Gerhana Paling Indah yang Pernah Disaksikan Para Ahli (Arsip Kompas)
Indonesia mengalami gerhana matahari total pada 1983. Meski astronom dari luar mengagumi keindahan fenomena itu, warga diliputi ketegangan karena pemerintah melarang warga keluar rumah dan menyaksikannya secara langsung.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F11%2F24%2Fffccfa6c-be18-4b4c-b0e1-a94e56267b22_jpg.jpg)
Gerhana matahari total yang teramati dari kawasan Candi Borobudur, Jawa Tengah, 11 Juni 1983. Peristiwa gerhana matahari total selalu menarik minat ahli astronomi untuk meneliti dari berbagai aspek.
*Artikel berikut ini pernah terbit di Harian Kompas edisi Minggu, 12 Juni 1983. Kami terbitkan kembali dalam rubrik Arsip Kompas.id mendampingi perilisan Narasi Fakta Terkurasi, aset NFT perdana Harian Kompas.
Surabaya, Kompas -- Luar biasa cuaca pada Sabtu pagi 11 Juni kemarin. Jauh berbeda dengan mendung tebal yang menggantung berat di seluruh lintasan gerhana di Pulau Jawa, dan hujan badai yang mengamuk di Tanjung Kodok sehari sebelumnya.
Luar biasa pemandangan yang disuguhkan oleh matahari ketika bulan menutupi seluruh piringannya yang menyilaukan, sehingga seluruh alam diliputi keremangan yang sulit digambarkan dengan kata-kata.
Kesempatan yang diberikan oleh langit Sabtu pagi itu sungguh di luar dugaan. Sehingga peristiwa alam menakjubkan itu dapat disaksikan hampir di semua tempat yang dilintasi bayangan gerhana.
Baca juga: Warga Antusias Nikmati Gerhana untuk Tepis MItos
Jumat sehari sebelumnya langit dan semua wajah cemberut. Tetapi Sabtu pagi itu semua cerah, dan suasana itu tergambar jelas pada wajah seribu astronom di Tanjung Kodok yang tak habis-habis membanjirkan kata pujian.
Menakjubkan, kata wajah-wajah cerah itu. Luar biasa, kata tim India. Gerhana paling indah dari semua yang pernah saya saksikan, kata Dr Morris Aizenman, koordinator tim astronom AS.
Kata-kata itu bukan sekedar mengenakkan telinga Indonesia. Dia sudah dua belas kali menyaksikan, berburu ke segenap penjuru dunia. Tanjung Kodok adalah puncak.

Berita gerhana matahari total berjudul "Gerhana Paling Indah yang Pernah Disaksikan Para Ahli" yang terbit di Harian Kompas, 12 Juni 1983.
Berhasil total
Tanjung Kodok memang meluap dengan semuanya. Pada hari Sabtu kemarin, tempat di pantai utara Jawa Timur itu meluap dengan astronom yang datang dari segala penjuru dunia, meluap dengan kegiatan, emosi dan pujian.
Di seluruh Indonesia, hanya di Tanjung Kodok orang bebas dibiarkan memandangi matahari sepuas-puasnya, meskipun konsentrasi petugas mungkin lebih besar dibandingkan dengan tempat lain mana pun.
“Fantastik, menakjubkan dan sangat mengesankan,” begitu pernyataan Dr Morris Aizenmann, yang tak putus-putus mengeluarkan kata-kata seperti itu. Dia menyatakan semuanya itu didampingi oleh Dubes AS, John Holdridge.
“Kami memperoleh data sangat bagus dan sangat berharga,” kata Aizenman yang melukiskan hasil kerja regunya dengan kata-kata superlatif “Absolutely totally successful”, mutlak berhasil total!
Ia bersama 33 orang ahli matahari dan ahli cuaca Amerika segera merayakan sukses dengan pesta bir di kemah darurat. Banjir pujian juga datang dari tim Italia, Jepang, India, Kanada, Jerman Barat, Belgia, Irlandia Utara dan dari Indonesia sendiri.
