Idgitaf dan Perjalanan Menjadi Dewasa
Setelah sukses menarik perhatian dengan sejumlah ”single” debutannya, Jumat (21/1/2022), Igdgitaf merilis mini album perdananya, ”Semoga Sembuh”.
Langkah penyanyi muda Idgitaf (20) di dunia musik makin tak terbendung. Setelah sukses menarik perhatian dengan sejumlah single debutannya, Jumat (21/1/2022), Idgitaf merilis mini album perdananya, Semoga Sembuh. Ini adalah catatan personal Idgitaf tentang perjalanan menjadi dewasa yang tak melulu manis. Dituturkan secara telanjang, apa adanya.
Idgitaf yang bernama lengkap Brigita Meliala ini belum lama menjejakkan kaki di dunia musik Tanah Air. Berawal dari platform popular Tiktok dan Youtube, Gita, sapaannya, terus mencari cara untuk masuk ke dunia musik Tanah Air. Menjadi seorang penyanyi adalah impian Gita sejak lama.
Berbekal kemampuan menulis lagu dan bakat menyanyi, sejumlah single lahir dari tangannya. Tahun 2020 dengan ”Hal Indah Butuh Waktu untuk Datang #Solekmu” dan ”Terpikat Senyummu”, tahun 2021 dengan ”Berlagak Bahagia” dan ”Takut”.
Musik yang enak, lirik yang jujur dan ”dekat” dengan pengalaman banyak orang, dengan cepat merebut hati pendengar. Nama Idgitaf meroket dan segera menjadi salah satu penyanyi pendatang baru yang diperhitungkan di dunia musik Tanah Air.
Sebagai gambaran, video lagu ”Takut” yang dirilis pada Oktober 2021 di kanal Youtube, misalnya, sampai hari ini sudah ditonton lebih dari 12 juta kali. Layanan musik digital Spotify juga mencatat, selama lebih kurang satu tahun berada di dunia musik Tanah Air, Idgitaf memiliki pendengar 1,9 juta, dengan 9,5 juta streaming, tersebar di 131 negara. Jelas bukan angka main-main.
Laiknya etos yang tengah menyala-nyala, awal tahun 2022 menjadi momen bagi Idgitaf untuk mengokohkan posisinya di dunia musik. Gita merilis mini album Semoga Sembuh yang berisi lima lagu.
Selain ”Berlagak Bahagia” dan ”Takut” yang sudah dirilis tahun 2021, mini album ini juga memuat tiga lagu baru, yaitu ”Sekuat Sesakit”, ”Kasur Tidur”, dan ”Semoga Sembuh”. Dalam jumpa pers virtual pada Kamis (20/1/2022), Idgitaf mengungkapkan, ”Semoga Sembuh” adalah karya untuk menunjukkan siapa sosok Gita sesungguhnya.
Gita tampaknya berupaya melepaskan sosoknya dari label ”sekadar bermain-main belaka” di media sosial. ”Gita tuh enggak cuma cover doang. Enggak sebatas Tiktok, enggak sebatas cover di Youtube, tapi bisa ini. Ini mimpi aku dari lama dan aku menyukai proses ini, jadi aku berusaha untuk produktif dan konsisten bikin karya,” ujar peraih Tiktok Award ini.
”Semoga Sembuh” dirilis di platform digital di bawah label Idgitaf Music. Gita memang memilih memulai kariernya di jalur independen karena ingin berdiri di kaki sendiri.
Untul lirik, Gita menulis semua lagu-lagunya. Sementara musiknya, Gita banyak dibantu oleh Ezra Mandira, personel HIVI yang berperan sebagai produser dan arranger. Bersama Ezra, Gita merasa pas karena tak dipaksa menjadi orang lain. Musik diperlakukan sesuai dengan kebutuhan lagu.
”Jujur, ini aku. Enggak keluar dari idealisme aku. Secara karya, aku optimistis karena enggak harus ngikutin pasar. Aku yakin, kita yang membentuk pasar kita sendiri. Eggak semua lagu yang hits itu lagu cinta. Seperti ’Takut’, itu bukan lagu cinta. Dan ini adalah hal yang baik,” kata Gita.
Secara garis besar, Semoga Sembuh adalah rangkaian kisah personal Gita. Ada momen besar dalam hidupnya yang membuat Gita terpuruk. ”Semoga Sembuh ini adalah perjalanan di mana aku menghadapi rasa sedih aku,” ujar Gita.
”Berlagak Bahagia” berkisah tentang Gita yang harus berpura-pura menjadi palsu di depan orang lain. Dia marah karena semua orang seakan-akan tidak memahami perasaannya. ”Jadi aku berlagak bahagia. Aku menutup diri,” ujarnya.
Emosinya itu tertuang dalam lirik-lirik yang lugas, mudah dicerna, seperti ini: Semaraknya sirna/Kelam malam melukis parasnya/Sampai tangisnya pun habis/Rasanya pun mati/Hingga ragu-ragu eksistensi.
Meski sebenarnya muram, dibungkus dalam ramuan musik yang up beat. Tak terasa sendu, justru segar. Bila diperhatikan, pola dan penggarapan lagunya mirip dengan lagu milik Tulus berjudul ”Diorama”.
Di ”Sekuat Sesakit”, Gita melihat bahwa rasa sakit bukan monopoli miliknya. Orang lain rupanya bisa juga punya kisah yang sama-sama menyakitkan.
