Mengurangi Risiko Bayi Lahir dengan Kelainan Kromosom ala Jessica Iskandar
Teknologi PGT-A merupakan teknologi terkini untuk mengurangi risiko kelainan kromosom pada bayi sehingga bayi bisa lahir dengan sehat dan tanpa penyakit bawaan. Morula IVF Indonesia salah satu klinik yang menawarkan teknologi tersebut.


Kiri ke Kanan : Kepala TRB Morula IVF Surabaya dr Jimmy Yanuar Annas, SpOG, Subs FER, Jessica Iskandar, Vincent Verhaag, dan dokter obgyn Morula IVF Surabaya dr Benediktus Arifin (dr Benny), MPH, SpOG(K), FICS.
Kelainan kromosom adalah kondisi genetik yang terjadi akibat kesalahan dalam pembelahan sel selama proses pembentukan sperma atau sel telur. Akibatnya, bayi dapat lahir dengan jumlah kromosom tak normal yang berisiko menyebabkan berbagai penyakit bawaan, contohnya seperti down syndrome. Untuk mengurangi risiko kelainan kromosom, Jessica Iskandar mengambil langkah terbaik ketika mengikuti program bayi tabung di Morula IVF Surabaya.
Risiko kelainan kromosom pada bayi
Kelainan kromosom dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan pada bayi, seperti keterlambatan perkembangan fisik, mental, serta cacat bawaan. Beberapa jenis kelainan kromosom yang umum di antaranya:
1. Down syndrome (Trisomi 21).
Bayi yang lahir dengan down syndrome memiliki tiga salinan kromosom 21 yang menyebabkan mereka akan mengalami keterlambatan perkembangan intelektual dan fisik.
2. Sindrom Turner
Kelainan kromosom ini terjadi pada perempuan. Kondisi ini terjadi karena hilangnya sebagian atau seluruh kromosom X, yang menyebabkan kemandulan serta masalah pendengaran dan penglihatan
3. Sindrom Klinefelter (XXY)
Sindrom ini terjadi pada pria yang memiliki kromosom X tambahan. Ini menyebabkan gangguan perkembangan fisik dan disfungsi seksual.
4. Sindrom Patau (Trisomi 13)
Sindrom ini menyebabkan penderitanya mengalami cacat fisik dan gangguan intelektual berat. Selain itu, penderitanya juga mengalami kelainan organ seperti otak dan jantung.
Faktor penyebab kelainan kromosom
Walaupun penyebab pasti kelainan ini belum bisa ditentukan, tetapi ada beberapa faktor yang mampu meningkatkan risiko kelainan kromosom pada bayi. Faktor pertama adalah usia ibu hamil. Wanita yang hamil di usia 35 tahun ke atas memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi dengan kelainan kromosom.
Faktor kedua adalah paparan zat berbahaya seperti, konsumsi alkohol, merokok, penggunaan obat-obatan terlarang, dan paparan zat kimia berbahaya. Jika seorang perempuan terpapar zat tersebut selama masa kehamilan maka risiko kelainan kromosom akan meningkat.
Mencegah dan mengurangi risiko kelainan kromosom pada bayi
Walau tak sepenuhnya dapat dicegah, ada beberapa langkah yang bisa diambil oleh calon orang tua untuk mencegah dan mengurangi risiko kelainan kromosom. Berikut ini adalah langkah-langkah tersebut:
1. Teknologi PGT-A (Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidies)
Teknologi PGT-A adalah salah satu solusi untuk mendeteksi kelainan kromosom sebelum embrio ditanamkan ke rahim ibu. Dengan teknologi ini, embrio yang dihasilkan melalui proses bayi tabung diperiksa secara genetik untuk memastikan kromosomnya normal. Teknologi ini PGT-A juga membantu mengurangi risiko keguguran dan meningkatkan peluang kelahiran bayi yang sehat.
2. Mengonsumsi asam folat
Seorang ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi asam flat sebesar 400 mikrogram per hari. Asam folat ini sangat penting dalam masa perkembangan janin. Makanan yang mengandung asam folat adalah sayuran hijau. Makanan ini sebaiknya juga dikonsumsi sebelum kehamilan.
3. Hindari rokok dan alkohol
Ibu hamil harus menjauhi minuman alkohol dan kebiasaan merokok. Hal ini untuk mengurangi risiko komplikasi kehamilan dan cacat lahir.
4. Menjaga berat badan ideal.
Wanita dengan obesitas memiliki risiko lebih tinggi terhadap komplikasi kehamilan dan kelainan kromosom. Maka itu, pengaturan pola makan sehat dan olahraga teratur dapat membantu menjaga berat badan ideal.
5. Kelima dengan pemeriksaan kehamilan rutin.
Pemeriksaan kehamilan secara rutin memungkinkan deteksi dini terhadap risiko kelainan kromosom, termasuk dengan Non Invasive Prenatal Testing (NIPT).
Jessica Iskandar menggunakan PGT-A dalam program bayi tabung

Teknologi PGT-A merupakan teknologi yang sangat penting bagi perempuan hamil, terutama bagi yang sudah berusia di atas 35 tahun. Hal ini dikatakan oleh dokter obgyn Morula IVF Surabaya dr Benediktus Arifin (dr Benny), MPH, SpOG(K), FICS.
"PGT-A sangat penting terutama bagi wanita yang berusia di atas 35 tahun atau yang memiliki riwayat kelainan kromosom dalam keluarga. Dengan teknologi ini, kita bisa memastikan embrio yang ditanamkan normal secara kromosom, sehingga peluang kehamilan yang sehat meningkat," ujar dr Benny.
Salah satu artis yang telah menggunakan teknologi PGT-A dalam program IVF adalah selebriti Jessica Iskandar. Bersama suaminya Vincent Verhaag, Jessica menjalani proses bayi tabung di Morula IVF Surabaya untuk memastikan embrio yang ditanamkan terhindar dari risiko kelainan kromosom.
Setelah beberapa kali gagal hamil secara alami, Jessica dan Vincent memilih teknologi PGT-A untuk meningkatkan peluang keberhasilan program kehamilan mereka. Dari lima embrio yang dihasilkan, satu embrio yang paling sehat dipilih dan berhasil ditanamkan, sementara yang lain disimpan untuk masa depan.
“Awalnya aku sempat was-was, tapi setelah dijelaskan dokter tentang prosesnya, aku yakin ini jalan yang tepat. Prosesnya tidak menyakitkan dan berjalan lancar,” ungkap Jessica tentang pengalaman menjalani IVF dengan PGT-A.
Klinik fertilitas dengan teknologi terdepan
Morula IVF Surabaya, salah satu klinik IVF terkemuka di Indonesia, memang telah menjadi pilihan bagi banyak pasangan termasuk Jessica dan Vincent, untuk menjalani program bayi tabung. Klinik ini terus berinovasi dengan menawarkan teknologi seperti PGT-A untuk membantu pasangan mendapatkan bayi dengan kromosom yang sehat.
Kepala TRB Morula IVF Surabaya dr Jimmy Yanuar Annas, SpOG, Subs FER mengatakan,“Teknologi PGT-A memungkinkan kami menyeleksi embrio terbaik yang terhindar dari risiko kelainan kromosom. Ini memberikan harapan baru bagi pasangan yang kesulitan memiliki anak.”