“Kini Anda setuju bukan, gerhana matahari total adalah peristiwa alam paling mengesankan, dan tak akan terlupakan seumur hidup,” kata Bharat Adur dari India kepada Kompas.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F11%2F23%2Fd35394d7-8fa9-4e98-b3c8-ea7df7e88c62_jpg.jpg)
Prosesi gerhana matahari total dari Maba, Halmahera Timur, Rabu (9/3).
Dia ikut mengamati gerhana matahari India tahun 1980. “Tetapi waktu itu kami hanya mengalami totalitas dua setengah menit.
Sekaranglah kami mendapatkan obat atas rasa kurang puas yang kami alami tiga tahun lalu,” kata Bharat Adur. Ucapan serupa juga keluar dari Prof. Yoshida dari Universitas Tohoku Jepang dan Bruck Hardie dari Armagh Planetarium Irlandia Utara. Sekitar seribu astronom berkumpul di Tanjung kodok Sabtu pagi itu. Banyak dari mereka berdatangan sejak Jumat lewat tengah malam sampai sabtu pagi hari.
Awan cirro-stratus
Sejak fajar, langit di Surabaya dan sekitarnya sudah memberikan kejutan karena berbeda dengan tiga hari sebelumnya. Begitu pula keadaan di Tanjung Kodok, suatu tempat yang bisa dicapai hanya melalui pagar betis petugas keamanan, walaupun 71 kilometer jalan antara Surabaya-tanjung Kodok lengang.
Baca juga: Gerhana Bulan Total Terlama di Abad Ke-21
Awan cirro-stratus datang pergi dari timur ke barat melintasi kubah langit, tetapi tidak digubris oleh astronom segala bangsa yang hanya punya satu pikiran saja sejak pagi itu. Berhasil mengamati gerhana, atau tidak sama sekali. Peralatan mereka yang serba berat tidak memungkinkan mereka seenaknya pun ada suatu tempat lain yang lebih bagus.
Orang terlihat begitu banyak di pantai berbatu-batu di situ. Sehingga Tanjung Kodok mirip festival meriah di pinggir pantai. Banyak wanita dan pria kulit putih hanya memakai bikini atau celana renang saja. Tetapi lebih banyak lagi orang yang terlihat hanya duduk, berdiri atau berbincang-bincang di sekeliling peralatannya. Begitu banyak ragam barang mereka, sehingga seluruh tempat itu mirip dengan pameran alat serba mahal.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F11%2F23%2Fde45ae9d-51f9-4ea9-bebf-d98eea1287cf_jpeg.jpg)
Warga mengenakan payung untuk mengindari terik matahari saat hadir dalam pembukaan Festival Gerhana Matahari Total di Desa Pakuli Utara, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Minggu (6/3). Beragam aktivitas seni budaya diselenggarakan untuk menyambut gerhana matahari total, Rabu 9 Maret mendatang.
Beberapa astronom juga terlihat menyiapkan teleskop mereka dari berbagai ukuran. Ada yang menyiagakan tang dan obeng, ada pula yang sibuk memencet-mencet kalkulator untuk membuat lebih akurat waktu pengamatan.
Seorang penyiar wanita RRI Surabaya tampa tengah mewawancarai astronom Jepang. Sedang di pusat siaran TVRI, Yon Hardoyono sibuk memberikan penjelasan kepada Menteri KPLH emil Salim.
Suhu dan angin
Ketika sebagian matahari mulai tertutup bulan, belum banyak perubahan tampak. Tetapi suhu udara yang semula sudah hampir mencapai 33 derajat Celcius mulai menurun, dan angin bertiup makin keras.
Pukul 11.20 di sebelah timur matahari tampak sebuah benda langit cemerlang. Itulah planet Venus, yang segera disusul oleh planet Mars yang tampak kemerahan.
Ketika matahari sudah tertutup total oleh bulan, planet Merkurius juga tampak jelas. Dalam keadaan biasa, planet ini sangat sulit dilihat dengan mata telanjang.
Bintang-bintang terang yang diharapkan tampak pada saat itu seperti Betelgeuse dan Rigel di Orion. Aldebaran di Taurus dan Capella di Auriga tidak tampak, karena terlalu banyak awan cirro-stratus.

Seorang warga melihat fenomena gerhana matahari sebagian menggunakan kacamata gerhana di Masjid Agung At-Taqwa Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis (26/12/2019). Di Balikpapan, gerhana matahari hanya terlihat 84 persen.
