Perjalanan El Rayyi, Siswa SMK Kehutanan Samarinda yang Bersinar hingga Istana Negara
Di Indonesia, jumlah sekolah menengah kejuruan kehutanan negeri (SMKKN) baru sebanyak 36 sekolah. Meski sedikit, bukan berarti sekolah kejuruan di bawah naungan Kementerian Kehutanan ini minim prestasi.


El Rayyi Mujahid Faqih saat membentangkan bendera merah putih pada upacara peringatan HUT Ke-80 Kemerdekaan Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Minggu (17/8/2025).
Terbaru, El Rayyi Mujahid Faqih, seorang siswa dari SMKKN Samarinda, terpilih menjadi anggota Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) pada upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-80 Kemerdekaan Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Minggu (17/8/2025).
Ia tidak hanya berhasil lolos seleksi Paskibraka yang sangat ketat, tetapi juga mencetak sejarah sebagai pembentang bendera pertama yang berasal dari Kalimantan Timur dan SMKKN.
Saat dihubungi tim penulis melalui Google Meet, Selasa (27/8/2025), Rayyi bercerita, perjalanannya menjadi anggota Paskibraka tidaklah mudah. Ia menemui berbagai tantangan.
Pada tahap awal seleksi di daerah, bukan fisik yang menjadi tantangan, melainkan mental, terutama menjaga kepercayaan diri. Hal itu ia rasakan saat mengikuti tes wawancara.
Ia mengaku cukup gugup sebelum mengikuti tes tersebut. Untuk melewatinya, ia pun mempersiapkan diri dengan berlatih menata cara menjawab, mengatur tempo berbicara, dan tetap tenang di hadapan panel.
“Saya berlatih menjawab pertanyaan, berdiskusi dengan teman, serta meminta saran dari keluarga agar pikirannya lebih mantap. Momen ini sangat penting karena jadi batu ujian pertama yang menentukan langkah berikutnya,” ujar Rayyi.
Terkait fisik, Rayyi juga mengaku mengalami sedikit kendala karena dirinya sempat mengalami kelebihan berat badan. Tak ingin gugur di tahap awal, Rayyi mulai rutin melakukan joging dan memperbaiki pola makannya.
Semua usahanya itu pun berbuah manis. Sebab, Rayyi berhasil lolos melewati tahap seleksi di level regional dan berhak untuk mengikuti pemusatan latihan nasional (pelatnas) di Jakarta.
Masa pelatnas juga memberi tekanan luar biasa. Selama satu bulan di pelatnas, ia dituntut untuk konsisten, baik secara fisik maupun emosional.
Ia juga harus berhadapan dengan peserta dari berbagai latar belakang yang semuanya datang dengan kemampuan terbaik. Belum lagi perasaan rindu akan keluarganya yang berada di Samarinda.
Setiap hari menjadi ujian tentang kedisiplinan, akurasi gerak, dan ketenangan pikiran. Pada satu sisi, ia juga harus menjaga teknik baris berbaris dan kebugaran.
“Di sisi lain, saya dituntut siap menghadapi evaluasi lisan yang menguji cara berpikir dan bertutur. Kombinasi tekanan fisik dan mental ini membuat proses terasa panjang,” terangnya.
Peran penting SMK Kehutanan Samarinda
Meski terasa berat, Rayyi mengaku bahwa pemusatan latihan seperti itu bukan hal baru baginya.
Rutinitas bangun pukul empat pagi, olahraga, apel, hingga tidur malam yang teratur sudah menjadi makanan sehari-harinya sejak masuk SMKKN Samarinda.
Ia sudah terbiasa hidup dengan jadwal ketat dan pembatasan penggunaan gawai karena tinggal di asrama selama menempuh pendidikan di SMKKN Samarinda.
Pria yang bercita-cita menjadi polisi hutan tersebut juga menegaskan bahwa sekolahnya tidak hanya mendidik siswanya dalam hal akademis.

Rayyi (kanan) mengaku, SMKKN Samarinda berpengaruh besar dalam membentuk karakter dan jati dirinya.