”Intinya aku mulai melihat kalau ternyata enggak cuma aku yang begini. Walaupun kisah kita menyakitkan untuk kita, di luar sana juga ada yang mengalami hal yang sama. Mungkin rasa sakitnya beda, tapi itu sama-sama orang yang sakit. Jadi, aku udah mulai membuka diri kepada orang sekitar aku,” ujar Gita.
Liriknya, lagi-lagi, lugas. Ditulis dengan pilihan kata yang baik, juga indah, tetapi tak banyak bunga-bunga.
”Mengapa senyummu terus merekah?””Bukankah bebanmu begitu berat?”/”Bila ku di posisimu ku tak akan bisa”/ Ku tersenyum dan menjawab/”Kau tak sekuat sesakit aku.”. Lagu ini hanya dibawakan dengan iringan gitar, mempertontonkan kemampuan vokal Gita dan cara bernyanyinya yang khas.
Kekuatan lirik
Lirik tampaknya memang menjadi kekuatan utama di lagu-lagu Gita. Bukan berarti menomorduakan musik, tetapi Gita tampaknya adalah satu dari sekian banyak penyanyi baru Tanah Air yang dalam beberapa tahun belakangan ini mulai serius memperhatikan lirik.
Lirik-lirik itulah yang kemudian menjadi peluru saat dirangkum dalam sebuah lagu. Bila racikannya tepat mengenai sasaran, lagu itu akan dengan mudah dikenal, lalu berkumandang di mana-mana.
Di luar itu, kini semakin banyak penyanyi yang mulai tak semata mengejar popularitas. Lebih jauh lagi, ada peran yang ingin diambil oleh sosok-sosok penyanyi baru ini. Gita adalah salah satunya, seperti diungkapkan Gita dalam wawancara pada Sabtu (11/12/2021) seusai tampil di acara Inagurasi Magangers Kompas Muda Batch XII.
Tentang lirik-liriknya yang lugas, to the point itu, Gita sejak kecil memang terbiasa untuk jujur mengungkapkan apa yang dia rasakan. Hal itu dikatakannya sangat membantunya saat menulis lagu.
”Aku enggak merasa itu (jujur mengutarakan apa yang dirasakan) sebagai sesuatu yang aneh. Ini perasaan apa ya. Ya aku rasain,” kata Gita yang di usia 6 tahun sudah ikut kursus vokal walaupun hanya sebentar.
Gita yang lahir pada 15 Mei 2001, selain hobi menulis sajak sejak duduk di bangku SMA, sejak kecil juga sudah terpapar lirik-lirik lagu milik penyanyi Ebiet G Ade. Beranjak dewasa, Gita sangat terinspirasi oleh sosok Tulus. Ebiet dan Tulus, dua-duanya, adalah penyanyi yang lirik-lirik lagunya ditulis dengan indah, dengan pesan yang kuat.
”Tulus menurut aku membawa sesuatu yang berbeda di musik Indonesia. Lirik dan musiknya ’aneh’, tapi berhasil membawa warna yang berbeda. Aku banyak berkaca dari penulisan lirik dia,” kata Gita.
Simak lirik yang kuat di lagu ”Takut”.
Takut tambah dewasa/Takut aku kecewa/ Takut tak seindah yang aku kira/ Takut tak sekuat yang kukira/Aku tetap bernafas/ Meski sering tercekat/Aku tetap bernafas/Meski aku tak merasa bebas.
”Takut” ditulis oleh Gita hanya dalam waktu 2 jam.
Melanjutkan ”Berlagak Bahagia” dan ”Sekuat Sesakit”, ”Takut” adalah penguatan Gita untuk dirinya sendiri. ”Iya memang sakit, tapi kita jalan aja bareng-bareng. Kita bisa walaupun agak ngos-ngosan,” ucapnya tentang lagu yang berkisah tentang perasaan takut yang menghinggapi di usianya yang mulai beranjak dewasa.
Baca juga : Keseruan ”Utsawa Veda” di Ruang Virtual
Di ”Kasur Tidur”, Gita meminta pertolongan Tuhan yang dia ibaratkan sebuah kasur tidur. Dalam situasi apa pun, kasur tidur tak pernah pergi. Seperti halnya Tuhan. Selalu ada, tak pernah pergi.
”Kasur tidur itu tempat aku pulang, tempat aku doa, tempat aku merasa nyaman, merasa dipeluk, saksi doa aku. Semua di tempat tidur. Sejauh kita berlari, kita selalu ke tempat tidur karena kita butuh Istirahat. Di situ Tuhan menurut aku,” kata Gita.
Di ”Semoga Sembuh”, Gita mulai berdamai dengan diri sendiri sekaligus mengajak orang lain juga untuk sembuh bareng-bareng. Simak penggalan liriknya.
Mungkin kau tak bisa kembali seperti dahulu/Setidaknya luka badan, jiwa ‘tak kan lagi melepuh /Obatmu mungkin bukan aku/Dan semoga hadirku tak perkeruh/ Satu hanya doaku kau semoga sembuh.
Tak muluk-muluk, melalui Semoga Sembuh, Gita berharap pendengar tak menganggapnya sebagai sosok yang jauh. Tapi sosok yang dekat seperti tetangga sebelah rumah.
”Aku pengin orang liat aku enggak beda sama dia sama temen-temen-nya. Aku pengin kayak orang yang bijak, sekali ngomong lha iya ya, hanya dengan lagu. Jadi, laguku sebagai dialog, enggak perlu banyak bicara, tapi bikin orang tertohok kayak omongan tetangga,” harap Gita. Semoga tertohok.