Waktu itu, semua orang menengadahkan muka ke langit. Semua sepakat, pemandangan paling indah tampak sesaat dan sebelum totalitas berlangsung.
Tetapi tak seorang pun mampu melukiskan remang-remang langit yang mencapai puncak gelap ketika wajah matahari menjadi gelap berlingkar mahkota kemilau tipis.
Paling menonjol
Sebagian besar astronom yang memadati pantai Tanjung Kodok adalah pengamat berpengalaman. Tetapi grup AS tampak paling menonjol, di bawah pimpinan koordinator Aizenman, seorang masih muda tetapi pemburu gerhana kawakan.
Dengan menggunakan dua arloji sangat akurat, Aizenman menjadi seperti sutradara gerhana di Tanjung Kodok. Lewat wireless Microphone yang membantu gema suaranya, dia melakukan count down, sejak 10 menit sebelum totalitas.
Sebelum Aizenman menggemakan count down, astronom-astronom AS tenang-tenang saja. Begitu Aizenman menggemakan “coming up ten minutes…!”, semua orang menjadi hidup.
“Sixty, fifty seconds, ten, nine…”. Begitu detik Aizenman berakhir, semua instrumen pengamat tim AS mulai bekerja secara otomatis. Sebagian juga digerakkan oleh wireless remote control. Tepat pada saat itulah seluruh bulatan matahari menjadi gelap total, ditutupi bulan.
Tim AS melakukan sembilan pengamatan. Antara lain, kelompok Observatorium Sacramento Peak meneliti sifat-sifat korona. Tim Universitas Iowa menyelidiki debu surya di bidang ekliptika (lintasan bumi keliling matahari). Tim Universitas Hawaii mengamati prominensa matahari, mereka juga mengukur garis tengah matahari, hal yang juga dilakukan oleh Dr A. Fiala yang melakukan kegiatan di batas selatan totalitas.

Antusiasme warga menggunakan kacamata gerhana saat melihat gerhana matahari cincin yang teramati di Lapangan Bunsur, Sungai Apit, Kabupaten Siak, Riau, Kamis (26/12/2019). Fenomena gerhana matahari cincin ini disambut antusias masyarakat setempat dan juga berbagai pendatang dari berbagai kota di Indonesia. Sepanjang tahun 2019, gerhana ini merupakan gerhana kedua yang bisa diamati di wilayah Indonesia setelah gerhana bulan sebagian 17 Juli 2019.
Tim India dibawah pimpinan Prof K.R Sivaraman dari Institut Astrofisika Bengalore dan Laboratorium Riset Fisika Ahmedabat berusaha secara tepat mengukur suhu, kecepatan ion dan kecemerlangan di korona. Tim dari Jerman Barat dan Irlandia Utara memusatkan perhatian pada pembuatan film untuk disiar ke negeri mereka masing-masing.
Drs Suryadi dari Badan Meteorologi dan Geofisika melakukan penelitian terhadap radiasi matahari lapisan atas atmosfir, gempa, gravitasi dan kemagnetan bumi.
Baca juga: Cincin Api di Langit Kalimantan dan Sumatera
Menurut catatannya pada pukul 10.34 terjadi gempa di sekitar Tanjung Kodok dengan kekuatan antara 3 dan 4 pada skala Richter. Episenter terletak 250 kilometer dari Tanjung Kodok, di daerah yang belum dipastikan.
Catatan suhu terendah di Tanjung Kodok 27,9 derajat Celcius, dari hampir 35 derajat sebelumnya. Tetapi di puncak Gunung Penanjakan di daerah Bromo, termometer Kompas mencatat suhu turun sampai 12 derajat, dari 25 derajat Celcius sebelum totalitas. Delapan orang turis dari Swiss, Jerman Barat dan Filipina yang ada di situ pada waktu itu juga mulai kedinginan.

Fase gerhana matahari total di Kota Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (9/3/2016).
Laporan mengenai penurunan suhu juga datang dari segala tempat yang diamati oleh wartawan dan koresponden Kompas dari berbagai daerah.
