Kisah Kolaborasi PEPC dan PKBM Wana Bhakti Buka Pintu Pendidikan di Bumi Angling Dharma
Kolaborasi PT Pertamina EP Cepu (PEPC) dan PKBM Wana Bhakti di Bojonegoro membuka jalan bagi petani, ibu rumah tangga, hingga mantan buruh proyek kembali ke bangku sekolah dan menulis ulang masa depan mereka melalui pendidikan kesetaraan.


PEPC bersama SKK Migas sebagai regulator industri hulu migas berupaya menghadirkan manfaat nyata bagi masyarakat sekitar.
Matahari terik di Bojonegoro, Jawa Timur, menyinari sekelompok warga dewasa yang bersemangat menenteng tas berisi buku. Mereka bukanlah siswa biasa, melainkan petani, ibu rumah tangga, dan mantan buruh proyek yang kini duduk di bangku Paket B setara SMP dan A setara SMA.
Di balik seragam sederhana itu, tersimpan cerita tentang komitmen PT Pertamina EP Cepu (PEPC) Zona 12 dan perjuangan seorang mantan kepala desa, Suwondo, yang mengubah keterbatasan menjadi harapan melalui pendidikan.
Pendidikan, jawaban atas tantangan sosial
Angka putus sekolah di Bojonegoro mungkin terlihat kecil yakni 0,06 persen (SD/MI) dan 0,01 persen (SMP/MTs). Namun rata-rata lama sekolah yang hanya 7,59 tahun mengungkap realita pahit: banyak warga yang terpaksa berhenti belajar demi mencari nafkah.
Situasi ini semakin kompleks pasca-berakhirnya fase konstruksi Lapangan Gas Jambaran-Tiung Biru (JTB), yang meninggalkan tenaga kerja lokal tanpa keterampilan memadai.
"Ketika proyek selesai, banyak warga kembali menganggur. Pendidikan kesetaraan jadi solusi untuk membekali mereka," tutur Manager Comm Relations & CID PT Pertamina EP Cepu Rahmat Drajat. Ia menjelaskan, kolaborasi dengan PKBM Wana Bhakti dimulai sejak 2022. Menurutnya, program ini tak sekadar mengajarkan baca tulis, tetapi juga membuka akses ke pekerjaan yang lebih layak.
Suwondo, mantan kepala desa yang menjadi guru kehidupan
Suwondo, pria berpendidikan S1 Ekonomi ini, memilih jalan yang jarang dilalui. Usai meninggalkan kursi kepala desa ia mendirikan PKBM Wana Bhakti. "Saya melihat anak-anak menggembala kambing saat seharusnya mereka sekolah. Itu memecah hati," kenangnya.
Dengan strategi door-to-door, ia meyakinkan warga bahwa pendidikan adalah "kunci kemerdekaan". PKBM-nya menawarkan fleksibilitas: belajar malam hari, tanpa biaya, dan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan warga. Hasilnya, dari ribuan lulusan, ada yang menjadi PNS, perajin UMKM, bahkan ada yang melanjutkan studi ke perguruan tinggi di luar negeri.

PEPC tak hanya menyediakan fasilitas, tetapi juga mendukung pelatihan tutor dan ujian berbasis komputer (ANBK).
Dampak nyata dari kelas ke meja rapat desa
Salah satu bukti kesuksesan program ini adalah kisah Ika Furi Sumiatun atau yang kerap disapa Mbak Sum, yang dulunya lulusan SMA PGRI. "Dulu saya hanya ikut-ikutan. Sekarang bisa hitung modal, promosi online, bahkan ikut pameran di luar kota dan menjadi tutor untuk PKBM," ujarnya bangga.
Cerita serupa datang dari para alumni yang menjadi perangkat desa atau bekerja di perusahaan PEPC.
PEPC tak hanya menyediakan fasilitas, tetapi juga mendukung pelatihan tutor dan ujian berbasis komputer (ANBK). "Ini investasi sosial untuk keberlanjutan operasi kami," tegas Rahmat.
Kolaborasi ini selaras dengan SDGs poin 4 yaitu terkait pendidikan berkualitas dan menjadi contoh program pengembangan masyarakat yang berdampak nyata.
Melalui berbagai program yang telah maupun sedang dijalankan, PEPC bersama SKK Migas sebagai regulator industri hulu migas berupaya menghadirkan manfaat nyata bagi masyarakat sekitar. Program pemberdayaan ini telah mendapat persetujuan oleh SKK Migas sebagai regulator industri hulu migas.
Ini tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan warga, tetapi juga untuk membangun hubungan harmonis antara perusahaan dan komunitas lokal. Bersama SKK Migas, ke depan, PEPC berkomitmen untuk terus memperkuat program pemberdayaan yang berkelanjutan serta memberikan dampak jangka panjang bagi masyarakat.
Di usia ke-80 Republik Indonesia, kemerdekaan sesungguhnya ternyata masih diperjuangkan di ruang-ruang kelas PKBM Wanabakti. Di sini, warga bukan hanya belajar matematika, tetapi juga menulis ulang masa depan mereka.
Seperti pepatah yang kerap diucapkan Suwondo, “Pendidikan itu seperti korek api. Sekali dinyalakan, ia akan menerangi jalan yang gelap.” Terima kasih PEPC JTB, SKK Migas. Dirgahayu Republik Indonesia. Merdeka!