Bertahan lebih dari satu dekade dengan ciri khas yang melekat. Meski sempat terguncang karena pandemi, perubahan jalur pada lini busana yang diampunya tidak menghapus keistimewaan dari desainnya.
Oleh
RIANA A IBRAHIM
·4 menit baca
Ayu Dyah Andari bertahan lebih dari satu dekade dengan ciri khas yang melekat. Meski sempat terguncang oleh pandemi, perubahan jalur pada lini busana yang diampu tidak menghapus keistimewaan dari desainnya: dari gemerlap pesta ke keseharian sederhana tanpa hilang warna. Nuansa ayu nan syahdu.Tepat 11 tahun, desainer Ayu Dyah Andari membagi karyanya lewat jenama yang juga mengusung namanya, Busana muslim atau modest wear dipilih digelutinya sejak pertama menjejak dunia mode sebagai bentuk ekspresi dari dirinya yang juga pengguna pakaian modest wear.
Lewat pagelaran bertajuk Les Alles: A Line to Remember yang digelar secara langsung di The Langham Hotel, Jakarta, Senin (14/3/2022), Ayu mereka ulang perjalanannya.
Sebanyak 60 tampilan dihadirkan pada koleksi anniversary ini. Di dalamnya, terdapat juga kolaborasi koleksi dengan model senior Okky Asokawati dan pengusaha muda Sarah Sofyan. Kerja sama dengan Okky ini bukan yang pertama kali bagi Ayu. Kekaguman Ayu terhadap Okky membawanya terus menggandeng model senior ini.
Kali ini, Ayu menitikberatkan pada karakter Okky yang kuat dengan desain yang bersiluet jas dan mantel panjang yang rapi. “Kesannya luxurious dan anggun. Ada yang berbentuk dress juga. Yang ingin di-highlight dengan Mbak Okky di sini adalah gaya yang smart elegance,” ungkap Ayu saat jumpa pers sebelum peragaan busana dimulai.
Sementara itu, kolaborasi dengan Sarah Sofyan lebih ceria dengan penekanan pada motif garis dan bordir bunga yang banyak digemari. “Dengan Mbak Sarsof ini lebih berwarna ya. Dia juga yang mendorongku untuk berani bermain warna dan tidak ragu-ragu lagi sehingga muncul karakter gaya playful elegance di sini,” ujar Ayu.
Jika mengikuti rekam jejak seorang Ayu, karya besutannya memang identik pada warna-warna lembut, nude, dan bernuansa earth tone. Warna mencolok yang ceria jarang disinggahi Ayu karena karakternya yang klasik dan khas dengan gaya Eropa pada era Victoria memang lebih sesuai dan menularkan keanggunannya dengan warna lembut.
Namun, pandemi yang telah dua tahun dihadapinya mengantarkannya pada perspektif yang berbeda. Apabila biasanya pakaian yang dibuatnya berupa busana mewah untuk acara-acara khusus, Ayu pun beralih jalur dengan berani merancang busana ready to wear yang memiliki kesan simpel tapi pembuatannya tetap mengedepankan kualitas.
”Keadaannya memang sulit, tapi bersyukur saya tetap diberi kekuatan untuk bertahan di industri ini. Banyak kepala keluarga yang juga hidup dari sini, karena itu saya mencoba untuk membuat yang ready to wear. Alhamdulillah, responsnya baik,” tutur Ayu.
Dari memulai di ruang mungil berukuran 3 x 3 meter, lalu semakin berkembang hingga kini memiliki lima rumah produksi. Setelah mengembangkan sayap ke ready to wear, pegawai yang semula 40 orang pun ikut bertambah menjadi 100 orang. Yang pasti, peralihan jalur ini tak mengubah khasnya. ”Desain dengan DNA Victoria itu enggak bisa lepas,” ujarnya.
Lebih berani Terdiri dalam tiga sesi penampilan yang dimulai dari deretan setelan jas dan mantel berwarna coklat, hijau, beige kolaborasi dengan Okky. Disusul sesi kedua berupa kemeja dan tunik dengan motif garis warna-warni dipadu bordir bunga mawar. Kemeja dan tunik yang juga bisa dijadikan outer ini sengaja dibuat berpotongan asimetris merupakan kolaborasi dengan Sarah.
Sesi ketiga adalah rangkuman perjalanan Ayu selama 11 tahun. Ayu menampilkan lagi karya-karyanya yang banyak diminati dengan sentuhan baru dan permainan warna yang lebih berani. ”Ada crop top aku yang paling laku pada zamannya aku buat. Ada kaftan yang paling laku di zamannya, dibuat ulang. Jadi A Line to Remember ini karya-karya ikonik yang disukai banyak orang di-remake,” ungkapnya.
Kendati demikian, warna andalannya, yakni beige, baby rose, krem, coklat muda, khaki, dan warna pastel lainnya, tetap muncul. Hanya saja, kali ini berpadu dengan warna fuschia, hijau limau, kuning, biru, ungu, dan hijau daun. Garis desain yang biasanya simetris dan padu pun sengaja dibuat asimetris. Potongan lengan gelembung atau berbentuk lonceng dipilihnya untuk menekankan kesan manis dan feminin khas Ayu.
Pengolahan bahan sendiri pada koleksi kali ini cukup beragam, yakni rajut seperti yang digunakan mantan Gadis Sampul 2001 Tya Ariestya pada landas peraga sore itu. Tya mengenakan cardigan rajut berwarna merah muda dengan rok berbahan organdi yang berpotongan asimetris dengan detail tumpuk berwarna senada dengan atasannya.
Selain rajut, materi lain, seperti tweed, tile, dan sifon, juga digunakan. Sementara itu, detail renda, bordir bunga mawar, payet, dan manik-manik untuk menekankan kesan mewah dan megah pada busana ready to wear tetap dipertahankan. Bahkan, potongan gaun seperti milik putri raja dengan bagian bawah lebar ala ballgown dengan hujan manik-manik di sekelilingnya juga tak ketinggalan masuk dalam koleksi.
”Mau dibelokin kayak gimana, baliknya ke situ-situ lagi (gaya Eropa Victorian dan motif bunga mawar). Jadi, ya, udah dimaksimalkan aja di situ,” ujarnya, yang juga melengkapi busananya dengan aksesori dari syal, kerudung, tas, ikat pinggang, hingga sepatu yang dibuat khusus berbahan satin dengan elemen tali sebagai pemanis.
Tidak hanya dari karya, beberapa pesohor yang akrab dan selalu terlibat dengan Ayu pun kembali diajaknya untuk tampil. Selain Tya, ada Dhini Aminarti, Fenita Arie, Raline Shah, Adelia Pasha, dan Cut Meyriska.