Lintasan gerhana
Begitu juga semua melaporkan, daerah-daerah yang biasanya penuh keramaian menjadi sepi. Pasar dan toko-toko tutup, banyak orang sembunyi di dalam rumah mengikuti siaran TV, dan penjagaan oleh petugas di mana-mana sangat ketat.
Laporan-laporan itu secara lengkap adalah sebagai berikut:
Pangandaran
Pangandaran adalah pantai Pulau Jawa yang pertama kali tersentuh oleh lintas gerhana total, pada pukul 11.21.10 menit mendahului lintas paling timur Jawa, di Surabaya.
Cuaca sendiri tidak terlalu bagus di Pangandaran karena gumpalan awan comulus. Tetapi ternyata awan-awan itu tidak menghalangi orang yang ingin menyaksikan berlangsungnya peristiwa ini. Suhu turun dari 32,2 derajat Celcius menjadi 28,1 pada puncak totalitas. Yang agak menarik adalah laut di pantai pasang besar.
Penduduk setempat banyak mengunci diri dalam rumah bersama anak-anak mereka, sementara orang yang datang dari luar banyak mengamati langsung dan mengambil foto di luar. Larangan oleh petugas sangat ketat. Perahu-perahu nelayan pun dilarang keluar.
Mesjid dan langgar tampak penuh orang melakukan salat gerhana. Enam laki-laki tampak duduk bersila di pantai, melakukan upacara kepercayaan mereka. Mereka itu orang luar daerah.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2021%2F11%2F23%2Ff539a778-b15f-4f5e-811f-ce36f7149652_jpg.jpg)
Prosesi gerhana matahari total dari Maba, Halmahera Timur, Rabu (9/3).
Seluruhnya ada 1.130 orang turis domestik, 28 turis asing dan 103 mahasiswa yang khusus mendatangi Pangandaran untuk ikut melihat gerhana. Padahal sebenarnya tempat itu mempersiapkan diri untuk menerima 20.000 orang, sehingga banyak hotel dan penginapan kosong.
Binatang-binatang liar di suaka margasatwa Pangandaran rupanya bereaksi terhadap gerhana dengan mempersiapkan diri seakan-akan hari menjelang sore.
Kota Bandung pada hari itu juga sepi. Pasar dan toko tutup, pegawai banyak tidak masuk kantor, dan yang masuk banyak berkumpul di depan pesawat televisi untuk mengikuti siaran gerhana. Bandung tidak dilintasi gerhana total. Suasana tampak seperti menjelang magrib.
Cilacap
Di Cilacap dan sekitarnya cuaca cerah, langit cuma dihias awan-awan tipis tinggi. Sama dengan tempat lain, toko dan pasar tutup. Pantai juga sepi karena Pemda melarang nelayan melaut. Kawasan industri Cilacap lengang karena semua buruh berbagai pabrik diliburkan.
Kota yang sebenarnya mempersiapkan diri untuk menerima sekitar 250 wisatawan asing, ternyata hanya kedatangan sekitar 70 orang. Salah seorang dari mereka adalah Dubes Hongaria. Mereka mengambil tempat di Teluk Penyu.
Begitu ketat larangan orang luar menyaksikan gerhana dan begitu patuh orang-orang menaati, sehingga seorang petugas yang terpesona oleh gerhana terbawa oleh emosi. Dia menangis terhisak-hisak sambil mengatakan: “Mengapa cuaca secerah ini dan penampakan matahari seindah ini, dilarang untuk ditonton. Saya sungguh tak mengerti, mengapa harus dilarang”.
/https%3A%2F%2Fasset.kgnewsroom.com%2Fphoto%2Fpre%2F2017%2F08%2F07%2F6e4e2f58-723f-43de-a751-fffc49e74ea3_jpg.jpg)
Observatorium Boscha, Lembang, Jawa Barat, Selasa (9/2/2016). Meski pulau Jawa tidak mengalami gerhana matahari total bulan Maret mendatang, Observatorium Bosca membuka kunjungan masyarakat untuk menyaksikan bersama siaran video streaming dari beberapa daerah antara lain, Sulawesi Tengah dan Kalimantan.
