tertanggal 25 Agustus 2020. Draf ini beredar di kalangan akademisi dan para guru. Sejak Februari 2020, tim Kemendikbud menyusun penyederhanaan kurikulum dan asesmen nasional.
Pelajaran sejarah di SMA merupakan kesempatan siswa untuk mengenal bangsanya lebih jauh.
”Sulit dipahami jika di jenjang SMA (pelajaran) sejarah menjadi pilihan. Kalau kita menempatkan pelajaran sejarah sebagai pilihan, seperti di Singapura, orang bisa tidak pernah belajar sejarah. Pelajaran sejarah di SMA merupakan kesempatan siswa untuk mengenal bangsanya lebih jauh,” kata Said Hamid, Guru Besar Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang juga Ketua Tim Pengembangan Kurikulum 2013, dalam diskusi daring yang diselenggarakan Ikatan Alumni UPI, Kamis (17/9/2020).
Said mengatakan, pelajaran sejarah penting untuk mengembangkan jati diri bangsa, mengembangkan memori kolektif bangsa, juga mengembangkan karakter para tokoh pendiri bangsa. Pelajaran sejarah juga penting untuk mengembangkan inspirasi guna mengembalikan martabat bangsa ini sebagai bangsa yang besar serta mengembangkan kreativitas.
”Semua guru sejarah harus menyadari, dari apa yang mereka lakukan (ajarkan), bisa mengembangkan kreativitas anak didik, bagaimana mereka menyelesaikan masalah sebagaimana teladan para pahlawan. Pembelajaran sejarah memang harus berubah, kita harus ajarkan jiwa kejuangan, jiwa inovatif. Kalau hanya mengajarkan fakta, itu hanya mengajarkan abu sejarah,” kata Said.
Tidak berkesinambungan
Pelajaran sejarah, kata Sumardiansyah P Kusuma, Presiden Asosiasi Guru Sejarah Indonesia yang juga anggota tim penyederhanaan kurikulum, tidak terpaku pada masa lalu, tetapi lebih jauh dari itu mendorong proses berpikir tingkat tinggi. Ini dilakukan dengan merekonstruksi masa lalu yang abstrak ke dalam konteks masa kini.
”Sejarah itu referensi bagi kehidupan, panduan dalam menentukan arah bangsa ini,” katanya. Karena itu, dia tidak setuju jika mata pelajaran sejarah menjadi pilihan di SMA dan dihilangkan di SMK. Selain itu, rencana penyederhanaan kurikulum juga tidak berkesinambungan dengan Kurikulum 2013.
Menurut Agus Mulyana, Pembina Pengurus Pusat Perkumpulan Prodi Sejarah Se-Indonesia yang juga Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Sosial UPI, pendidikan sejarah bagi siswa akan menjadi wahana untuk membentuk ketahanan bangsa. Dengan belajar sejarah, siswa mempunyai memori kolektif yang pada akhirnya membentuk kepribadian. Ini bagian dari pembentukan karakter bangsa.
Menanggapi hal tersebut, Maman Fathurrohman, Kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendikbud, mengatakan, penyederhanaan kurikulum masih dalam pembahasan dan belum final. Kemendikbud terbuka jika ada masukan dan juga usulan dari kalangan akademisi dan para guru.
”Apresiasi sejarah itu urgen dan penting. Indonesia sangat luas, banyak sekali konteks di sana, sejarah adalah bagian yang tidak mungkin tidak ada dalam kurikulum. Ada wacana kurikulum adaptif. Oleh karena itu, ada kurikulum darurat di masa pandemi ini. Kami mengajak, mari bersama-sama membentuk kurikulum yang tepat yang diperlukan oleh generasi bangsa sesuai zamannya,” katanya.