Ikrar Jogo Suroboyo, Ikhtiar Warga Kota Pahlawan Menolak Tindakan Anarki
Kalau kita orang Surabaya, kita akan menjaga kota ini, mencintai kota ini, seperti para pahlawan yang mengorbankan nyawanya demi kemerdekaan.


Ribuan warga Kota Surabaya dari beragam latar belakang tumpah ruah di Tugu Pahlawan mengucapkan ikrar bersama Jogo Suroboyo, Jogo Indonesia.
Unjuk rasa yang berujung ricuh di Kota Surabaya, Jawa Timur, beberapa waktu lalu masih menyisakan luka. Kota yang dikenal sebagai simbol keberanian dan gotong royong ini diuji oleh tindakan anarki segelintir oknum yang menunggangi aspirasi damai.
Sejumlah fasilitas umum dirusak, bahkan ada yang dibakar dan dijarah. Dari luka itu, lahir sebuah gerakan baru yang menyatukan ribuan warga Kota Pahlawan.
Pada Kamis (4/9/2025) pagi, ribuan warga tumpah ruah di Tugu Pahlawan. Mereka berasal dari beragam latar belakang, mulai dari Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU), Muhammadiyah, Walubi, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Karang Taruna, Pemuda Pusura, Pemuda Pancasila, Maluku Satu Rasa (M1R), Madura Asli (Madas), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas, Pramuka, komunitas ojek daring, hingga para Ketua Satgas Kampung Pancasila RW.
Di bawah terik matahari, mereka mengucapkan ikrar bersama "Jogo Suroboyo, Jogo Indonesia" dengan jumlah peserta mencapai 9.319 orang. Ikrar bersama ini menjadi simbol dan tekad kolektif warga Kota Pahlawan untuk menjaga kampung halaman mereka.
Ikrar bersama itu lahir sebagai respons spontan dari berbagai elemen masyarakat. Forum Pembaruan Kebangsaan (FPK), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), hingga perwakilan dari organisasi pencak silat di Surabaya turut hadir.
Kehadiran mereka menjadi bukti bahwa warga Surabaya meneguhkan semangat kebersamaan di tengah ancaman perpecahan. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) pun hadir dan menyaksikan langsung pembacaan ikrar.
Seruan wali kota untuk bangkit bersama

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi turut hadir dalam pembacaan ikrar Jogo Suroboyo, Jogo Indonesia.
Dengan suara lantang, Eri menyampaikan terima kasih kepada warga yang ikut menjaga Surabaya dari tindakan anarki. Ia meyakini bahwa kekuatan agama, Pancasila, dan kebersamaan mampu menjaga Kota Surabaya.
"Saya matur nuwun (terima kasih), hari ini, elemen Surabaya mengadakan ikrar Jogo Suroboyo. (Saya juga mengajak) agar warga Surabaya bangkit kembali dengan berdagang, membuka usaha, dan berkegiatan seperti sedia kala," katanya Selasa (9/9/2025).
Eri juga mengapresiasi aksi spontan warga yang menjaga kampungnya saat aksi kerusuhan. Warga Wonokromo dan Bubutan, misalnya, berinisiatif berjaga demi mencegah aksi massa melakukan tindakan kerusuhan.
"Saya matur nuwun untuk warga Wonokromo dan Bubutan yang mempertahankan wilayahnya dengan perjuangan luar biasa ketika terjadi tindakan anarki," tuturnya.
Lebih lanjut, Eri menegaskan, Deklarasi Jogo Suroboyo seyogianya juga harus diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari melalui Kampung Pancasila. Caranya, mendorong setiap kampung menjaga lingkungannya seperti benteng kecil yang menopang keamanan kota. “Jadi, tidak seremoni belaka,” tegasnya.
Eri juga menekankan bahwa siapa saja boleh menyampaikan aspirasinya, tetapi jangan sampai merusak fasilitas umum. "Kalau kita orang Surabaya, kita akan menjaga kota ini, mencintai kota ini, seperti para pahlawan yang mengorbankan nyawanya demi kemerdekaan," katanya.
Ia juga menyinggung sejarah panjang Surabaya sebagai Kota Pahlawan yang pernah bangkit dari reruntuhan perang 1945.
Sejarah mencatat, kota ini pernah menyaksikan perjuangan arek-arek Suroboyo melawan pasukan Inggris. Darah perjuangan itu kini digugah kembali dalam konteks berbeda, yakni menjaga kota dari ancaman kerusuhan dan perpecahan.
Lima poin ikrar dan gerakan konkret

Jumlah peserta mencapai 9.319 orang.
Di hadapan ribuan peserta, Eri juga menitipkan pesan moral kepada warga agar menjadikan peristiwa rusuh sebagai pengingat dari Tuhan. Ia meminta agar Surabaya tidak terjebak egoisme dan kesombongan dalam membangun kota.
Eri menegaskan bahwa aksi unjuk rasa yang berujung pada kerusuhan hanya akan menguntungkan pihak yang ingin merusak sendi kehidupan kota. Ekonomi sempat terhenti, warung dan warkop tutup, banyak usaha lumpuh akibat kerusuhan tersebut.
Setidaknya terdapat lima poin yang dibacakan dalam ikrar bersama di Tugu Pahlawan. Pertama, menjaga Surabaya tetap aman dan rukun.
Kedua, menguatkan identitas kota sebagai jati diri warganya. Ketiga, menyampaikan aspirasi dengan kritis tetapi tanpa terprovokasi. Keempat, menolak kekerasan dan anarkisme. Kelima, bersatu dalam harmoni tanpa amarah.
Tidak hanya soal semangat, ikrar bersama Jogo Suroboyo juga melahirkan langkah konkret. Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bersama warga sepakat menghidupkan kembali PAM Swakarsa melalui Kampung Pancasila.
Salah satu inisiator sekaligus penyelenggara acara, Febryan Kiswanto, menjelaskan bahwa kegiatan doa dan ikrar bersama Jogo Suroboyo tersebut lahir sebagai bentuk dukungan nyata dari seluruh elemen masyarakat.
“Utamanya, generasi muda yang ingin menyampaikan pesan bahwa Surabaya hari ini sudah baik-baik saja dan akan terus berbenah menjadi lebih baik,” ujarnya.
Febryan juga menegaskan bahwa kerusuhan yang sempat terjadi beberapa waktu lalu menjadi momentum untuk memperkuat gotong royong warga dalam menjaga Surabaya.
“Maka, hari ini kita ingin merapatkan barisan, memperbaiki apa yang kemudian kurang. Kami teman-teman muda juga berkomitmen untuk bersama-sama menjaga Kota Surabaya sehingga tagline ikrar adalah Jogo Suroboyo,” tutur Febryan.
Sebagai Ketua Karang Taruna Surabaya, dia menekankan bahwa organisasi pemuda di Kota Pahlawan menjadi bagian penting dari gerakan Jogo Suroboyo.
"Surabaya Youth Leader Forum terdiri dari beberapa elemen pemuda. Forum ini bersama sejumlah organisasi masyarakat lainnya menjadi inisiator sekaligus penyelenggara acara ikrar bersama yang melibatkan ribuan warga Kota Pahlawan,” terang Febryan.
Kini, lewat gerakan yang diinisiasi oleh Surabaya Youth Leader Forum dan Forum Jogo Suroboyo (FJS), Kota Pahlawan kembali bangkit. Warga diminta kembali ke rutinitas, membuka warkop, berdagang maupun cangkrukan dengan kesadaran baru menjaga kota bersama-sama.