Borobudur
Candi Borobudur merupakan salah satu tempat yang tepat dilintasi oleh garis sentral totalitas. Karena itu mengharapkan kedatangan sekitar 400 orang. Tetapi yang datang ternyata hanya sekitar 40 orang; sebagian adalah pengamat amatir Jepang yang berkumpul di Bukit Dagi. Tim Jepang dari Institut Teknologi Tokyo yang dipimpin oleh Prof Hiseo Yamada sudah mempersiapkan perekaman gerhana selama setahun.
Cuaca di sekitar candi juga cerah sehingga pengamatan tidak terganggu. Yamada berkomentar: “Sungguh hebat. Negeri Anda beruntung. Saya melongo, tak saya sangka saya bisa menatap matahari secara langsung”.
Puncak gerhana ditandai dengan kesunyian di sekitar candi. Tetapi tiba-tiba ada lengkingan memecah kesunyian dari stupa puncak Borobudur, diteriakkan oleh seorang penganut aliran kepercayaan, menyebutkan kebesaran nama Tuhan.
Di puncak Borobudur juga berdiri menteri Roesmin Noerjadin, dan di tempat lain arkeolog Prancis Du Marcay. Dari puncak Borobudur pemandangan sangat mengesankan. Alam gelap, planet-planet muncul, dan di kejauhan puncak Merapi tetap tampak jelas, mengepulkan asap. Suhu di sekitar Borobudur turun dari 29 derajat menjadi 23 derajat.
Yogyakarta
Cuaca di Yogyakarta juga cerah hanya berawan tipis, sehingga gerhana dapat diamati jelas. Kota itu menjadi mati, jalan sepi, toko tutup pasar sunyi orang. Juga terminal bis kosong, lampu jalan dinyalakan.
Tiga puluh tujuh orang pengamat dari Jepang rupanya mengungsi dari Cepu, dan mengambil tempat di Alun-alun Kidul, dikawal ketat oleh petugas.

Warga mengamati fenomena gerhana matahari cincin dengan teleskop di kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Kamis (26/12/2019). Sejumlah komunitas pemerhati astronomi menyediakan teleskop untuk pengamatan umum oleh masyarakat.
Di beberapa tempat ada sementara kelompok pemuda membunyikan tabuhan berupa kentongan, kempul, gendang dan sebagainya selama gerhana. Sekitar 15 anggota Teater Alam dipimpin Azwar A.N. berkeliling kota berjalan kaki, sambil menabuhi bedug kecil, kempul, dan kecrek.
Kunjungan wisatawan asing yang nampak melimpah adalah di Parangtritis, pantai selatan Yogyakarta. Rupanya orang mengambil untung dari situ. Penyeberangan dengan rakit di Kali Opak yang biasanya hanya Rp 50 per hari itu dinaikkan menjadi Rp 1.000. Pengunjung banyak bersungut-sungut, tetapi mereka membayar juga.
Pada waktu totalitas berlangsung, puluhan wisatawan asing merayakannya dengan saling berciuman dan mengucapkan selamat.
Baca juga: Rekaman Gerhana dalam Prasasti dan Candi Nusantara
Di daerah Gunung Kidul seruan petugas tak berhenti-hentinya, menyuruh penduduk tidak ke luar rumah. Delapan puluh dua pasar di seputar daerah itu yang seharusnya sibuk, karena tepat hari pasaran (pon), semuanya tutup.
Di sebuah desa, TV umum dimasukkan ke dalam kantor. Tetapi yang menonton di sana hanya pegawai kelurahan, hansip dan petugas lain. Meskipun kebanyakan penduduk tidak memiliki TV, mereka tidak mau ke luar rumah menonton TV di kelurahan. Juga yang punya radio tidak menyetel pesawat mereka.
Semarang
Kota ini juga menjadi kota mati, tetap bising dengan kentongan, sirene dan pukulan tiang-listrik. Semua jalan lengang. Kantor swasta kebanyakan tutup, tetapi kantor pemerintah berjalan biasa. Begitu juga sepanjan jalan Semarang-Salatiga yang biasanya sehari-hari macet, Sabtu kemarin sangat lengang. Dari pagi sampai tengah hari hanya belasan kendaraan lewat. Suasana mirip perang, lapor koresponden Kompas yang mengamati daerah sekitar Bawen. Bukanya hanya penduduk sembunyi di balik pintu terkunci, tetapi jendela pun ditutup dengan kain atau kertas koran.

