Seorang tenaga pengajar Universitas Cenderawasih, Jayapura, Papua, berinovasi agar mahasiswanya bisa tetap mendapatkan materi kuliah di tengah ditutupnya kampus akibat pandemi Covid-19 ini.
Oleh
FABIO COSTA
·4 menit baca
Mendiang Arthur Ashe, legenda tenis asal Amerika Serikat pemilik lima gelar Grand Slam, pernah berkata: "Mulailah dari mana engkau berada. Gunakan apa yang engkau miliki saat ini. Lakukan apa yang engkau bisa."
Seperti mengamini kata-kata Ashe, tenaga pengajar di Universitas Cenderawasih Jayapura, Papua, berinovasi mengembangkan program "Kuat", singkatan dari Kuliah Asyik Tiga Menit melalui media sosial. Program ini membantu ratusan mahasiswa terus mendapatkan materi kuliah di tengah pandemi Covid-19 yang melanda dunia kini.
Udara di Kota Jayapura masih cukup dingin pada pukul 06.30 WIT, Jumat (15/5/2020). Sinar mentari perlahan menyinari seluruh wilayah ibu kota Provinsi Papua itu.
Biasanya, pengerjaan materi memakan waktu selama 60 menit.
Kurniawan Patma memulai aktivitas hari itu dengan dengan mengendarai sepeda motor dari rumahnya di Kampung Koya Barat, Distrik Muara Tami, menuju kampus Universitas Cenderawasih (Uncen) yang terletak di Distrik Heram, Kota Jayapura.
Pria berusia 28 tahun ini merupakan salah satu pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis kampus tersebut. Perjalanan dari rumah ke kampus, yang biasa disebut warga dengan singkatan Uncen ini, memakan waktu sekitar 40 menit.
Setibanya di kampus, Kurniawan langsung memasuki ruang kerjanya. Ia pun mengeluarkan laptop dari tasnya dan mengerjakan materi untuk program Kuat. Biasanya, pengerjaan materi membutuhkan waktu selama 60 menit.
Program Kuat ditujukan bagi 130 mahasiswa yang mengikuti empat kelas yang diasuh Kurniawan di Jayapura dan 46 peserta program kelas kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Waropen.
Ia mengerjakan materi dalam bentuk teks, grafis, musik instrumen, dan video pemaparan materi serta tutorial secara ringkas satu subtema mata kuliah. Seluruh materi dikompilasi menggunakan program editing video bernama Filmorago.
Setelah rampung, Kurniawan membagikan materi program Kuat melalui media sosial Whatsapp di grup khusus yang berisi mahasiswa peserta didiknya. Dalam sepekan, ia membagikan materi program Kuat sebanyak dua kali untuk mata kuliah Kewirausahaan, Komunikasi Bisnis, dan Aplikasi Komputer Akuntansi. Setiap materi disertai dengan tugas yang wajib diselesaikan mahasiswa.
"Mahasiswa di Kota Jayapura yang mendapatkan materi program Kuat berada pada jenjang semester dua, sedangkan mahasiswa di Waropen sudah mencapai semester IV," papar Kurniawan.
Kurniawan merintis program Kuat atau Kuliah Asyik Tiga Menit saat mulai diterapkannya kegiatan belajar dari rumah oleh pemerintah karena pandemi Covid-19. Hadirnya Kuat dilatarbelakangi kemampuan penguasaan teknologi mahasiswa anak didiknya, keterbatasan jaringan internet di Papua, dan lebih menghemat biaya daripada menggunakan aplikasi belajar daring yang lain.
Kini, ada rekan dosen Kurniawan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Cenderawasih yang juga mulai menggunakan program yang sama untuk anak didiknya. Dengan inovasi sederhana ini, aktivitas belajar mahasiswa dapat tetap berjalan di rumah.
Di teras sebuah kamar kos di daerah Waena, Distrik Heram, Kota Jayapura, Yusak Kipka bersama temannya, Yason Tibul, sedang belajar dengan serius. Mereka menyimak materi program Kuat di telepon seluler masing-masing pada Kamis itu.
Setelah memahami isi materi tersebut, kedua mahasiswa semester II Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Uncen ini langsung mengerjakan tugas dari dosen, yakni membuat ringkasan materi beserta dengan contohnya.
Yusak, yang berasal dari pedalaman Kabupaten Pegunungan Bintang, dan Yason dari Kabupaten Yahukimo, sangat senang bisa tetap mendapatkan materi kuliah walaupun hanya dari kos saja. Harapan mendapatkan gelar sarjana ekonomi di Uncen pun tetap terjaga.
Yason mengaku, Kuat sangat membantu dirinya yang tidak memiliki dana cukup untuk mengakses layanan internet. "Orang tua hanya petani di pedalaman Yahukimo. Saya hanya mampu mengeluarkan biaya untuk komunikasi dan internet sekitar Rp 50.000 per bulan," ungkap pemuda berusia 18 tahun ini.
Kondisi jaringan internet di Waropen belum memadai untuk aplikasi belajar daring seperti Google Classroom.
Adriana Wairara, mahasiswa semester II Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Uncen di Waropen, saat dihubungi, mengaku, materi dalam program Kuat padat, mudah dipahami, dan gampang diunduh melalui telepon seluler.
"Kondisi jaringan internet di Waropen belum memadai untuk aplikasi belajar daring seperti Google Classroom. Dengan Kuat, sangat membantu kami tetap mendapatkan materi kuliah setiap pekan," ungkap perempuan berusia 43 tahun ini.
Rektor Uncen Apolo Safanfo mengapresiasi upaya tenaga pengajar yang merintis hadirnya program Kuat. Hal ini dinilai sebagai salah satu upaya inovatif dari tenaga pengajar agar anak didiknya tetap mendapatkan materi kuliah di tengah larangan kuliah secara tatap muka.
Apalagi, tidak ada yang tahu kapan wabah Covid-19 ini selesai sehingga larangan kuliah secara tatap muka bisa diakhiri. Di Papua, berdasarkan data hingga Kamis (21/5/2020), sudah terdapat 538 kasus positif yang meliputi 394 orang dirawat, 134 orang sembuh, dan 10 orang meninggal.
"Kami berharap semua dosen bisa berinovasi dengan metode belajar secara daring yang bisa dijangkau para mahasiswa. Kegiatan perkuliahan tidak boleh berhenti demi masa depan anak-anak Papua," tutur Apolo.