Lingkungan asrama dan para pembina di SMKKN Samarinda turut menanamkan nilai-nilai yang membentuk karakternya, mulai dari kemandirian, kepemimpinan, hingga kemampuan mengendalikan diri.
“Di sekolah, saya dipercaya sebagai ketua asrama. Tanggung jawab ini menuntut saya untuk memimpin teman sebaya, menjaga kedisiplinan, dan bersikap adil dalam setiap keputusan. Dari sinilah, saya belajar mengelola tekanan,” ucap Rayyi.
Pengalaman itu pula yang mengingatkannya pada alasan awal ia memilih sekolah kehutanan. Sejak awal, Rayyi memang melihat SMKKN bukan sekadar sebagai tempat belajar akademis, melainkan wadah pembentukan karakter.
Keyakinannya semakin kuat karena ia terinspirasi oleh pamannya, seorang lulusan sekolah kehutanan yang sukses berkarier di bidang serupa.
Di luar itu, kecintaannya pada alam sejak kecil juga membuatnya mantap memilih SMKKN. Berkat dukungan orang terdekat Bagi Rayyi, keberhasilan menjadi anggota Paskibraka Nasional adalah buah dari banyak doa dan dukungan.
Ia menegaskan, tanpa peran orang-orang terdekat, langkahnya tidak akan sampai sejauh ini.
Doa ibunya, Yuyun Rahyuni, menjadi penguat utama dirinya selama pelatnas. Sementara dorongan dari ayahnya, Amir Mahmud, membuat Rayyi tetap teguh melangkah.
Rayyi juga tidak melupakan pamannya, Chandra, yang menjadi inspirasi awal hingga ia mantap memilih jalur kehutanan. Dari keluarga inilah, ia belajar arti ketulusan doa, keyakinan, dan teladan.
Namun, perjalanan panjang hingga Istana Negara juga banyak dibentuk oleh lingkungan di SMKKN Samarinda, terutama pembinanya di sekolah, Ramlan.
Ramlan, lanjutnya, menjadi salah satu figur yang paling membekas dalam hidupnya. Dorongan sederhana untuk tidak minder dan berani tampil mampu meningkatkan kepercayaan dirinya.
“Saya merasakan betul bagaimana nasihat beliau itu sangat membantu ketika harus menghadapi seleksi yang penuh tekanan. Bagi saya, pembina di sekolah tidak hanya mengajar, tetapi juga menanamkan keyakinan bahwa setiap siswa punya kesempatan yang sama untuk sukses,” ucap Rayyi.
Selain pembina, dukungan teman-teman Angkatan 16 di SMKKN Samarinda juga menjadi sumber energi yang penting. Kebersamaan di asrama memperkuat hubungan di antara mereka lebih dari sekadar rekan belajar.
Mereka adalah tempat berbagi cerita, mencari saran, dan sekaligus penyemangat ketika rasa lelah datang. Menurut Rayyi, semangat kolektif itu membuat ia merasa tidak pernah benar-benar sendiri.
Ke depan, Rayyi yang kini masih berusia 17 tahun berharap bisa melanjutkan perjalanan dengan terus membanggakan keluarga dan sekolahnya.
Ia memiliki cita-cita untuk menjadi polisi hutan, profesi yang menurutnya tidak hanya menjanjikan masa depan, tetapi juga memberi kesempatan untuk menjaga kelestarian alam yang ia cintai sejak kecil.
Baginya, mengabdi di bidang kehutanan adalah bentuk nyata bakti kepada negara dan sekaligus cara mewujudkan inspirasi yang ia dapat dari pamannya.

Rayyi saat bersama teman-temannya di SMKKN Samarinda.
Rayyi juga menyimpan harapan besar untuk SMKKN Samarinda. Ia percaya, dengan semangat yang terus dijaga, SMKKN mampu menjadi wadah kelahiran generasi muda yang disiplin, berkarakter, dan siap mengabdi untuk negeri.