Sejumlah warga mengikuti salat gerhana berjamaah saat gerhana matahari cincin di Lapangan Bunsur, Sungai Apit, Kabupaten Siak, Riau, Kamis (26/12/2019). Fenomena gerhana matahari cincin ini disambut antusias masyarakat setempat dan juga berbagai pendatang dari berbagai kota di Indonesia. Sepanjang tahun 2019, gerhana ini merupakan gerhana kedua yang bisa diamati di wilayah Indonesia setelah gerhana bulan sebagian 17 Juli 2019.
Ketika kegelapan menjadi total, anak-anak muda yang semula nekad berhamburan ke jalan. Mereka segera disusul oleh orang-orang lebih tua. Dengan mata telanjang mereka memandangi sinar yang membentuk cincin matahari itu dengan bebasnya. Sejak saat itu, kekangan tak ada lagi, orang-orang lalu-lalang di jalan dan anak-anak juga berjalan di luar.
Solo
Jalan di kota ini juga sunyi senyap. Kendaraan bisa dihitung dengan jari. Kereta api tak mengubah jadwal. Tetapi bis umum yang biasanya sudah sekitar 200 yang keluar sebelum tengah hari, hari itu hanya mencatat 70 keluar-masuk. Kendaraan umum rakyat seperti andong, tak satu pun tampak. Kantor-kantor juga sepi meskipun tak resmi diliburkan. Di lapangan Manahan ada sekitar 40 orang Jepang yang memancangkan alat-alat observasi matahari. Bahkan ada juga pengamat amatir pribumi yang menggunakan peralatan buatan sendiri. Tetapi mereka kemudian diusir petugas.
Daerah Cepoho yang terletak dekat Boyolali, di jalan yang melewati loreng antara Merbabu dan Merapi, dipenuhi oleh 178 pengamat asing dari Inggris, Jerman Barat, Australia, Jepang, Italia dan Prancis. Desa itu juga terletak tepat di garis sentral gerhana. Mula-mula mereka juga terganggu awan, karena pagi itu cuaca di sana tak begitu menguntungkan. Tetapi pada saat-saat kritis, akhirnya langit cukup cerah sehingga John F. James dari Manchester University (Inggris) dan astronom Jerman Barat Bernhard Wedel berkomentar “cukup memuaskan.”
Rembang, Pati, Kudus
Sejak pukul 06.00 pagi penduduk di perkampungan nelayan Rembang sudah menutup rumah rapat-rapat, baik pintu maupun lubang angin. Genting kaca ditambal dengan penutup. Terminal sepi, toko dan warung makanan tutup. Lalulintas ke Cepu lewat Blora tertutup total karena ada larang Polantas setempat, Tetapi GMT sangat menarik karena cuaca bagus dan langit bersih.
Pemda Rembang gagal menyelenggarakan “parol” (gulat tradisional) dan “orek” (kesenian tradisional) karena pesertanya tak ada, “Penerangan” pada penduduk sangat intensif sehingga tak seorang pun berani melanggar.
Di Pati, Kudus dan sekitarnya, suasana praktis sama dengan Rembang. Di Pondok Mas (Rembang) terdapat 32 ilmuwan dari Australia dan Selandia Baru. Mereka puas bisa mengamati GMT dengan jelas.

Warga mengamati fenomena gerhana matahari cincin dengan teleskop di kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, Kamis (26/12/2019). Sejumlah komunitas pemerhati astronomi menyediakan teleskop untuk pengamatan umum oleh masyarakat.
Cepu
Sejak pagi cuaca cerah. Menjelang gerhana angin bertiup kencang dan awan mengganggu pandangan, sehingga banyak astronom mulai mengeluh. Sementara memasuki kontak kedua dan keadaan mulai gelap bagaikan magrib, belasan pengamat di lokasi Ngloran melakukan sembahyang dengan suara nyaring sehingga beberapa pengamat lain menyatakan perasaan mereka secara emosional, bahkan mereka seakan lebih dekat dengan kebesaran Tuhan dan alam semesta. Di sana terdapat sekitar 300 orang pengamat. Sejak pagi penduduk telah menutup rumah mereka.
