logo Kompas.id
TajaKolaborasi dan Inovasi Dukung ...

Kolaborasi dan Inovasi Dukung Pemajuan Kebudayaan Indonesia

Pelibatan berbagai pihak akan memperkaya sudut pandang dalam menggali dan menghidupkan warisan budaya.

Kementerian Kebudayaan
Artikel ini merupakan kerja sama antara harian Kompas dan Kementerian Kebudayaan.
· 2 menit baca
https://assetd.kompas.id/lV0Bh40pNXAT4zdjrLnOLK0Q-po=/1024x683/https%3A%2F%2Ftaja.kompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2025%2F07%2F4110df82629897f1ddb7c1c7b3dd4985-FAK_4135-720x480.webp
KOMPAS

Direktur Jenderal Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan Restu Gunawan melihat pameran jurnalistik ”Mewarisi Masa Lalu, Membentuk Masa Depan” di Bentara Budaya Jakarta, Senin (30/6/2025).

Indonesia pernah dinobatkan sebagai negara ”super power” di bidang budaya oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO). Julukan tersebut bukan tanpa alasan, mengingat kekayaan budaya Nusantara sangat beragam, mulai dari warisan prasejarah, tradisi lisan, kesenian, hingga arsitektur dan kuliner.

Sayangnya, potensi luar biasa ini belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai kekuatan utama untuk memajukan masyarakat. Penggalian nilai budaya sebagai modal pembangunan masih tertinggal dibanding eksploitasi sumber daya alam.

Dalam diskusi ”Menggali Peradaban, Menapak Masa Depan” yang digelar di Bentara Budaya Jakarta, Senin (30/6/2025), Direktur Jenderal Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan Restu Gunawan menegaskan pentingnya penguatan diplomasi budaya dan identitas bangsa. Menurut Restu, pengembangan kebudayaan tidak bisa hanya menjadi tugas pemerintah.

Kolaborasi

Senada, arkeolog dari Universitas Indonesia Ali Akbar menekankan pentingnya kolaborasi lintas bidang dan lintas generasi untuk mempercepat upaya pelestarian budaya. Ia mengingatkan bahwa pelibatan berbagai pihak, termasuk masyarakat umum, akademisi, dan pelaku industri kreatif, akan memperkaya sudut pandang dalam menggali dan menghidupkan warisan budaya.

Penemuan lukisan gua tertua di dunia di Leang Karampuang, Sulawesi Selatan, adalah contoh nyata bahwa kemajuan teknologi bisa membantu membuka kembali jejak peradaban yang telah lama tersembunyi.

“Yang diperlukan sekarang itu adalah kolaborasi sebenarnya. Kalau pemerintah doang yang melakukan pelestarian, ya, kita tahulah anggaran pemerintah cuma segitu. Makanya kita berikan kesempatan kepada pengunjung untuk terlibat,” ucap Ali.

Salah satu langkah konkret yang bisa dilakukan adalah menjadikan museum lebih interaktif. Koleksi-koleksi tidak hanya dipajang, tetapi juga bisa dinarasikan oleh pengunjung. Dengan demikian, museum tidak sekadar tempat melihat benda mati, tetapi ruang partisipatif yang menghidupkan kembali cerita-cerita leluhur.

Inovasi

Penulis Dhianita Kusuma Pertiwi juga menyoroti pentingnya inovasi dalam menyampaikan kebudayaan. Generasi muda harus diberi ruang untuk menafsirkan ulang warisan budaya dalam konteks masa kini. Menurut Dhianita, sastra adalah medium yang efektif untuk merekam dan membangkitkan narasi budaya dengan pendekatan kreatif.

“Kebudayaan atau sejarah itu juga enggak statis, enggak sepaten itu. Dalam konteks sastra, eksplorasi dan ’main-main’ itu masih sangat diperlukan agar kita menjelajahi masa lalu sekaligus meraba ke masa depan,” kata Dhianita. Kolaborasi antara masa lalu dan masa depan inilah yang akan menjadi kunci kemajuan kebudayaan Indonesia.

Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699