Menurutnya, para siswa memiliki potensi yang sama besarnya dengan sekolah lain. Siswa hanya perlu diberi ruang untuk menunjukkan kemampuan terbaik.
“Saya ingin teman-teman di sekolah yakin bahwa kita di SMKKN Samarinda bisa bersaing setara dengan siapa pun. Jangan takut bermimpi karena kesempatan itu selalu ada,” tuturnya.
Dapat apresiasi Menhut
Prestasi El Rayyi Mujahid Faqih yang berhasil menjadi pembentang bendera pusaka di Istana Negara tidak hanya membawa kebanggaan bagi keluarganya dan SMKKN Samarinda, tetapi juga dari Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni.
“Saya bangga melihat siswa SMKKN Samarinda itu berdiri tegap di Istana Negara sebagai anggota Paskibraka pada peringatan HUT Ke-80 RI. Pencapaian ini membuktikan bahwa siswa SMKKN memiliki disiplin, semangat juang, dan kepemimpinan yang kuat sehingga mampu bersaing dengan putra-putri terbaik dari seluruh Indonesia,” kata Raja Juli.
Sebagai bentuk dukungan, Kemenhut akan memberikan apresiasi kepada siswa berprestasi. Kepala Badan P2SDM pun telah menyampaikan penghargaan khusus kepada Rayyi.
Ke depan, Raja Juli menegaskan bahwa prestasi serupa akan dijadikan inspirasi untuk memotivasi seluruh siswa SMKKN di Indonesia agar terus percaya diri, berani bermimpi, dan berkontribusi nyata bagi bangsa.
Menurut Raja Juli, keberhasilan Rayyi tidak bisa dilepaskan dari peran pendidikan di SMKKN.
Prestasi Rayyi menunjukkan bahwa sekolah tersebut mampu melahirkan generasi muda yang berkarakter, disiplin, dan siap bersaing di tingkat nasional.
Oleh karena itu, keberadaan SMKKN merupakan investasi jangka panjang negara untuk menyiapkan rimbawan masa depan.
Terkait pelajaran, Raja Juli melanjutkan, pendidikan yang diberikan pada sekolah tersebut tidak berhenti pada teori di kelas, tetapi juga menekankan keterampilan lapangan, kepedulian terhadap kelestarian alam, serta pembentukan karakter yang kuat.
“Saat ini, terdapat 36 SMKKN di bawah binaan Kemenhut yang seluruhnya diarahkan agar selaras dengan kebutuhan industri dan sekaligus menjawab tantangan lingkungan masa kini. Ini semua demi mendukung program kerja Asta Cita Presiden Prabowo Subianto,” ujar Raja Juli.
Untuk menjaga relevansi itu, tambah Raja Juli, Kemenhut terus meningkatkan kualitas pendidikan di SMKKN.
Upaya tersebut mencakup peningkatan kapasitas guru dan tenaga pendidik, penyediaan fasilitas praktik, seperti hutan sekolah dan laboratorium, serta perluasan kerja sama dengan industri dan pemerintah daerah.
Semua langkah itu diharapkan membuat siswa terbiasa menghadapi dunia kerja sejak dini.
Tidak kalah penting, pembentukan karakter dan kepemimpinan juga dikuatkan melalui program disiplin, wawasan kebangsaan, serta pembinaan fisik dan mental.
Raja Juli juga menekankan peran penting dukungan pemangku kepentingan terhadap para lulusan agar mereka bisa segera terserap di pasar kerja.
Terkait itu, kementerian telah menjalin kemitraan dengan perusahaan pemegang izin hak pengusahaan hutan (HPH)/hutan tanaman industri (HTI), industri kayu, dan lembaga konservasi sebagai jalur penempatan.
Kemudian, tersedia pula program beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi serta program inkubasi wirausaha yang mendorong lulusan tidak hanya mencari pekerjaan, tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja berbasis hasil hutan.
“Upaya tersebut pada akhirnya bermuara pada kelahiran generasi muda yang percaya diri dan berprestasi. Salah satu contohnya adalah El Rayyi Mujahid Faqih,” tuturnya.