Jikalau tidak terjadi pandemi penyakit akibat virus korona baru (Covid-19), Bali semestinya semarak dengan pergelaran seni budaya. Tak cuma pesta kesenian Bali yang ditiadakan, pawai ogoh-ogoh pun tak diselenggarakan.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·5 menit baca
Jikalau tidak terjadi pandemi penyakit akibat virus korona baru (Covid-19), Bali semestinya semarak dengan pergelaran seni dan budaya. Pesta Kesenian Bali 2020 yang berlangsung selama sebulan sejak pertengahan Juni lalu ditiadakan akibat pandemi Covid-19. Begitu pula pawai ogoh-ogoh yang digelar menjelang hari raya Nyepi pada Maret 2020, juga tidak digelar massal demi mencegah penyebaran penyakit Covid-19.
Pesta Kesenian Bali (PKB) sebagai perayaan tahunan dalam upaya pelestarian tradisi dan kreativitas seni yang digagas Ida Bagus Mantra, Gubernur Bali periode 1978-1988, turut terimbas wabah. Akibat pandemi penyakit Covid-19, Pemerintah Provinsi Bali meniadakan penyelenggaraan PKB ke-42 tahun 2020 meski rangkaian persiapan menuju perayaan seni budaya tahunan di Bali itu sudah berjalan.
Setahun yang lalu, pada PKB 2019, kali pertama pula digelar peringatan Bulan Bung Karno di Bali yang diisi dengan pameran foto dan arsip Bung Karno, dialog lintas agama, lomba pidato, dan pementasan kesenian. Pertengahan Juni lalu, tepatnya 21 Juni 2020, Pemerintah Provinsi Bali menggelar pementasan seni secara virtual melalui Youtube di kanal Pemprov Bali dan Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dalam rangka peringatan Bulan Bung Karno. Durasi penayangannya terbatas, sekitar 60 menit, dan menampilkan 10 komunitas seni atau sanggar di Bali.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Bali melalui Dinas Kebudayaan Provinsi Bali juga memprogramkan pementasan secara daring yang melibatkan lebih dari 200 kelompok seni atau sanggar dari seluruh Bali. Setiap kelompok seni menampilkan satu peragaan atau pementasan berdurasi 30 menit hingga 45 menit.
Rekaman atau video itu kemudian diunggah ke media sosial tiap-tiap kelompok seni dengan memberikan tanda pagar (hashtag) #peragaandanpementasansenibudayaDisbudProvBali2020, #PemprovBaliPeduliDampakCovid-19, #SenimanBaliTetapBerkreasi, dan #NangunSatKerthiLokaBali.
Langkah pemerintah yang terbatas itu bertujuan menjaga semangat berkreativitas para seniman di Bali. (Kun Adnyana)
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan Adnyana menyebutkan, pementasan melalui media virtual bertujuan menjaga elan atau daya hidup kreatif seniman Bali di tengah pandemi Covid-19. Sebanyak 202 kelompok, komunitas seni, atau sanggar difasilitasi untuk berkreasi dan mengekspresikan aktivitas berkesenian mereka. ”Langkah pemerintah yang terbatas itu bertujuan menjaga semangat berkreativitas para seniman di Bali,” kata Kun Adnyana.
Dalam tayangan Youtube di kanal Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Gubernur Bali Wayan Koster menyatakan, pemerintah memfasilitasi pergelaran secara virtual sebagai bentuk keberpihakan pemerintah untuk menjaga semangat kreatif seniman dan pekerja seni pada masa pandemi Covid-19. Koster berharap pergelaran secara virtual juga mendorong masyarakat Bali, terutama generasi mudanya, agar semakin mencintai seni dan selalu bergerak untuk memajukan seni budaya Bali.
Kamis (16/7/2020), Koster mengumumkan terbitnya Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali. Dalam seremoni di kompleks Museum Bali, Denpasar, Koster menyebutkan, peraturan daerah sebagai regulasi penguatan budaya itu sebagai bentuk antisipasi atas perubahan dan dinamika masyarakat, baik secara lokal maupun global.
Perda Bali tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali bertujuan memperkokoh kebudayaan nasional dan mengembalikan Bali sebagai pusat peradaban dunia.
Rektor Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar I Gede Arya Sugiarta menilai terbitnya Perda Bali No 4/2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali menjadi payung sekaligus landasan kokoh bagi Bali dalam melestarikan, menjaga, dan mengembangkan kebudayaan.