Surabaya
Cuaca Surabaya sejak pagi hingga usai GMT baik. Tetapi pasar dan pusat perbelanjaan tutup. Jalanan sepi. Demikian pula di rumah sakit Dr Sutomo. Juga dengan kebun binatang. Hari-hari biasa kebun binatang itu dikunjungi sekitar 3.000 orang, kemarin hanya 350 orang. Itu pun tak semua membayar. Mereka yang tak membayar mengaku peneliti, pers dan lainnya. Ada 38 dari 400 jenis satwa yang diteliti. Menurut para peneliti, tak ada perubahan tingkah laku.
Sore hari ada sopir taksi berkisah, saudaranya dari Tuban membawa oleh-oleh cukup banyak. Setelah diusut, ternyata ia baru menerima Rp 200.000 dari sewa tanah tegalan selama empat hari dari peneliti.
Denpasar
Suasana kota Denpasar dan sekitarnya Sabtu kemarin mengingatkan orang pada suasana hari raya nyepu 15 Maret lalu. Terminal lalulintas macet. Di Bali timur suasana lebih sepi lagi. Tepat ketika TVRI mulai siaran, penduduk kota membunyikan kentongan. Beberapa orang yang punya alat melihat matahari di atas. Sedang masyarakat Bali yang sudah tua percaya bahwa saat itu raksasa Kalarau sedang memakan sang matahari.

Warga menggunakan kacamata dari kaca gelap saat mengamati gerhana matahari cincin yang teramati di Lapangan Bunsur, Sungai Apit, Kabupaten Siak, Riau, Kamis (26/12/2019). Fenomena gerhana matahari cincin ini disambut antusias masyarakat setempat dan juga berbagai pendatang dari berbagai kota di Indonesia. Sepanjang tahun 2019, gerhana ini merupakan gerhana kedua yang bisa diamati di wilayah Indonesia setelah gerhana bulan sebagian 17 Juli 2019.
Lombok
Kelengangan yang terjadi Sabtu kemarin melebihi kelengangan yang pernah terjadi. Pertokoan tutup dan tak ada pedagang. Penduduk berkerumun di tempat tetangga yang punya TV. GMT memang tak terlihat di Lombok.
Kendari
Tempat pengamatan Desa Lalongmbu, 75 km selatan Kendari, sejak pagi hujan dan matahari tak tampak. Penduduk sejak pagi sudah berada di rumah masing-masing. Jendela dan semua lubang angin ditutup. Ternak ayam di halaman seperti digiring masuk ke kolong rumah.
Komentar penduduk tentang GMT tak ada yang “aneh”. Mereka anggap itu peristiwa yang harus terjadi sesuai dengan keterangan pemerintah.
Ujungpandang
Seperti halnya kota-kota lain, Ujungpandang lumpuh. Sepi dan lengang. Beberapa kucing bertingkah aneh, berlarian ke sana-kemari dengan tingkah ganas.
Tim asing yang mengamati di sana adalah dari Universitas Sains Tokyo di bawah pimpinan Prof. Toshio Sekikawa. Turis yang datang sekitar 500 orang, yang diharap 1.000. Dua polisi di depan balai wartawan minta kacamata film dari wartawan sambil mengeluh “petugas di luar negeri diberi peralatan, kami tidak. Nanti bolong”. Setelah menonton dengan kacamata, remaha berkomentar: “Menonton langsung lebih bagus daripada melihat TV. Musiknya serem seperti mengantar dunia kiamat saja.”

Sejumlah remaja berswafoto sambil menggunakan kacamata gerhana disela-sela mengamati gerahana matahari cincin yang teramati di Lapangan Bunsur, Sungai Apit, Kabupaten Siak, Riau, Kamis (26/12/2019). Fenomena gerhana matahari cincin ini disambut antusias masyarakat setempat dan juga berbagai pendatang dari berbagai kota di Indonesia. Sepanjang tahun 2019, gerhana ini merupakan gerhana kedua yang bisa diamati di wilayah Indonesia setelah gerhana bulan sebagian 17 Juli 2019.
Kupang
Selain sepi, suhu kupang jadi lebih sejuk antara pukul 13.00 sampai 17.00, padahal biasanya panas. Pesawat Merpati Sumba Barat-Kupang tak ada penumpang.
