Menilik Jepang Dekade 1980-1990
Sebuah buku yang memuat kumpulan tulisan tentang kondisi Jepang pada periode 1980-1990. Banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik dari hasil studi Jepang tersebut.
Pasca-kekalahannya pada Perang Dunia II, Jepang menerapkan kebijakan luar negeri yang fokus pada perbaikan ekonomi. Kebijakan Shigeru Yoshida ini dikenal juga dengan nama Doktrin Yoshida. Semangat doktrin tersebut membawa Jepang akhirnya meraih masa keemasan ekonomi pada awal 1980-an. Jepang tumbuh menjadi negara industri yang berbasis teknologi.
Judul | Showa Pascaperang: Jepang Dekade 1980-1990 |
Penulis | I Ketut Surajaya |
Penerbit | Penerbit Buku Kompas |
Tahun Terbit | 2021 |
Jumlah halaman | xii + 260 halaman |
ISBN | 978-623-346-199-3 |

Halaman buku berjudul 'Showa Pascaperang: Jepang Dekade 1980-1990'
Namun, pencapaian Jepang sebagai negara industri berbasis teknologi membuat aktivitas ekonomi menjadi kurang terkontrol. Tingginya tingkat konsumsi mengakibatkan ”gelembung ekonomi” (bubble economy), yaitu kondisi perekonomian yang membesar karena meningkatnya harga aset berupa tanah dan saham.
Gambaran Jepang pada tahun 1980 itu merupakan salah satu fenomena yang ditangkap I Ketut Surajaya, Guru Besar (Emeritus) Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia dalam bukunya berjudul Showa Pascaperang: Jepang Dekade 1980-1990 (Penerbit Buku Kompas, 2021). Buku dengan 260 halaman ini merupakan kumpulan tulisan dirinya yang terbit di Harian Kompas sejak 1980 sampai 1990. Terdapat tiga pulih lima tulisan yang berisi pemikiran tentang bahasa, budaya, ekonomi, dan terutama politik.
Perhatian I Ketut Surajaya soal Jepang menuntunnya aktif menulis tentang isu-isu yang terjadi di Jepang. Misalnya situasi politik pada periode 1980-an, seperti pemilihan umum, skandal, dan perseteruan di dalam tubuh parpol yang sedang memuncak kala itu. Beliau juga menyoroti soal sisi terang dan gelap dari pesatnya pertumbuhan ekonomi Jepang yang dituangkan dalam beberapa tulisan seperti alih teknologi, kondisi pertanian, kepemimpinan, ODA (official development assistance) dan hak asasi, hingga hubungannya dengan negara tetangga. Hal lain yang diangkat buku ini adalah tema sosial dan budaya di antaranya seperti bagaimana orang Jepang memandang masyarakat Indonesia, diplomasi kebudayaan antara Indonesia dan Jepang, dan soal studi Jepang di Indonesia.
Tema lain pada periode 1980-1990 yang dinilai penulis masih relevan dengan kondisi sekarang ini, yaitu terkait militerisme, kekaisaran dan politik pada dekade tersebut. Di antaranya tentang bagaimana Amerika Serikat berupaya melepaskan Jepang dari kekuasaan militer pasca-Perang Dunia II ternyata berdampak hingga kini. Dampak terlihat khususnya dalam kedudukan Amerika Serikat dalam menghadapi konflik di kawasan Asia Timur, seperti Korea, Taiwan, dan Uni Soviet. Tema militerisme yang juga masih relevan terkait peningkatan kemampuan militer Jepang,
Kendati topik-topik yang diangkat hanya Jepang dalam satu dekade, tetapi isinya bisa menjadi bahan studi yang padat tema. Beberapa di antaranya upaya Jepang membangun industri berbasis teknologi, perubahan struktur kelas masyarakat yang terjadi, modernisasi tata kelola pemerintahan, dan dampak negatif dari industrialisasi dan modernisasi. (Litbang Kompas)