Pemilu pertama Orde Baru digelar. Golkar menang mutlak mengantongi 62,8 persen suara. Pemilu 1971 menjadi awal kejayaan Golkar sebagai mesin politik Orba, mengukuhkan posisi Soeharto sebagai Presiden hingga 32 tahun.
Oleh
Kompas
·3 menit baca
KOMPAS/PAT HENDRANTO
Warga antre memberikan suaranya di TPS 5, Kelurahan Kwitang, Jakarta saat Pemilu 1971, Sabtu (3/7/1971). Kompas/pat hendranto
*Artikel berikut ini pernah terbit di Harian Kompas edisi Senin, 5 Juli 1971. Kami terbitkan kembali dalam rubrik Arsip Kompas.id mendampingi perilisan Narasi Fakta Terkurasi, aset NFT perdana Harian Kompas.
Djakarta, 4 Djuli (Kompas) -- Berdasarkan perhitungan suara sampai hari Minggu, maka Golkar dipastikan akan menang. Di Kodya Djokdjakarta, Golkar mendapatkan lebih dari 60 persen, Surabaja 50 persen, Semarang 50 persen, Salatiga 60 persen, Sulawesi Selatan 75 persen, Djawa Barat 60 persen, Sulawesi Tenggara beberapa desa bahkan 100 persen, demikian pula Sulawesi Tengah.
Sumatera Utara 60 persen, Kalimantan Barat sedikitnja 80 persen. Di Kodya Semarang Golkar mendapat 167.728 suara (sekitar 60 persen) sedang PNI mendapatkan 47.276 suara, NU 40.468 sedang Partai Katolik menduduki tempat keempat dengan 12.717 suara.
Di Kodya Solo Golkar mendapatkan 103.155 suara, PNI mendapat 38.448 suara dan Partai Muslimin mendapatkan 18.129 suara. Di Djakarta, Golkar djuga menduduki tempat teratas.
Sementara itu Majdjen Ali Murtopo mengatakan: “Golongan Karja menangnja nggak tanggung-tanggung”. Ali Murtopo memberikan komentarnja itu hari Minggu digedung Bapilu Sekber Golkar Pusat sesaat setelah melihat angka2 hasil Pemilu jang menundjukkan kemenangan Golkar.
ARSIP KOMPAS
Pemilu pertama di era Orde Baru digelar. Golkar menang mutlak mengantongi 62,8 persen suara. Pemilu 1971 menjadi awal kejayaan Golkar sebagai mesin politik Orde Baru yang mengukuhkan posisi Soeharto sebagai Presiden hingga 32 tahun, sampai akhirnya rezim itu berhasil digulingkan pada 1998. Berita terbit di Harian Kompas edisi 5 Juli 1971.
Djendral berbintang dua jang mengenakan pakaian berwarna tjoklat dan katja mata hitam itu, dengan tersenjum menambahkan: “Saja sudah bilang pada partai2 tempo hari, it is too early to make a general election here because of the condition and economic situation. (Terlalu pagi untuk mengadakan pemilu, karena kondisi dan keadaan ekonomi). Tapi mereka memaksa, ja kita adakan. Hasilnja Golkar menangnja nggak tanggung2.
Apa sebab Golkar menang? Karena kampanje Golkar setjara psychologis kena pada rakjat dan program pembangunan jang djelas dan njata. Ini berarti bahwa stabilitas dan pembangunan akan terus berdjalan.”
Kekalahan partai antara lain disebabkan karena overacting dengan tuduhan2 militerisme dan diktatur. Ini terus diulang2. Hingga rakjat achirnja muak djuga. Ini sesuai dengan hukum maksimum manusia. Misalnja kalau orang biasa minum dua gelas air, dia hanja sanggup minum sekian banjak, sekalipun dia haus. Kalau diberikan empat gelas air, dia akan muntah.
Kalau dulu kita dituduh diktator, sekarang bisa kita balik. Ajo kiuta adakan Pemilihan umum lagi tahun depan. Bisa, ‘kan, kalau sekarang kita mau kembalikan tuduhan itu?!”
NU kedua, PNI ketiga
Ditanja mengenai pemenang kedua dan ketiga, Ali Murtopo mendjawab: “Kemenangan Golkar nggak tanggung2, NU akan menduduki tempat kedua, tetapi bedanja PNI dnegan Golkar sebagai pemenang pertama djauh sekali. Tempat ketiga akan diduduki PNI jg bedanja ketjil sekali dengan NU, hingga kedua partai itu akan berhimpitan”.
KOMPAS/PAT HENDRANTO
Presiden Soeharto dan Ibu Tien menuju tempat pemungutan suara pada Pemilu 1971, 5 Juli 1971. Kompas/Pat Hendranto (PH)
“Mengapa Golkar bisa mendapatkan suara terbanjak di basis PNI?,” tanja Kompas. Didjawab: “Karena PNI menggunakan nama Bung Karno untuk kampanje, apalagi setelah Guntur djuga ikut dalam kampanje. Disini djatuhnja PNI.
Ditanja mengenai sikap Golkar terhadap partai2 jang kalah dalam Pemilu, dengan senjum gurau Ali Murtopo mendjawab: “ja, kita mau tolong mereka. Tetapi undang2nja untuk itu tidak ada. Kita mau bekerdja atas dasar Undang2 sadja”.
Menurut Ali Murtopo, achir tahun ini ia akan mengadakan kampanje pembangunan kedaerah2 diseluruh Indonesia.
Ketua Umum Sekber Golkar S. Sokowati jang ditanja Kompas mengenai sikap Golkar terhadap partai2 jang kalah hanja mendjawab singkat: “Biasa sadja”.