Pengamatan dengan balon LAPAN
Pengamatan yang menarik dilakukan LAPAN-Jepang di Japanan, Watukosek, Pasuruan. Mereka meluncurkan balon pukul 07.15 oleh wakil ketua LAPAN Prof. Wiranto Arismunandar. Diisi dengan 67 tabung gas hydrogin, balon menggelembung dengan volume 15.000 meter kubik. Berat total balon 263,75 kg sedang muatannya berupa kamera infra merah, sinar tampak dan video tape seberat 150 kg. Diperkirakan balon akan jatuh diantara Solo-Yogya (Pakem).
Baca juga: Gerhana Matahari Jadi Ajang Pembelajaran Anak-Anak
Menurut ketua tim peluncuran Ir. J. Soegijo, balon ini yang pertama di dunia yang digunakan untuk mengamati gerhana. LAPAN bekerjasama dengan Jepang dalam wadah ISAS (International Space and Aeronatuci Science). Setelah diperoleh kembali, bahan yang diambil kamera akan diproses di Tokyo dan hasilnya baru diketahui tahun depan.
Yang menarik, pada muatan tertulis: “Siapa sing nemu barang iki kudu lapur kamituwa aja dirusak. Barang milik negara, mohon dilaporkan kepada pusrigan LAPAN. Kyoto University-Tao, Indonesia-Japan” bendera merah putih dan matahari terbit. Solar eclipse. Permintaan dalam bahasa jawa itu ditulis mengingat balon pertama setelah jatuh barang tersisa diambili penduduk desa Klino, Nganjuk.
Medan
Dari Medan yang tak terkena lintasan GMT dilaporkan, suasana kota itu selama lima jam sejak pukul 07.00. Jalan-jalan protokol yang biasanya dipadati kendaraan terasa lengang.

Seusai shalat gerhana, masyarakat menyaksikan fenomena gerhana matahari sebagian di Masjid Agung At Taqwa Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis (26/12/2019). Beberapa masyarakat nekat menggunakan kaca helmet berlapis untuk melihat fenomena alam itu.
Demikian juga toko hanya satu-dua saja yang buka. Dokter Ronald Sitohang yang dihubunginya berkomentar: “Ini akibat penyuluhan yang berlebihan, sehingga masyarakat banyak yang takut ke luar rumah.” Di Kampung Tegal Sari I misalnya, ada rumah-rumah yang lubang anginnya disumbat rapat dengan kain. “Kami takut kalau cahaya matahari selesai gerhana tiba-tiba menerobos masuk,” kata seorang ibu.
Di desa-desa suasana takut juga mencekam penduduk, sampai-sampai ada orang yang tidak berani ke sungai untuk buang hajat. Sinar matahari di Medan agak redup selama 12 menit, dari pukul 11.28 hingga 11.40 untuk selanjutnya bersinar normal kembali.
Palembang
Di Palembang gerhana matahari hampir tidak dirasakan penduduk, karena matahari seperti biasa rasanya. Suasana kota sepi tapi toko penjual pesawat TV ramai dikerubuti penonton yang ingin menyaksikan gerhana.
Sepi pembeli dirasakan pula oleh toko dan penjual daging, ikan dan sayur. Padahal biasanya sehari menjelang puasa pedagang tersebut sibuk sekali. Ibu-ibu rumah tangga rupanya hari Jumat sudah berbelanja untuk dua hari karena khawatir pada hari gerhana tidak ada orang berjualan.
Seorang anak umur satu tahun penderita muntaber dalam keadaan kritis terpaksa tidak dapat pelayanan dokter RSU Palembang, karena dokter berserta perawatnya nonton televisi. Dengan cemas ibu anak itu minta secepatnya anak tersebut mendapat pelayanan di bagian anak. Dan setelah satu jam barulah dia dapat pelayanan.
Pasien lain kecewa. Di depan loket ada tulisan dengan tinta, hari Sabtu tidak menerima pasien THT (tenggorokan hidung telinga). Menurut petugas, RSUP terpaksa ditutup sejak pukul 09.30 mengingat pasien sepi dan para perawa asyik nonton televisi. (Tim Kompas)
Arsip Kompas bagian dari ekshibisi “Indonesia dalam 57 Peristiwa”, 28 Juni 2022.