Memahami Kehadiran ”Metaverse”
Visi soal ”metaverse” ternyata telah muncul sejak 1990-an. Tahun 2000-an barulah muncul berbagai elemen pembentuk ”metaverse”, seperti ”blockchain”, NFT, dan ”artificial intelligence”.

Halaman muka buku berjudul Mengerti Metaverse
Judul: Mengerti Metaverse
Penulis: Tommy Teja dan Reynaldi Francois
Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Tahun terbit: 2022
Jumlah halaman: xvi +184 halaman
ISBN: 978-623-003-448-0
Metaverse atau metasemesta ramai diperbincangkan sejak pemilik Facebook Mark Zuckerberg mengganti nama perusahaannya menjadi Meta. Zuckerberg menyatakan, perubahan ini akan fokus pada membangun dunia virtual yang baru dan terus menjadikan teknologi sebagai penghubung antarmanusia.
Zuckerberg memperjelas bahwa masa depan internet akan terletak pada metaverse. Setiap orang bisa tinggal, belajar, dan bekerja di dunia virtual tersebut. Ide ini dinilai cemerlang, tetapi rupanya nama metaverse telah lama beredar.
Istilah metaverse muncul pertama kali dalam novel karya Neal Stephenson bertajuk Snow Crash. Novel dengan genre fiksi ilmiah ini diterbitkan tahun 1992 oleh penerbit Bantam Books. Dalam buku ini, Stephenson menyebut metaverse merupakan struktur fiksi yang terbuat dari kode-kode. Kode tersebut hanya bisa dipahami oleh komputer. Internet dijadikan sebagai realitas virtual. Pengguna internet diwakili oleh avatar yang mampu berinteraksi dengan pengguna internet lain melalui perangkat lunak.
Snow Crash memiliki latar waktu di awal abad ke-21. Pada saat itu, kondisi ekonomi diceritakan kacau. Pemerintah sudah tidak lagi memiliki kekuatan, sementara itu perusahaan-perusahaan raksasa mengambil alih kekuatan dunia. Sang tokoh utama, Hiro Protagonist, yang berprofesi sebagai pengantar piza dan peretas (hacker), menjadikan metaverse sebagai pelarian. Ia menggunakan avatarnya sendiri untuk menjelajahi dunia virtual dan banyak menghabiskan waktunya di metaverse.
Dalam bukunya, Stephenson menyatakan bahwa Snow Crash merupakan buah dari kolaborasinya dengan Tony Sheeder. Awalnya mereka ingin menghadirkan novel grafis yang dihasilkan oleh komputer. Stephenson mengaku menemui banyak kesulitan dalam menulis novelnya ini. Namun, ia banyak mendapat masukan dan saran dari rekan-rekannya, seperti Chuck Verrill, Denise Stewart, dan Liz Darhansoff yang mengawal penulisan novel ini dari draft pertama.
Di Indonesia, Tommy Teja dan Reynaldi Francois mencoba menjelaskan secara detail soal metaverse dalam buku berjudul Mengerti Metaverse (PT Elex media Komputindo, 2022). Secara bahasa, metaverse dibagi menjadi dua, yaitu meta dalam bahasa Yunani yang berarti beyond atau melampaui, dan verse yang diambil dari universe, yang berarti semesta. Jika keduanya digabung, bisa diartikan sebagai ’melampaui alam semesta’.
Dari sisi praktis, metaverse merupakan suatu ide yang diangan-angankan untuk dapat terwujud di masa depan. Ada beberapa inti dasar dari metaverse, yakni berbentuk ruang 3D virtual, avatas, pengalaman kontak secara penuh, desentralisasi, dan interoperabilitas.
Melalui buku dengan 184 halaman, penulis berupaya menjelaskan segala hal soal metaverse, seperti manfaat dan sisi gelap metaverse, ekosistem metaverse seperti blockchain, NFT, artificial intelligence, web 3.0, aplikasi metaverse di kehidupan nyata, masa depan metaverse, maupun tips investasi metaverse.
Visi soal metaverse yang telah muncul sejak 1990-an, ternyata terwujud di tahun 2000-an. Ekosistem dari metaverse yang sedang dalam pembentukan, elemen-elemen penting di dalamnya telah muncul sejak awal tahun 2000-an. Hadirnya ekosistem metaverse ditandai dengan munculnya mata uang kripto pertama, bitcoin, dan teknologi terdesentralisasi bernama blockchain di tahun 2008. Sejak itu perkembangan elemen lain pun mulai muncul. NFT kemudian menjadi suatu hal yang sangat digemari. Belum lagi terciptanya VR dan AR yang sangat berperan membangun ekosistem metaverse.
Salah satu tujuan utama dari diciptakannya metaverse adalah untuk memperkuat hubungan antara manusia dan teknologi yang sudah ada, lewat pemanfaatan potensi teknologi secara penuh. Upaya ini bertujuan untuk membantu menyelesaikan masalah dan meningkatkan kualitas hidup manusia, bukan untuk menggeser kehidupan nyata yang memang selalu ada.
Saat ini, semua elemen dalam ekosistem metaverse sudah bisa dinikmati di kehidupan sehari-hari. Mulai dari dunia game online yang banyak memanfaatkan teknologi VR dan AR demi memberikan pengalaman penuh dalam bermain game. Investasi NFT dan mata uang kripto pun menjadi aset investasi yang banyak diminati oleh para investor. (Litbang Kompas/STI)