”Perda ini bermakna luar biasa. Bali punya payung hukum jelas, mulai upaya penguatan hingga upaya pemajuannya,” kata Sugiartha ketika menghadiri acara pengumuman terbitnya Perda Bali No 4/2020 itu, Kamis (16/7/2020).
Virtual
Dalam seminar secara dalam jaringan (webinar) bertemakan ”Kreativitas Seni di Era Pandemi”, yang diselenggarakan Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana bersama Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Bali, Jumat (19/6/2020), seniwati Ni Putu Putri Suastini Koster, yang juga istri Gubernur Bali, menyebutkan, aktivitas seni juga terdampak pandemi Covid-19.
Kegiatan seni panggung, ujar Suastini Koster, juga tidak dapat dilakukan karena diberlakukannya pembatasan jarak dan pembatasan sosial sebagai upaya pencegahan penularan penyakit Covid-19. ”Namun, bukan berarti kreativitas seni akan ikut mati di tengah pandemi (Covid-19) ini,” kata Suastini yang juga penyair dan penggiat teater itu. ”Kreativitas harus terus berjalan, hanya saja aktivitasnya dilakukan dalam format berbeda,” ujar Suastini.
Selain digerakkan pemerintah, pentas secara daring juga dilangsungkan komunitas seniman di Bali. Misalnya, Navicula melalui pergelaran konser pada pertengahan Maret dan April silam. Grup band grunge asal Bali itu menggebrak dan menyapa penggemar mereka melalui dua pergelaran konser langsung secara daring lewat laman Youtube milik Navicula, yakni ”Corona Concert”.
Pergelaran konser daring pertama Navicula pada pertengahan Maret bertujuan mengedukasi masyarakat agar peduli dan mendukung imbauan pencegahan penyakit Covid-19. Melalui konser secara daring Navicula yang kedua pada April lalu, Navicula mengajak masyarakat peduli dan turut berpartisipasi dengan berdonasi untuk pembuatan alat pelindung diri (APD) berupa face shield atau pelindung wajah bagi para tenaga medis di Bali.
Dengan dukungan sejumlah sponsor, konser Navicula itu juga bertujuan menggalang dana untuk membuat face shield yang aman bagi para tenaga medis tersebut. Untuk pembuatan face shield itu, Navicula bekerja sama dengan Yayasan Kopernik.
Menjaga bisnis dan idealisme
Pendiri dan vokalis Navicula, I Gede Robi Supriyanto atau akrab disapa Robi Navicula, menyatakan, kreativitas itu juga menjaga bisnis dan sekaligus idealisme serta kegiatan sosial Navicula. ”Secara bisnis, kami mendapat sponsor dan band kami tetap dibayar dan dari sisi idealisme dan sosial, kami dapat berbagi melalui donasi,” ujar Rovi Navicula.
Sejumlah seniman di Bali tetap berkarya dan menghasilkan produk seni di tengah situasi pandemi Covid-19. Proses berkesenian dan hasil daya cipta seniman itu kemudian ditayangkan melalui akun media sosial masing-masing. Perupa asal Desa Sayan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, I Nyoman Sujana Kenyem, rajin menayangkan hasil kreativitasnya dan aktivitasnya berkarya melalui akun artkenyem di Instagram.
Lembaga kebudayaan Kompas Gramedia, Bentara Budaya, menghadirkan Teras Bentara, yakni program seni budaya secara daring sebagai ruang publik berinteraksi dengan seniman selama masa pandemi Covid-19. Sebelum Bentara Budaya Bali menghadirkan Ayu Laksmi pada program Teras Bentara edisi Rabu (20/5) dan Pande Wayan Suteja Neka pada Rabu (24/6), Bentara Budaya menampilkan penyanyi dan musisi Endah Laras pada Teras Bentara edisi Rabu (6/5), kemudian penyair Joko Pinurbo pada Rabu (13/5).
Sastrawan Bali Warih Wisatsana mengatakan, panggung virtual menjadi strategi kreatif baru yang perlu terus digali dan dieksplorasi sehingga menemukan bentuk dan memperkaya bentuk seni. ”Bagi pekerja kreatif, selain kenyataan senyatanya, juga ada realitas virtual, dunia rekaan. Ini sejalan dengan kesenian, ada realitas imajiner,” ujar Warih.
Situasi pandemi Covid-19 juga menjadi momentum bagi seniman untuk kembali ke rumah dan berproses cipta melalui perenungan diri.